Kontroversi Nikah Muda : Boleh Nyinyir Asal Tahu Alasannya




Halo all! Sekarang weekend kan ya? Pas banget kalau ngomongin hal-hal yang berbau pasangan. Hubungannya apa? Ya, biasa lah, buat anak muda macam kita-kita ini (ngaku-ngaku muda), kencan sama pasangan dan melakukan aktivitas membahagiakan pasti jadi rutinitas kalau weekend gini. Stoppp, kalau yang belum punya pasangan gimana? Makanya, itu yang mau kita bahas, tentang pernikahan dan kontroversi nikah muda.

Masih inget ga tentang nikah mudanya Muhammad Alvin Faiz, putra Ust. Arifin Ilham yang sempat menjadi bahasan viral di berbagai media? Yap, 6 Agustus 2016 yang lalu, Alvin resmi menikahi Larissa Chou yang seorang gadis keturunan Tionghoa dan muallaf itu. Dan, Alvin punya andil besar dalam proses ke-muallaf-an Larissa, beserta papa, dan juga omanya. 

Pernikahan tentu membawa kabar kebahagiaan bagi siapapun yang mendengarnya. Tapi, untuk peristiwa yang satu ini sekaligus juga mengejutkan karena keduanya masih dalam usia muda yang katanya masih penuh gejolak. Alvin 17 tahun dan Larissa yang dulunya berprofesi sebagai make up artist itu 20 tahun. Wajar atau terlalu muda menurut temen-temen?


Sumber : video wedding IG alvin_411

Kalau opini saya ya, terus terang saya bangga banget! Ada gitu anak muda zaman sekarang yang semuanya serba instan, mau susah-susah mikirin komitmen dalam usia yang dibilang banyak orang sebagai masa usia pencarian jati diri. Meski banyak orang yang nyinyir tentang nikah mudanya itu, silakan temen-temen survei kecil-kecilan di lingkaran pertemanan terdekat, mau ga anak muda 17 tahun disaranin buat nikah? Saya berani jamin, absolutely no! Paling jawabannya, “Ah tar dulu lah, itu masih jauh dari pikiran. Pengen sekolah sama berkarir dulu, Kak!” atau “Pacaran aja dulu, kan masih kecil”.. Itu salah satu jawaban yang paling banyak saya dapat.

So, I say kalau para orang tua yang punya anak remaja seumuran Alvin begitu, semestinya tidak terlalu was-was berlebihan tentang kemungkinan termotivasinya si anak untuk juga minta nikah karena alasan biar ga dosa atau biar halal. Hanya anak-anak dengan mental yang sudah terbentuklah yang berpikir sejauh itu. Termasuk Alvin pastinya.

Saya menganggap nikah mudanya Alvin dan Larissa ini sesuatu yang wajar, sewajar saat kita melihat ada anak kecil yang bahkan belum sekolah sudah bisa hafal Al-Qur’an. Awalnya pasti kita terkejut-kejut, heran, takjub, lalu setelah menilik jauh ke belakang, baru kita sadar, “O..o..o..begitu toh kebiasaannya. Ya pantes kalo dia udah hafal Al-Qur’an, wong waktu belajarnya rutin, hafalannya rajin. Orangtuanya juga nyontohin…” 

Sumber : www.satujam.com

Ya begitu juga Alvin. Lihatlah latar belakangnya. Buah pasti jatuh tak jauh dari keranjang supermarket, eh dari pohonnya :D Ayahnya yang seorang uztadz kondang dan bersahaja, serta ibunya, Wahyuni al-Waly yang merupakan keturunan ulama kharismatik Aceh dan sekaligus Mursyid Thariqah Naqashabandiyah se-Aceh tentu bukanlah profil yang sembarangan.

Saya haqul yakin kalau kedua orangtuanya sudah mendidik Alvin dengan treatment yang berbeda daripada anak-anak pada umumnya. Jadi ketika Alvin memohon restu ayah dan ibunya untuk menikah, ga mungkin banget misal mereka berdua malah berkomentar, ”Jangan, Nak.. Masih kecil kok nikah, mending kuliah yang bener, cari kerja, lalu punya rumah, mobil, baru cari istri…!”
  
Hellowwww, please, open your mind and heart, mereka bukanlah orang rata-rata. Rata-rata antara katro, mainstream, dan sekuler (memisahkan kehidupan dunia dan akhirat).  Pijakannya jelas, syariat Islam. Sebagai mukmin (bukan lagi muslim), sudah barang tentu seluruh keputusan didasarkan pada hukum yang dibuat Allah, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah (melalui perantara Rasulullah). 


Sumber : IG alvin_411

Ukurannya bukan lagi standar materi seperti kebanyakan orang yang berprinsip sukses itu berarti mapan secara finansial. Bahkan kemapanan emosi pun menurut saya, kurang dipikirkan oleh mayoritas orang tua negeri ini. Ya buktinya, banyak kok kasus-kasus baru pengasuhan orangtua yang sudah cuek sejak anak-anaknya masih bersekolah dasar misalkan… Atau malah yang salah menempatkan porsi protektif sehingga ada kasus orangtua versus guru misalkan. Artinya, kalau agak gimana gitu dengan nikah muda yang alasannya emosinya kurang stabil, dan sebagainya, ya kok menurut saya hanya kambing hitam.

Jadi, sekali lagi, men-generalisir peristiwa nikah muda Alvin yang kemudian ditakutkan akan ‘ditiru’ oleh kalangan anak muda lainnya, menurut saya lagi, kok agak kurang pas. Menyandingkan sesuatu haruslah diukur kapasitasnya.

Melalui tulisan ini, saya ingin memberikan wacana tandingan untuk tulisan seorang santriwati berusia 22 tahun yang diunggah dalam sebuah situs dan sedang diikutsertakan lomba tentang permasalahan kemanusiaan di sekitar kita. Beberapa yang saya soroti yang kebanyakan menurut subyektivitas saya cenderung anggapan yang salah dan sangat ‘mentah’ adalah :
  • Kalimat :“Perempuanlah yang paling sering menjadi korban dan dirugikan. Hemat saya, sejauh ini belum ada alasan yang mendesak bagi Dek Alvin untuk menikah sedini itu, toh juga Dek Larissa tidak hamil, sehingga tidak menuntut tanggung jawab lebih kepada Dek Alvin.”
Justru dengan perempuan dinikahi secara sah menurut syariat dan hukum yang berlaku secara perundang-undangan di Indonesia, akan lebih menjamin keamanan pihak perempuan itu sendiri. Dan, usia Larissa yang 20 tahun merupakan usia yang cukup untuk seorang perempuan muda. Justru, perempuan akan menjadi korban jika hanya dipacari, diajak bertunangan tanpa kejelasan kapan pernikahan dilangsungkan, diajak kawin lari, atau nikah siri yang tidak dicatat hukum negara (karena khawatir bila hukum agama digunakan oknum tidak bertanggungjawab seperti halnya kawin kontrak). Dampaknya apa? Ya itu yang disebutkan, hamil diluar nikah! Apakah menikah harus menunggu hamil dulu? Ini yang patut digaris bawahi.

Sumber : www.infoyunik.com
  • Kalimat : “Sejauh pengetahuan saya, Dek Alvin menikah didasarkan pada alasan agama, lebih tepatnya menghindari fitnah dan takut melakukan kemaksiatan. Di usia semua Dek Alvin (17)  tidaklah ada alasan yang mendesak untuk menikah. Alih-alih mendasarkan tindakannya pada agama hanya soal kamuflase semata” 
Menjustifikasi seseorang yang ingin menghindarkan diri dari kemaksiatan, ini agak aneh. Justru karena kita sadar sebagai manusia ada saja kekurangan, maka sudah sepantasnya kita meminimalisir kekurangan kita itu, jangan sampai terjadi fitnah. Terlebih di zaman “apa yang salah dianggap benar” dan “apa yang benar dianggap salah” ini. Dan, cobaan terbesar anak muda yang paling berbahaya adalah soal menanggulangi fitrah rasa. Iya apa iya? Kita semua pasti sudah mengalaminya. 


Sumber : IG alvin_411

Zaman saat kita remaja dulu tentu berbeda dengan zaman remaja saat ini. Kalau dulu, akses teknologi informasi tidak sederas saat ini. Butuh effort lebih untuk seorang anak yang ingin (maaf) menyewa video porno, misalkan. Ia harus melewati rasa malu datang ke rental, sembunyi-sembunyi dari orangtua, dan lain-lain. Tapi sekarang? Tak perlu effort, tidak ada blocking pornografi yang dilakukan negara, UU ITE kita juga lemah. Malah, orangtua zaman sekarang memfasilitasi anak-anak untuk mengakses itu dengan menyediakan smartphone karena alasan gengsi yang banyak terjadi di masyarakat desa yang sedang bertumbuh menjadi masyarakat urban. 

Masih ingat kasus Yuyun? Remaja 14 tahun yang diperkosa keroyokan oleh sejumlah pemuda dan berakhir tragis? Begitulah fenomena dan fitnah terbesar saat ini. Fitrah rasa yang tidak bisa dikelola hanya akan menimbulkan pelarian sesaat yang didukung nafsu birahi. Lebih banyak mana kasus pelecehan seksual seperti ini untuk diselesaikan daripada menggunjing negatif tentang nikah mudanya si Alvin yang jelas-jelas sudah memiliki jiwa kepemimpinan sejak kecil. Seperti yang diungkapkan ayahnya dalam 17 wasiat pernikahan putranya : “Nanda Alvin dari kecil sudah mempunyai bakat leadership, humble, rendah hati, belas kasih, banyak teman, hobi membaca, selalu dimintai pendapat oleh teman-temannya, senang berbaur tetapi tsiqoh (kuat) menjaga prisip agamanya, tidak mau menyentuh yang bukan mahram, dan selalu menjaga wudhu”.


Sumber : www.jpnn.com
  • Kalimat : Pernikahan Dek Alvin tidak dilaksanakan dengan jalan yang terbaik. Nikah bukan soal bikin sensasi dan mengejutkan publik semata. Seharusnya pernikahan menjadi ibrah (pelajaran)baik bagi semua orang, tapi tidak dengan usia semuda itu. Bukan karena saya iri dan cemburu, tetapi ini soal maslahah. Mungkin menikah itu maslahah bagi Dek Alvin yang sudah siap lahir batin, tetapi bagaimana dengan pengikutmu atau orang lain di sekitarmu? Apakah mereka semapan dan seenak hidup Dek Alvin?  Kemaslahatan harus diwujudkan untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan pribadi.

Justru karena Alvin ingin menghindarkan diri dari zina yang banyak dilakukan kalangan muda seusianya, ia pun menempuh jalan ini. Daripada pacaran bertahun-tahun yang tiap tahunnya merayakan hari jadian tanpa menghitung dosa :) 

Sumber : www.awewo.com
Kisah Alvin buat anak-anak muda lain seharusnya menjadi suatu cermin besar bahwa kalau ingin melakukan seperti yang Alvin lakukan, ia harus menyiapkan diri. Memantaskan diri. Apa yang bisa dipelajari dari pernikahan Alvin, baca disini ya.

Kalau merasa belum pantas, ya PR keimanannya berarti masih banyak. Bukan permasalahan mapan dan enak secara finansial atau strata sosial, lebih dari itu adalah soalmental dan iman. Ini menginspirasi, maslahah umat supaya tidak terjadi kerusakan yang lebih parah. Ya mungkin si penulis yang notabene masih belum menikah tidak iri dan cemburu secara permukaan, tapi di bawah alam sadarnya saat menuliskan itu, sangat tersirat jelas rasa iri dan cemburunya.

Tiga hal itu saja yang paling ingin saya kritisi mengingat tulisan itu jika dibaca banyak kalangan muda yang tidak paham kajian yang sebenarnya, justru akan menyesatkan pemikiran.

Sebelumnya, nikah muda juga lumayan ngehits di media sosial, terutama twitter dan ask.fm, yaitu pernikahan Ressa Rere dan Qorryan yang keduanya aktif bergabung di film maker muslimnya Tim Darul Qur’an Movie. Saat itu mereka berusia 21 tahun. Dan, lewat sebuah video yang diunggah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penggemarnya, Rere menyatakan bahwa dulunya ia ingin menikah di usia 19 tahun, tapi belum kesampaian.

Sumber : video Film Maker Muslim

Tips darinya supaya banyak anak muda bisa menempuh jalan halal dengan kesiapan adalah :
  1. Persoalan niat.Ikhlaskan hanya karena Allah.
  2. Jangan melihat pandangan manusia, tapi lihat hanya pandangan Allah. Kalau niatnya sudah tepat dan kita mantap karena memang tahu alasannya, maka orang lain akan berkomentar apapun, inshaallah bisa ikhlas.
  3. Selalu percaya dengan firman Allah dalam QS. An-Nuur : 26 : “Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)

Sumber : www.ask.fm

So, buat yang masih ragu untuk menikah atau di sekitaran kita masih banyak anak muda yang malah jadi galau ga jelas juntrungannya, sebaiknya arahkan saja untuk melakukan hal-hal yang positif di sekitarnya, seperti berkomunitas dan berprestasi, misalkan. Termasuk puasa seperti anjuran Rasulullah SAW :

“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tapi kalau merasa sudah siap, segerakan saja karena menikah berarti melakukan setengah dari ibadah. Bukan seperempat loh ya :) 

“Jika seseorang menikah, ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertaqwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Imam al-Baihaqi)
Kalau usia sudah cukup, tapi jodoh tak kunjung datang gimana? Boleh baca sharing pribadi saya ini ya : Jodohmu udah Dimana? Mungkin ada yang salah dengan diri kita  :) Dan, jangan kuatir kalau akan kekurangan rezeki, Allah sudah menjamin kok. Ya kali mau nunggu punya rumah pribadi, apartemen, mobil, dan tabungan 7 digit, itu semua ga ada tuntunannya :)

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya…” [An-Nuur/24: 32]

Jadi, nikah muda itu sah-sah aja kan? Asal tahu alasan yang tepat berdasarkan syariat dan juga bercermin diri. Bukan malah melakukan pembenaran dengan mendekati zina (pacaran) untuk menghindari komitmen. Apalagi sampai mengkampanyekan anti pernikahan dini untuk orang-orang yang sudah siap secara keimanan. Alangkah baiknya kalau diperbaiki dulu konteksnya.

“Hindarilah perbatan zina. Karena sesungguhnya di dalamnya terdapat empat hal: menghilangkan keindahan wajah, memutuskan rezeki, membuat murka Yang Maha Pemurah, menyebabkan hidup kekal di neraka.” (Hr. Imam ath-Thabrani)

Apakah ada alasan yang lebih tepat selain berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah? Wallahu a’lam bis shawab.

Prita HW

32 komentar:

  1. Sudah baca tulisan santri itu. Luar biasa, bisa dibaca ribuan orang ya hehe. Well, memang sudah kodrat kali ya selalu ada pro kontra. Karena masing-masing memang memiliki pandangannya sendiri. Kita yang di sini setuju, di sana barangkali berpikiran lain :D

    Saya setuju kalimat Mbak Prita, selama kita sudah tahu alasan yang tepat dan memantaskan diri, nikah muda ya sah-sah saja. Biar bagaimana, ini bisa jadi ladang dakwah yang bagus juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyes mbak, kl ga pro kontra bukan kontroversi namanya yah:) yap, berpikir dr kacamata positif ala kita yg seorg muslim^^

      Hapus
  2. Aku suka tulisan ini Mbk, mencerahkan banget. Tak ingin orang mencaci tanpa ilmu. Lihat latar belakang Alvin dan Larissa pasti udah kuat landasan agamanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mb Naqi udh mampir.Iya mbak, ini krn tergelitih hati pas baca tulisan itu, biar ga semua nelan mentah2, smg bermanfaat utk ngasi keseimbangan pemikiran ya..

      Hapus
  3. Suka tulisan ini...betul sekali ketimbang menyinyirin hal yg uda positif mendingan kita fokus memperbaiki hal yg negatif aja. Kalau blm siap nikah ya arahkan kegiatan positif, bukan cari alasan buat bisa pacaran doang... Makjleeeb!! Salam kenal mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mas Ardana udh mampir..iya mas bener bgt, hal yg bener disalahin di aman skrg :) tgs kita bersuara lewat tulisan. Salam kenal mas :)

      Btw, komennya ke-post dua kali ya, aku hapus satu ya, hehe

      Hapus
    2. eh Mbak Ardana Putri ya, kirain mas :)

      Hapus
  4. nikah muda wjar sih... itu yg resmi pake dihebohin.... yg hamil dulu banyak..gak pake heboh...dunia..oh..dunia..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yes, mbak, begitulah, kata lagu kan, zamannya zaman edan :p

      Hapus
  5. biasalah, jaman sosmed di ujung jari ini....kenyinyiran pun terdongkrak to the max hehe. Alvi dan ortunya adalah keluarga yang beda dari keawaman, ya dari sisi ilmu juga pengamalan agamanya, jadi wajar2 aja sih mutusin nikah muda. Saya termasuk yang no problem sama nikah muda. Dulu emak saya nikah pas seumur Larissa, saya juga kepinginnya dapet jodoh umur 20 eh umur 23 baru nikah hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi mb Riawani udah baca, bener mbak, semudah like n share ya berpendapat itu mbak zaman medsos gini, harus pake saringan banget nih :) Hehe, enak kan nikah usia 20 an awal gitu ya mbak, ga pake galau, samaan:)

      Hapus
  6. Asal gak kemudaan banget, hehe kalau aku lbh khawatir ke siap gaknya alat2 reproduksi, terutama buat yg cewek.

    Tapi kalau sdh siap secara reproduksi, mental, usia, agama, materi, restu keluarga dll, monggooo, karepmuuuuu hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Pril, kl blm kepala 2 utk perempuan emang rawan, nah kl udah kepala 2 itu udah aman kayaknya..hehe

      Hapus
  7. Saya juga agak kaget ketika membaca berita pernikahan muda ini beberapa waktu yang lalu, sampai saya baca di Hipwee, bagi saya menikah muda adalah hal yang menantang, dan hanya mereka yang berani yang bisa.. saya udah umur 26 dan belum menikah, hehee

    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, komitmen dari pernikahan itu menuntut konsekuensi dan itu ga mudah..semoga disegerakan yg disemogakan yaa..

      Hapus
  8. aku termasuk yg santai aja dg berita nikah muda nya si alvin mak, sudah sering ketemu hal seperti itu soalnya di sini. apalagi wktu tau kalau si alvin anaknya ust. arifin ilham, wajarlah yah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak amat sangat wajar kl liat latar belakangnya, konteksnya beda kl disejajarkan ma masyarakat awam

      Hapus
  9. Saya baru tahu soal tulisan santriwati itu dan langsung ikutan baca Mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak, silahkan..kl sy geli dan tergelitik :)

      Hapus
  10. eh aku pun baru tahu ada tulisan mba santriwati itu, langsung capcus baca juga kesana, jadi makin terkenal deh ya nambahin klik *hehe*

    klo aku juga dari awal gak ada kontra, ya dia yang jalanin kok kita pan cuma penonton. penonton yg baik sebaiknya ikutan mendoakan yg baik pula, gak rugi sih wong mereka bukan orang yg aneh2 dan negatif.

    kalau anakq yg minta kawin muda, aiih langkahi dulu syaratnya2 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak gpp biar sama2 seimbang, jadi dibaca juga, haha..bener, balik lagi ke anaknya, dan ortunya yg paling tau anaknya juga :)

      Hapus
  11. Kalo saya nikah sudah tua,, sudah mau kepala 30tahun, kalo diantara kalian yang gak suka atau yang gak setuju nikah muda tapi masih single dan usianya udah kepala 30 keatas. jangan salahkan orang nikah muda. suruh siapa jomblo terus, orang deh kena sasaranya buat disalah-salahin

    BalasHapus
  12. Tulisannya bagus banget, mbak.
    Saya baru aja diskusi soal ini. Nikah muda itu yang ditakutkan sebenarnya bukan masalah materi. Karena materi kan bisa dicari dan diusahakan. Tapi yang pasti kemantapan iman dan kedewasaan dalam berpikir, itu yang harus diperhatikan.
    Kalau Alvin, aku sih yakin sudah mantap karena didikan orangtua-nya.
    Tapi justru khawatir anak-anak muda lain nikah muda karena sekedar pengin ikut-ikut. Tulisan, mbak pas banget buat jawabannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi apresiasinya mbak, begitulah mb, tulisan kita jawab dengan tulisan :)

      Hapus
  13. Sebenarnya sih, nikah muda itu hak setiap orang. Yang penting ketika nikah, kita udah matang lahir dan batin. Sebisa mungkin, salah satu pihak sudah berpenghasilan agar nantinya gak ngerepotin orang tua.

    Kalau buat saya, sih, yang seharusnya dipikirkan adalah masalah nikah paksa. Yang jenis inilah yang justru lebih berbahaya.

    BalasHapus
  14. Ibukku dulu disodorin ini kali ya, sayang mak nulisnya telat T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, mb Mendol bisaaa ajaaa.Kan yg penting udah lancar jaya sekarang :)

      Hapus
  15. ulasannya mantapp deh..
    dulu pgn nikah muda tapi apadaya, baru ktmu jodoh di usia 25 hihihi

    salam kenal dari malang

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, tergolong muda dongs mbak 25, hihi

      Hapus
  16. Suka bnget sama gaya penulisannya mbak Prita.
    Sebenarnya kepengen bnget nikah muda. Tpi masih belum siap lahir dan batinnya.. hhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbakkk..inshaallah kl udah waktunya,bakal ketemu jalannya mb :)

      Hapus