Dusun Promasan, Destinasi Wisata Anti Mainstream di Lereng Gunung Ungaran



Masih terngiang di ingatan, keindahan Dusun Promasan di lereng Gunung Ungaran saat saya secara tak sengaja mengunjunginya pertama kali dengan para kawan baru yang tak kalah seru. Dusun Promasan kala itu sangat memikat mata dan hati seperti di tulisan pertama ini.

"Jadi ada jadwal ngajar, mak. Tapi aku ga ada temennya.", ungkap Asih curcol, teman kerja yang menjadi sahabat mbolang saya saat di Semarang.

"Wah, iya Sih, ga papa, dengan senang hati, aku temenin. Jadi, kita cuma dua-duaan thok ini?", jawab saya antusias dan sudah tak sabar. 

Hari itu saya masih ingat betul, malam minggu. Malam kegalauan buat para  jomblo tentunya. Termasuk saya, saat itu ya :) Demi mengisi waktu supaya lebih bermanfaat sekaligus refresh otak yang penat karena target kantor, saya menuju Ungaran, ibu kota Kabupaten Semarang, yang bisa ditempuh kurang lebih sejam dengan menggunakan angkutan umum. Asih sudah menunggu di sebuah minimart sesuai kesepakatan, lengkap dengan "kuda besi" nya.

Yey, girls day out, teriak saya dalam hati. Saya percaya saja dengan insting rider Asih yang juga merupakan anggota sebuah klub motor. Menuju arah Bandungan, kami berdua menyusuri jalanan yang dipenuhi villa-villa di kanan kiri, meliuk melewati jalan kecil mirip pematang sawah, dan sampai di Mawar Camping Ground. Sudah malam, sekitar pukul 11, kalau saya tak salah ingat. Untungnya, Asih sudah memesan sebelumnya kepada mas-mas kenalannya di pos penjaga untuk mendirikan tenda saat kami tiba. Ah, lega rasanya.

Kami berdua perempuan yang masih sadar tak  mungkin kami menempuh track malam-malam. Jangan sok heroik, lah :) 

Malam di Ungaran sungguh sangat eksotis. Foto : cakrawalatours.com

Malam itu, angan-angan saya untuk merasakan menginap di Mawar saja, menikmati kunang-kunang kota dan Kabupaten Semarang, menyeduh teh panas yang dengan segera menjadi hangat dan dingin jika tak segera disentuh, serta gorengan atau lauk sederhana ala warung kaki lima disini, sunguh kenikmatan tiada tara. Malam itu kami pun berkenalan dengan tetangga baru, mengobrol seadanya demi meneguk kehangatan yang pelan-pelan mesti "dipanggil" untuk merasuki tubuh.

Kalau kamu termasuk yang suka tiba-tiba harus ke belakang untuk menuntaskan hasrat buang air kecil karena pengaruh dingin, jangan kuatir. Toilet di Mawar sudah tersedia berjejer. Kalau shalat, bisalah dilakukan di tenda. Atau diluar tenda sekalian, biar terasa aura tadabbur alam nya :)

Hm, beberapa orang ada yang menyebut-nyebut Mawar tak asik lagi dikunjungi karena ramai, terutama di hari-hari weekend. Ya gimana ya, namanya juga destinasi wisata yang buagus, wajar kalau kemudian jadi incaran. Kecuali kita plot ini sebagai destinasi pribadi :) Saran saya, pintar-pintarlah mengatur hari, dan strategi. 

Tapi saya jadi kepikiran juga. Andaikan ya Mawar Camping Ground menuju Dusun Promasan ini dikemas dalam paket 2 hari 1 malam dengan menggabungkan konsep eco tourism. Hm, betapa menggiurkannya. Jadi, untuk para mbolangers yang bukan pendaki gunung akut, tak masalah dan tak perlu ragu menuju kesini. Juga merasa save karena sudah ada guide yang terpercaya.

Seperti Apa ya Andai Dibuat Paket 2 Hari 1 Malam Mawar Camping Ground Menuju Promasan?

1 Para penikmat paket ini bisa dijemput di Bandungan dengan shelter khusus, atau langsung menuju Mawar Camping Ground, yang letaknya persis berjejer dengan Pondok Kopi yang lumayan mencolok disaksikan dari arah jalan sebelum menuju gerbang Mawar.

2 Mbolangers bisa memilih fasilitas yang tersedia, misal dengan jalur tertentu, dan juga pilihan tenda dan peralatannya yang membawa sendiri atau disediakan dari pengelola. Lebih seru lagi jika menyempatkan diri untuk nge-camp malam hari di hari pertama datang atau di hari kedua saat pulang. Yang penting suasana malam syahdu di Mawar ini wajib hukumnya.

3 Jalur yang asik persis seperti yang saya dan Asih lalui. Karena Asih sudah cukup hafal track nya, tentu kami tak perlu guide atau berkawan mas-mas yang sama-sama menuju jalur ini.

Jalur sepanjang menuju Promasan, sejuk kan

Nah, hari pertama bisa dibuka dengan memanfaatkan photo spot terbaru yang baru dibuat kabarnya pas Mei 2017 yang lalu oleh sekelompok pecinta alam yang memanfaatkan limbah botol air mineral bekas. Kalau malam hari, photo spot dengan bentuk love ini bahkan bisa menyala sangat romantis. Wah, asik banget! Jaman saya kesini tiga tahun lalu, belum ada tuh.

Photo spot baru, hmmm, sungguh menggoda! Foto : travel.detik.com

Kemudian lanjut saja dengan track menuju Promasan, yang sepanjang jalurnya landai dipenuhi banyak pepohonan yang menyebarkan oksigen gratis. Nabunglah sebanyak-banyaknya jika berpelesir kesini. Sesekali berhenti di spot yang kamu suka untuk menghirup dalam-dalam, sekedar sengaja memanjakan telinga mendengar kicauan burung langsung dari habitatnya, atau merekam perjalanan dengan kamera. 

4 Sebelum sampai di Dusun Promasan, kamu akan melewati sebuah kebun kopi yang kabarnya sekarang juga sudah dibuka dan dikenakan retribusi berbayar murah yaitu Rp. 2000. Di kebun kopi ini juga ada semacam pemandian atau kolam renang loh, yang kalau saja dikelola dengan baik, pastilah kamu tak segan untuk langsung nyemplung berbaur di kesegaran alam Ungaran.

Segarrr kannn. Foto : olipeoile.wordpress.com

Dan, lagi-lagi dulu saya belum sempat menemukannya. Kebun kopinya masih rapat bergembok :(

Ini penampakan tiga tahun lalu ya, persis di depan kebun kopi :)

Lebih seru juga, apabila saat di Kebun Kopi ini, pengunjung atau penikmat paket 2 hari 1 malam bisa diperkenalkan dengan varietas kopi apa yang ditanam disana, bagaimana cara pengolahannya, atau bahkan bisa dibawa pulang sebagai bagian dari cinderamata asli buatan warga lokal. Atau memilih diseduhkan langsung oleh peracik handalnya? Ah, minum kopi di tengah alam terbuka seperti itu, siapa yang bisa menolak. Bahkan buat pecinta kopi KW seperti saya pun juga ikut tertarik.

5 Menuju kebun teh Promasan atau kebun teh Medini. Kamu bisa berkeliling memanjakan sejauh mata memandang dengan segarnya daun teh yang hanya bisa dilihat di iklan-iklan TV biasanya. Kalau beruntung, bisa menemukan pemetik tehnya langsung, ajaklah untuk bercakap-cakap sekedar beramah tamah menghargai hasil jerih payah mereka.

Bisa memetik teh langsung seperti ini, bisa dibayangkan jadi pengalaman tak terlupakan. Foto :
olipeoile.wordpress.com

Tapi bagi mbolangers penikmat paket 2 hari 1 malam, wajib nih untuk berjibaku dengan pemetik teh. Pengelola juga bisa mengkondisikan paket memetik teh secara langsung, atau berjibaku dengan warga sambil memotret momen tak terlupakan. Kapan lagi kan merasakan menjadi pemetik teh pegunungan? Setidaknya kamu akan lebih menghargai teh yang biasanya kita minum instan dari sachetan kemasan itu.

6 Menuntaskan penasaran di Goa Jepang. Ini yang juga menyimpan misteri tersendiri. Goa Jepang konon menurut warga dan juga hasil bacaan saya adalah tempat bersembunyinya tentara Jepang di masa Perang Dunia II (yang jatuh diantara rentang 1942-1945). Goa sepanjang 100 meter ini katanya juga menjadi tempat persembunyian persenjataan yang juga terdiri dari beberapa sekat ruangan. Kalau ingin masuk, siapkan senter dengan pencahayaan terbaik. Supaya bulu kuduk tak cepat berdiri dan tentu supaya bisa keluar dengan selamat :)

Mulut Goa Jepang yang menganga seakan menantang siapa saja. Foto : Hekso Liany

Saat saya dan Asih menuju kesana, musim hujan memang belum reda benar. Goa Jepang tak nyaman kalau dimasuki di saat musim hujan, karena ada genangan-genangan air di dalamnya yang membuat tak bebas melangkahkan kaki.

7 Jangan lupa untuk berkunjung ke Candi Promasan, seperti yang saya bilang di tulisan pertama, Candi ini adalah tetenger yang kemudian menjadi nama dusun ini. Warga masih cukup menganggap tempat ini semi mistis, terbukti dengan beberapa sesajen atau bunga-bunga yang kadangkala masih ada di sekitarnya.

Pancuran di Candi Promasan. Foto : sasadaramk.blogspot.com

Disini juga ada pancuran air sumber yang sangat segar. Toilet pun bisa ditemukan disini. Hm, kalau nanti sudah dibuka paket 2 hari 1 malam, bisa nih ditambah dengan penjelasan sejarahnya secara lengkap buat menambah referensi bagi para pecinta wisata sejarah.

8 Nah, misal tak bermalam di Mawar, bermalam di Promasan juga bisa jadi pilihan. Jadi  1 malamnya bisa disesuaikan, sebelum track menuju Promasan, atau sesudahnya. Sunrise juga jadi sesuatu yang indah bila bisa menemukannya di saat cuaca cerah. O iya, selain tenda, sepertinya kalau warga diedukasi untuk membuka homestay selain basecamp yang akrab disinggahi para pendaki, bisa juga jadi pemberdayaan warga dan memberi petualangan tersendiri bagi mbolangers.

View Promasan di pagi hari yang berkabut
 
9 Bila rumah panggung yang dulu didirikan relawan dan juga ada jadwal pengajaran seperti yang saya dan Asih lakukan masih ada, bisa juga ditambah dengan paket volunteerism, menggabungkan ide kerelawanan dan pariwisata. Pengelola bisa merangkul warga untuk diberi pengertian. Ya tak perlu mengajar yang gimana sih, cukup berbagi apa yang kamu bisa. Menyanyi, bercerita, membuat games sederhana, apapun itu. Yang penting, menghibur dan bermanfaat.

Anak-anak dan kakak-kakak yang datang menyusul di siang hari

10 Hari kedua, mbolangers bisa langsung melakukan perjalanan kembali ke Mawar yang memakan waktu yang kurang lebih sama dengan perjalanan awal, sekitar 2-2,5 jam saja. 

Bersiap menuju Mawar

"Mak, ini anak-anak sudah datang. Kita ga punya waktu banyak.", kata Asih tiba-tiba membuyarkan lamunan saya yang waktu itu berandai-andai bila Promasan ini dikenal para mbolangers yang lebih luas. 

Asih memang kerap memanggil saya begitu, panggilan sayang :) 

"Sekarang, kita main-main kata-kata dan angka dalam Bahasa Inggris yuk. Ada yang bisa 1-10 dalam Bahasa Inggris?", saya membuka obrolan dengan adek-adek kecil.

Aktivitas ini membuat hati saya penuh

Ternyata mereka menggeleng. Jadilah dengan stabilo dan spidol warna warni, saya bersama-sama dengan mereka melafalkan dan membuat teka teki.

Maklum, sekolah mereka memang harus keluar ke arah Medini. kalau tak ada yang mengantar, atau musim sedang jelek untuk dlewati motor, mereka terpaksa meliburkan diri. Sedangkan yang usia remaja, sudah banyak yang ikut saudaranya yang tinggal ke arah yang "lebih kota" dan lebih mudah akses. Begitu info yang saya terima.

Bagaimana dengan ide wisata anti mainstream di destinasi wisata di lereng Gunung Ungaran ini? Asik, kan? Semoga saja ya Pemerintah Kabupaten Semarang menampung ide ini, sehingga semua pengelolaan tetap disinergikan dengan kebutuhan warga dan juga kebutuhan mbolangers yang haus akan destinasi eco tourism seperti ini. 

Saat saya berjalan pulang menyusuri track dari Promasan menuju Mawar, saya bahkan sempat berpas-pasan dengan turis Jepang sekeluarga loh, bapak, ibu, dan dua anak usia sekolah dasar lah kira-kira. Mereka melakukan track seperti olahraga saja dan berbicara dengan bahasa yang saya tak mengerti artinya. Itu makin menambah keyakinan saya bahwa destinasi ini menyimpan berjuta rahasia untuk diketahui masyarakat umum.

Sepulang dari Dusun Promasan untuk kedua kalinya, saya tetap pada kesimpulan bahwa saya tetap jatuh cinta pada Promasan. Ketika mendengar kata Ungaran, saya pasti tak lupa untuk merujuk pada pesona Kabupaten Semarang yang satu ini. Sampai berjumpa lagi, Promasan, aku pasti kembali, insyaallah.





Salam Dunia Gairah,
  

 


  




  

Prita HW

21 komentar:

  1. Seru banget main kata2 bareng anak2 luar biasa ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya serunya ya anak2nya, ya background tempatnya :D

      Hapus
  2. Keren sekali tempatnya. Thanks for sharing here. :D

    BalasHapus
  3. Goa Jepang disana apa seperti Goa Jepang di sekitaran Pantai Selatan Jember mbak? Sama-sama sengaja dibuat. Kalo menurut tulisan Mbak Prita di atas sih sama-sama untuk persembunyian tentara Jepang saat Perang Dunia II dulu, tapi lumayan panjang ya 100 meter.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah di pantai2 selatan, oh yg kayak di Teluk Love Payangan itu ada kayaknya ya. Hm, kyaknya emang sengaja dibuat mas, soalnya peruntukannya spesifik gitu. CMIIW

      Hapus
    2. Nggak cuma di Payangan mbak, di Papuma juga ada kok... Tapi kan kalo di Payangan dan di Papuma cuma "sak ipet tok", kalo disana kan sampe 100 meter, sepertinya asik hehehe...

      Hapus
  4. syahdu banget, ga nyangka ada tempat begini di Ungaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. banget banget nay,ini slalu aku kangenin kl ke ungaran :) btw, aku adopsi ide 2H 1M yg utk Petung Kriyono mu, Nay. Kepikiran krn kok kayak punya potensi sama, meski destinasinya beda

      Hapus
  5. Sampai saat ini, kalau nyebut Kota Semarang, yang terbayang selalu kota yang puanasss. Abis baca tulisan Mbak Prita ini, insyaALLAH mulai ngerencanain untuk eksplore kesana, yeay! Ternyata Semarang punya tempat2 yang sejuuk :)

    Sukses buat lombanya ya Mbak! Keren pisan tulisannya euy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, brarti kamu maennya pas di Smrg krg, Jul. Smrg itu destinasi lengkap, ada pantai, gunung, bukit, komplit. Panas krn di wilayah kota sih wajar ya, nah kl pengen ngadem, langsung cuz ke Smrg atas, guampang pol :)

      Amien, makasih udh mampir ya, Juleee

      Hapus
  6. Seruuuu iiih.
    Mba Prita kenyang jalan2 yaaa

    BalasHapus
  7. orang Jepang tu mungkin mau napak tilas ke Goa Jepang kali ya mbak. *sok tau*

    BalasHapus
  8. Ya ampuuun, ini dusun kenangan entah tahun berapa, yang jelas aku masih ngampus. Hampir tiap bulan kesini. Masuk gua jepang, shalat di mushola yang udah jelek. Wudhuna di air yang memancar dari candi itu. Ya Allah masiiih semuaaaa, kangeeeeen, hiksss

    BalasHapus
  9. Mbak ini kepikiran aja ya untuk bikin paket wisata seperti itu, ada alternatifnya pula. Salut saya sama pemikirannya.

    Kalau saya mungkin gk pernah punya pemikiran seperti itu.

    :)

    BalasHapus
  10. Wah, usai berlelah-lelah berkendara terus menyesap secangkir teh panas, ditemani gorengan yang masih kemepul itu memang nikmat tiada tara :)

    Tempat ini jadi jawaban buat warga Semarang yang mendamba udara sejuk.

    BalasHapus
  11. Pengen bawa bocah ke sini medannya berat ngga yaaa, asyik kalau dibikin paketan seperti usul Prita..

    BalasHapus
  12. Kebun teh nya bikin mata seger dan hati adem.
    Aku baru sekali ke Kebun teh tapi di kota Malang, dan waktu itu cuma keliling aja naik kereta melihat kebun tehnya. Seneng banget kalo bisa metik teh secara langsung.

    BalasHapus
  13. Waaaah adem banget ini tempatnya. Aku pribadi lebih suka daerah-daerah kaya gini buat tinggal, gak suka di perkotaan anaknya hehehe

    BalasHapus