Mens Not From Mars, Womens Not From Venus, It's All From Allah



Laki-laki dan perempuan diciptakan secara fisik berbeda, tapi masing-masing Allah ciptakan spesial karena pada hakikatnya berasal dari diri manusia yang satu.

Diri manusia pada hakikatnya ialah satu, kemudian dibagi dua. Satu menjadi bagian laki-laki dan yang satu lagi menjadi bagian perempuan, atau jantan dan betina. Oleh karena asalnya satu, kemudian dibelah dua, terasalah bahwa yang satu tetap memerlukan yang lain. Hidup belum lengkap jika keduanya belum dipertemukan kembali, "belum disatukan". - h. 2

"kapal berlayar di lautan, ombak bersabung di buritan, tali temali berentangan, layar terkipas kiri dan kanan, yg seorang tegak di kemudi, seorang tegak di haluan. Jika keduanya sama pandai, selamat sampai ke tujuan, jika keduanya tidak bijak atau salah seorang tak bestari, karam di tepi kapal itu, tidaklah sampai ke tujuan... " - h. 22
Di atas merupakan kutipan-kutipan dari buku Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan, diterbitkan pertama kali oleh Panji Mas (1996) dan diterbitkan ulang oleh Gema Insani pada 2014. Saya baru membacanya di cetakan ke-8 (2020). 

Saat saya mencoba berefleksi atas 5 sampai menuju 6 tahun perjalanan pernikahan, pas banget saya sedang membaca buku ini. Rasanya seperti mendapat amunisi baru, energi baru, dan tentu recharge iman yang di era kekinian saat ini porsinya maha penting.

Kata orang, 5 tahun pernikahan adalah masa lolos pertama yang dilewati oleh sebuah biduk rumah tangga. 

6 tahun bukan waktu yang singkat, juga bukan waktu yang terlampau panjang. 

***

Ada hal menarik yang pernah saya bagi di Instagram saya tentang peran perempuan dan laki-laki yang kemudian cukup berbalas panjang di kolom komen. 

Saat itu saya share tentang situasi pagi yang biasa saya hadapi bersama suami, terlebih setelah memiliki anak kedua yang ternyata membuat kami belajar sekaligus menikmati ritme yang berbeda. Ini terjadi saat usia pernikahan kami 5 tahun. 

Setiap pagi, biasanya sebelum pukul 8 pagi, suami bertugas mengambil bubur bayi organiknya baby Umar uang sudah memasuki masa MPASI. Sementara saya di rumah, sibuk beres-beres rumah, dari hal bersih-bersih sampe mengawasi ada atau nggak deretan semut di lantai, enak dipijak apa nggak lantainya, memastikan kasur rapi dan enak dipandang sebagai mood booster pagi, sampai melipat baju-baju yang baru diturunkan dari jemuran. Kadangkala, disambi tangan sebelah cek pesan-pesan yang padat merayap di Whats App atau sambil menyusui Umar. Multi talent banget memang si emak-emak diciptakan Allah, hehe. 

Sementara itu, selesai mengambil bubur bayi, biasanya Ayah bertugas memandikan Umar, bahkan sejak Umar masih bayi merah. Maklum, tugas ini kami bagi dengan pertimbangan tangan Ayahnya yang lebih kuat dan besar untuk menopang bayi yang lahir dengan BB 3,8 kg. Biar adil dan sigap kalau si bayi tiba-tiba gerak. Bukan karena sayanya mager loh ya, tapi karena bagi-bagi tugas.

Kakaknya yang 3 tahun, si Tangguh, alhamdulillah bisa di-handle sementara oleh tantenya, yaitu adik ipar yang tinggal bersama kami. Skenario Allah luar biasa. Pas adek Umar lahir, tepat 1 minggu diterapkannya lockdown dan saat itu juga, si adik iparmulai kuliah online, sehingga banyak waktu untuk ikut ambil bagian dalam urusna rumah tangga, terutama menjaga salah satu anak laki-laki yang sama aktifnya.

Dari situasi itu, saya jadi mikir, kalau suami dan istri yang mewakili kaumnya masing-masing, laki-laki dan perempuan sebenarnya memang diciptakan untuk bekerjasama. Nggak ada yang lebih superior, atau malah main perbandingan, lebih hebat siapa dan siapa. Makanya, disebutkan kalau suami dan istri itu layaknya sahabat, bukan layaknya bos dan karyawan, atau pemimpin dan anak buahnya.

Islam mengajarkan kita bahwa baik laki-laki dan perempuan di hadapan Allah adalah setara. Masing-masing spesial dengan perannya. 

Kesetaraan Gender, Sebenarnya untuk Siapa?

Kesetaraan gender yg diagung-agungkan para feminis sesungguhnya adalah fenomena yang dianggap "seksi" namun semu dan penuh tendensi.

Jadi, banyak orang mengistilahkan feminisme itu sebagai sesuatu yg keren, padahal akar sejarahnya belum dirunut. 

Nah, di cuitan twitter, saya berbagi sekelumit sejarahnya. Recommended buat yang pengen tahu, buku Wanita Berkarir Surga-nya Ust Felix Siauw itu sangat runtut, referensinya juga valid. Jangan melihat muallafnya, tapi lihat seberapa serius belajarmya dibanding kita yg sudah berislam sejak lahir. Seringkali begini kan memang. Kadang yang berislam sejak lama malah ada di zona nyaman. Tak terkecuali saya tentunya.

Makanya, menyoal kesetaraan gender yang kini juga digaungkan sebagai salah satu upaya untuk mengikis kekerasan dalam rumah tangga ataupun 'mengeluarkan' perempuan yang fitrahnya di rumah, yaitu sebagai umu warabatul bait atau manajer rumah tangga dan juga madrasatul ula atau pendidik utama bagi anak-anaknya, penting banget untuk nggak sekedar ikutan tren.

Miris banget, saat ada salah seorang penulis yang awalnya tulisannya viral di sebuah media daring dengan gaya sarkasme yang kental, menjadi role model dan public figure tiba-tiba karena tulisannya yang melenceng tentang Islam dan perempuan. Apalagi, terhitung masih pengantin baru dan belum merasakan menjadi ibu. 

So, dear, terlebih dulu saat menerima informasi di era overload informasi seperti ini, kita bisa nyimak latar penulisnya, juga referensinya ya. Jangan lupa untuk selalu menjadikan Qur'an dan sunnah sebagai referensi utama.

Sejarah kampanye kesetaraan gender ini, saya sarikan dalam bentuk carousel Instagram dari hasil screenshot Twitter :




Dalam buku Cahaya Abadi Muhammad yang ditulis Muhammad Fetullah Gulen, Rasulullah bersabda :
Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sampai seandainya mereka masuk ke liang biawak, kalian pasti akan mengikuti mereka. Para sahabat pun bertanya, ya Rasulullah, 'apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?' Rasulullah menjawab, 'Siapa lagi kalau bukan mereka.'

Dikatakan pula dalam buku itu, tidak ada umat satupun di dunia yang pernah mengikuti kebudayaan Barat seperti yang kita lakukan. Bahkan kita telah sampai ke tingkat kecanduan yang akut. Tidak ada sesuatu pun yang baru di Barat yang tidak kita ikuti dengan membabi buat tanpa menelitinya lagi. Bahkan, seringkali kita menjadi umat yang paling cepat menjiplak gaya hidup Barat dibandingkan bangsa-bangsa Barat sendiri. Padahal Rasulullah SAW selalu membedakan diri dari mereka dalam banyak hal, termasuk dalam hal-hal sekunder yang tidak terlalu penting. 

Clear. Peradaban menjadi mulai dengan datangnya Islam yang diterapkan secara menyeluruh yang saat ini hilang dan membuat banyak umat manusia di seluruh dunia sengsara, itulah Khilafah, sistem pemerintahan yang shahih. Tidak hanya menyelamatkan muslim, tapi juga non muslim. Memanusiakan mereka sebagai manusia. 

Tanpa perlu kesetaraan gender digaungkan, Islam sudah lebih dulu memuliakan perempuan ya, dear. 

--

Sebuah catatan 6 tahun pernikahan The Jannah Wedding -- sepasang manusia yang terpisah di ujung timur dan barat dipersatukan oleh takdir, berjodoh atas ijin Allah ❤️ Terimakasih Allah, terimakasih ayah M Tangguh Ar Rafif dan M Umar Ar Rayyaz, atas semuanya 💋


- Wassalam - 

Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar