Antara Pencitraan, Reputasi, dan Personal Branding

“Media sosial itu pencitraan diri. Makanya yang dicitrakan ya mesti yang baik-baik aja. Supaya bermanfaat buat orang lain.”




Itu celotehan yang sering saya lontarkan saat ngobrol dengan suami atau sahabat tentang bagaimana kita memposisikan diri di media sosial.

Saya hanya aneh saja ketika pencitraan identik dengan pencitraan negatif. Ini pasti gara-gara dunia politik yang mempopulerkan kata itu, gumam saya :)

Tapi, sepositif-positifnya reputasi seseorang, pasti ya ada saja hal yang bikin sebagian orang yang hobi nyinyir bilang, “masa sih nih orang ga ada jelek-jeleknya?”. Nah, karena rasa kepo yang tidak pada tempatnya itulah muncul yang namanya prasangka, cikal bakal berita hoax, dan sebagainya. See?

Buat saya sih, ngapain repot-repot ngurusin orang lain ya untuk mencari-cari kesalahan atau yang lebih parah, berniat menghancurkan reputasi seseorang, karena itu sama sekali bukan aktivitas yang membawa berkah. Kedua, menghabiskan energi. Ketiga, apa yang kita pikirkan akan menjadi bumerang untuk diri kita sendiri :)

Padahal, kalau kita mengambalikan titik kesadaran ke angka nol, kita pasti meyakini bareng-bareng kalau yang namanya makhluk bernama manusia itu tidak ada yang sempurna. Hanya Allah-lah Sang Pemilik Kesempurnaan itu.

Lalu, Apa Pencitraan = Reputasi?

Saat saya berkunjung ke rumah mayanya Mbak Indah Julianti, co founder KEB, tentang Building A Reputation, ternyata pengertian reputasi menurut para ahli adalah : nama baik, pengakuan yang diterima seseorang dari orang lain.

Dan, nyatanya, memang pencitraan itu juga termasuk bagian dari proses membangun reputasi.

Buat saya, ini sah-sah saja selama memang apa yang direputasikan itu memang sesuai dengan kenyataan sehari-hari di dunia nyata. Paling ga, 80-90 %. Tidak kurang dari itu.

Bisa dibangun lewat apa saja sih reputasi di dunia maya ini?




Almost, tentu saja lewat status-status yang kita post. Kalau dicermati, temen-temen sudah pasti bisa menyimpulkan si A ini paling tidak adalah orang dengan tipe X. Oh, kalau si B ini, orang dengan tipe Y. Karena biasanya statusnya bla bla bla.

Iyap, itu tentu juga ga salah. Dan secara sadar atau ga, sebenarrnya, seseorang memilih untuk memposting status-status itu karena memang ingin dikenal atau dicitrakan sebagai orang yang demikian.

Pilihannya ada banyak. Mau jadi si baper, mau jadi si responsif, memilih menjadi pribadi yang kritis, solutif, berprestasi, menginspirasi, dan sebagainya, it depends on us, not others.
Jadi, stay focus saja untuk membangun citra diri positif karena kita butuh interaksi positif di dunia maya sebaik di dunia nyata. Apalagi buat temen-temen blogger atau freelancer dunia maya yang memang perlu untuk membangun personal branding.

Bagaimana Menciptakan Personal Branding yang Sesuai?

Pertanyaan awalan, menurut temen-temen, apakah personal branding itu dibentuk secara sengaja atau tidak sengaja?

Sebelum menjawab itu, saya mengajak temen-temen untuk menyimak beberapa profil yang menurut saya personal branding nya berhasil dengan baik. Kebetulan saya mengikuti karya-karya orang yang ga biasa menurut saya ini. Seperti :

Ippho Santosa

Siapa yang tak kenal si pendoktrin akut otak kanan ini? Sejak awal kemunculannya di depan publik, citra marketer sholih yang kreatif sangat tercermin dalam dirinya. Awal sekali, saya membaca 7 Keajaiban Rejeki yang fenomenal dan menjadi rujukan banyak orang itu.


via starglammagz.com


Untuk memenuhi rasa penasaran saya, begitu ada kesempatan seminar yang digelar Ippho dan manajemennya, saya menyempatkan hadir. Sudah dua kali. Yang pertama, berbayar di Semarang. Yang kedua, free di Balikpapan. Kesimpulan saya tetap, Ippho luar biasa dari orang-orang kebanyakan. Buah pemikirannya lewat buku, status yang sering diposting di media sosial, dan performa nyatanya seimbang. Persis.

Yoris Sebastian

Hampir mirip dengan Ippho yang pencetus kreativitas. Yoris muncul mewakili sosok generasi muda kekinian yang dituntut menjadi pribadi berbeda dan unik untuk bisa menjadi seorang yang outstanding. Pencapaiannya yang fenomenal dengan menjadi General Manager termuda kedua di Asia pada usianya yang ke-26 mengantarkannya meraih beberapa penghargaan bergengsi.


via pride.co.id

Dari awal, lewat pencapaian dan buku-bukunya, Yoris dikenal sebagai seorang creative junkies yang mengerjakan sesuatu dengan full passion. Dan, dia berhasil.

Felix Siauw

Ustadz muallaf yang keilmuannya menurut saya jauh melesat daripada muslim yang ditakdirkan memeluk Islam keturunan ini (termasuk saya tentunya), juga unik. Rasa kepo saya awalnya terdorong saat melihat buku ber-genre Islam nangkring di best seller Gramedia, nomor 1 lagi! Tumben-tumbenan.

via arrahmah.com

Sejak membeli buku pertama yang memicu buku berinfografis cantik lainnya, Yuk Berhijab, kemudian saya konsisten menikmati karya yang lain. Ustadz Felix berhasil dikenal sebagai seorang yang kritis, dan pendakwah yang berada di jalur populer serta dapat diterima kalangan muda.

Dee

Kalau soal penulis yang cara menulisnya susah diadopsi oleh orang lain ini lain lagi. Awalnya dikenal sebagai salah satu personil dari sebuah grup vokal. Lama tak muncul, ternyata ia malah menjadi seorang penulis.


via celebrity.okezone.com


Meski awalnya banyak yang skeptis, tapi Dee konsisten menunjukkan bahwa dirinya memang memiliki kualitas. Dan, dengan segala yang sudah melekat dalam dirinya, kita sudah pasti mengenal Dee sebagai seorang penulis handal yang cara berpikir dan bertuturnya luar biasa.

Nah, kembali ke pertanyaan awal, apa temen-temen sudah punya jawaban?

Jawabannya bisa dua-duanya. Personal branding bisa dibangun secara sengaja dan juga tidak sengaja. Loh kok?

Kalau yang sengaja, bisa jadi adalah hasil dari proses pencarian jati diri. Ingin dikenal dengan merk apakah diri kita ini. Jika belum menemukannya juga, kita bisa merunut aktivitas yang kita lakukan selama ini, hobi yang kita tekuni, atau bagaimana persepsi orang lain tentang kita.



Salah satu status saya di Facebook yang bisa dibilang sebagai upaya pencitraan :)

Saya pernah melakukan ini, dan jawabannya kadang tak terduga. Salah satu jawaban yang pernah saya terima dari pertanyaan, “Prita itu dikenal sebagai apa?”. Salah satu sahabat terbaik yang sekaligus ‘guru’ belajar saya langsung bilang, “konsultan literasi”. Wah, saya langsung ternganga saat itu juga.


Lagi ditodong story telling ma anak-anak saat kunjungan ke Kampoeng Batja Jember


Kalau yang tidak sengaja, saya juga mengalaminya. Hm, personal branding ini bisa jadi terbentuk sebagai hasil dari usaha atau aktivitas yang selama ini kita lakukan konsisten dan semakin terlihat baik dampaknya.

Seperti bonus hasil kerja keras kita selama ini.

Lah kalau gado-gado gimana ya?

Sama seperti lifestyle blog, niche nya macam-macam. Tapi, alangkah lebih baiknya kalau kita memiliki setidaknya tiga  highlight yang dijadikan andalan. Itu kata Mbak Shintaries, founder Blogger Perempuan, saat saya mengikuti workshop nya dulu.




Kira-kira, itu bisa diterapkan juga dalam diri kita.

Contohnya nih yang terjadi pada diri saya. Saya bingung dengan apa sebenarnya yang benar-benar menjadi passion terkuat saya. Karena semuanya sama kuatnya. Seperti menulis dan beraktivitas literasi, sharing di depan umum dalam forum diskusi komunitas atau semacamnya, dan traveling. Akhirnya saya menjadikan ketiganya sebagai highlight, dalam blog, juga pribadi.


Saat sesi sharing tentang Kecerdasan Multiple untuk wali murid PAUD di Parenting Class, Bekasi

Saat sharing travel writing di workshop yang saya adakan bersama suami di bawah bendera kami sendiri, The Jannah Intitute


Sengaja atau tidak sengaja? Saya rasa keduanya :)

Sekedar saran buat temen-temen yang mungkin bingung dengan pencitraan, reputasi, dan personal branding, ketiganya bertalian kok. Itu adalah semacam output yang kita terima dari apa yang kita tampilkan. Ya di dunia maya dan nyata.

Yang penting, teruslah upgrade diri dan selalu berbagi lewat media sosial yang temen-temen miliki. Usahakan untuk selalu memposting hal-hal yang berhubungan dengan personal branding yang ingin temen-temen bangun secara sengaja ataupun tidak. Keep up to date, supaya tidak usang dan tergilas dengan makin menderasnya alur data dan informasi.

Tapi yang terpenting di atas segalanya, penilaian manusia tidaklah perlu dijadikan satu-satunya ukuran keberhasilan. Karena yang berhak menilai kita tentulah yang menciptakan kita. Semoga bermanfaat :) 

Mau share pencitraan, reputasi, atau personal branding yang sedang dibangun? Drop di kolom komen ya :)


Prita HW

35 komentar:

  1. aku lagi mau memperbaiki personal brandingku, mau puasa nyinyir... soalnya suka gatel ngeluh dan marah-marah enggak jelas karena kecewa yang alhasil jadi nyinyirrrr :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, dipercepat aja mbak, puasa dan hari rayanya :) jd bisa konsisten senyam senyum tanpa nyinyir, hehe

      Hapus
  2. Gara-gara aku pernah nulis tentang jodoh, jd banyak yang percaya curhat sama aku soal jodoh. Duh ini termasuk personal branding yang ga disengaja kali ya. Padahal da aku mah apa atuh. Bukan konsultan perjodohan :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi, bisa jadi ga sengaja ya mak. tapi jd banyak berkah kan

      Hapus
  3. Aku apa yaa, brandingku penulis komedi dan sekarang kangen nulis lagii huhu

    BalasHapus
  4. urusan mencari jati diri ternyata bukan cuma milik anak muda atau ABG. yang udah kepalanya banyak juga....haha...

    memang sih mbak, yang saya rasakan membangun citra itu bisa berubah-ubah, bisa mulai dari nol lagi saat situasi berubah. paling dekat contohnya ya me, myself and I deh.

    saat masih sekolah citranya begini. pas kuliah, begitu. pas kerja begono. pas dah jadi istri orang dan jadi ibu, beginu. sebenarnya ya ada benang merahnya ya tapi masing-masing tahap selalu punya prioritas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak, memang semua berkembang menurut siklus hidup :) tapi kl konsisten di bidang yg digeluti, insyaAllah lbh mudah

      Hapus
  5. duh saya msh gado2, belum nemu yg bisa di-higlight

    BalasHapus
    Balasan
    1. gpp on progress mbak, perlu merenung-renung kayaknya kayak gini, haha, tapi kadang ga disengaja juga sih :)

      Hapus
  6. Membangun citra menurutku susah ya, perlu konsisten, tekun dan sabar saat menunggu sambil berusaha.

    Sekarang blogku masih gado-gado sih hehe... Tapi gara-gara pernah ngepost soal komik2 gitu akhirnya jadi bikin cap sebagai "emak-emak pecinta komik".
    Hahaha, gak sengaja padahal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. susah susah gampang.. nah ga sengaja itu berarti secara ga langsung, penilaian org terhadap yg kita citrakan sih mbak :)

      Hapus
  7. Saya berusaha ga nyinyir saja di medsos

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mak,.jd bumerang ke kita soalnya

      Hapus
  8. Aku lagi asyik mb bangun personal brandingku hehehe seru
    Udah aku tulis jg di blog. Thx sharingnya y

    BalasHapus
  9. Orang yang duit ber-lebih2 ini memang, yang beli kuota internet untuk nyinyirin tiap postingan orang lain. Kalau saya mah internetan buat beli odol sama sabun. Jadi ber-sosmed ria buat nyari campaign, haha... Dan hunting link blog teman2. Makanya yang postingannya nyinyir, unfollow atau unfriend sekalian, teman kecil sekalipun bodo amat.

    BalasHapus
  10. hm..personal branding saya apa ya? kalau udah diem disangkanya marah kali ya. soalnya pernah ngediemin orang pas marah sama dia, karena ngerasa ngomel2 gak ada gunanya. hihihi.. ditambah muka saya kelihatan jutek kalau lagi diem XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin itu sifat atau karakter ya mbak, beda ama personal branding *kali :)

      Hapus
  11. Aku apa dong ya personal brandingnya? Hehehe

    BalasHapus
  12. Iya betul mak. Personal branding itu ga gampang. Bukan buat topeng sih tapi kan masa sih kita mau mencitrakan diri dengan kesan negatif? Aku termasuk yang percaya kalau secara konsisten status atau cuitan di medsos menggambarkan karakter seseorang, terlpas citra positif atau negatif. Nobody perfect sih, kalau ada yang negatif dari seseorang di timelinenya ya gampang tinggal unfollow aja biar ga bikin ngotorin hati. Cara unfoll itu malah justru salah satu kita menjaga silaturahmi biar ga negatif thinking terus. kalau ketemu di dunia nyata ya seperlunya aja sih berinteraksi. Toh chmeistry bakal tercipta dengan sendirinya. Dih komennya panjang bener ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha,.ikutan collabs blogging sekalian aja mbak :)

      Bener, kadang kita melakukan sesuatu semisal unfol kan malah lbh baik,.tp.ditangkap beda sama yg lain. Kl sy sih pake kacamata kuda aja :)

      Hapus
  13. Iya mba Aku setuju banget.. medsos itu untuk personal branding.. kalau medsos nya Aja "kotor" ga bakal bermanfaat buat yang lain.. Apalagi media sosial itu ga ada batasnya..
    Mudah2an aku bisa menyebarkan hal-hal positif Aja di medsos .. doakan ya mbaa :)

    hai-ariani.com

    BalasHapus
  14. Setuju mba, reputasi positif akan tercipta bila personal branding yang kita miliki sejalan dengan aktivitas di dunia nyata :)

    BalasHapus
  15. Aku bingung sharing apa ya? *Anaknya polosan. Yang penting konten positif saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. cie yg anak polosan :) yg penting positif - digarisbawah :)

      Hapus
  16. Baru baca, dalem. Thx for share :) sukses selalu mbak

    BalasHapus
  17. Kadang bingung juga kalau lagi ngebahas personal branding terkait blog. Ya, intinya pengen sharing virus positif aja, hehe.

    BalasHapus
  18. Kalo menurut saya pencitraan adalah salah satu langkah yang salah dalam membangun personal Branding. Personal Branding seharusnya mengexplore kebaikan dan kelebihan, bukan mempercantik kekurang/keburukan dengan polesan pencitraan. Personal branding adalah kejujuran.... mohon pencerahan kakaak :)

    BalasHapus