Ngomongin soal kecerdasan, saya jadi teringat layar grup Whats App yang sedang saya baca. Apaan? Informasi bahwa ternyata mantan Presiden ketiga kita, BJ Habibie, merupakan 10 manusia dengan IQ (Intelligence Quotient) tertinggi menurut opishposh.com, yaitu IQ 200 di atas Isaac Newton dengan IQ 190, dan Galileo Galilei dengan IQ 165. Wow, excellent! Tapi, sebenarnya perlu ga sih IQ tinggi maksimal seperti itu dicapai anak kita? Semenjak istilah multiple intelligence atau kecerdasan majemuk ditemukan oleh Dr. Howard Gardner yang seorang psikolog dan peneliti Harvard, mendadak istilah ini makin populer. Seperti apa sih kecerdasan majemuk pada anak yang dimaksud?
IQ dulunya mungkin dianggap penting ya, terutama pas zamannya kita yang sekarang sudah memasuki masa emak-emak atau bahasa kerennya memasuki masa parenting life :) Sampai setiap orang tua dulu selalu menyarankan dan bahkan mengantarkan anaknya untuk mengikuti tes IQ. Sampai sekarang pun IQ ini masih dianggap sangat penting setiap kali seseorang ingin meloloskan posisi di suatu perusahaan. IQ sering dianggap satu-satunya tes untuk mengukur kecerdasan seseorang.
Namun, sejak istilah kecerdasan majemuk yang dikemukakan Gardner pada tahun 1983, pamor IQ yang kabarnya sudah ada sejak akhir abad ke-19, dan pertama kali dicetuskan Francis Galton (sepupu Charles Darwin), mulai memudar.
IQ yang hanya mampu mengukur kecerdasan seseorang secara kognitif dan verbal saja dinilai tak mampu menjawab tantangan zaman yang makin kompleks ini. Dan inipun sesuai dengan yang disampaikan Ibu Elizabeth T. Santosa yang seorang psikolog di Talkshow “Persiapan Pendidikan Anak Menghadapi Persaingan Global” yang saya ikuti hari Minggu, 28 Agustus 2016 yang lalu. “Sekarang mengandalkan pendidikan formal saja ga cukup. Yang diminati sekarang adalah memupuk potensi anak dan eksplorasi sesuai passion,” ungkapnya siang itu.
Sebelum meyerap habis ilmu dan rumpian keren gelaran hasil kolaborasi Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) dan Jiwasraya ini, saya tak lupa menyempatkan diri mengisi energi. Apalagi kalau bukan sesi makan-makan sebelum acara dimulai. Duh, terimakasih ya Hongkong Cafe yang sudah nyiapin semuanya buat kami :)
![]() |
Kecerdasan Majemuk pada Anak
Nah, menurut psikolog yang akrab dipanggil Bu Lizzie dan juga dinobatkan sebagai Woman of the Year 2015 versi showbizID.com itu, orangtua haruslah mendukung cita-cita anak dengan tiga cara, yaitu : 1) Mengidentifikasi potensi anak, 2) Mengarahkan dan membina, dan 3) Memotivasi.
![]() |
Cara mengidentifikasi potensi anak adalah dengan mengenal 8 kecerdasan majemuk yang dibedah cukup dalam di hadapan para emak yang siang itu antusias memadati salah satu ruangan Hongkong Cafe di bilangan Sarinah Jakarta. Ya iyalah, demi anak-anak tercinta ya mak :)
Yuk, coba kita kulik satu-satu. Berikut kedelapan kecerdasan majemuk yang bisa kita temukan pada anak. Saya tambahkan parents tips dari psikolog cantik Bu Lizzie dan beberapa ide dari Umama, ibu homeschooling usia dini dalam bukunya Pojok Bermain Anak, sebagai berikut :
![]() |
Sumber gambar : www.ahyari.net |
1 Kecerdasan linguistik (bahasa)
Ini bukan berarti anak kita bakalan jadi ahli bahasa yang mahir cas cis cus beberapa bahasa ya, tapi lebih kepada kemampuannya berbahasa yang menunjukkan logika berpikir bagus. Biasanya anak dengan kemampuan ini akan cenderung senang bercerita apa saja, jika sudah memasuki masa mampu membaca dan menulis, anak juga akan sangat senang membaca dan menulis sendiri. Profesi dengan kecerdasan majemuk ini lazim ditemui pada pekerja media, penulis, pendongeng, sastrawan, atau pembicara publik seperti halnya motivator dan trainer.
Ini bukan berarti anak kita bakalan jadi ahli bahasa yang mahir cas cis cus beberapa bahasa ya, tapi lebih kepada kemampuannya berbahasa yang menunjukkan logika berpikir bagus. Biasanya anak dengan kemampuan ini akan cenderung senang bercerita apa saja, jika sudah memasuki masa mampu membaca dan menulis, anak juga akan sangat senang membaca dan menulis sendiri. Profesi dengan kecerdasan majemuk ini lazim ditemui pada pekerja media, penulis, pendongeng, sastrawan, atau pembicara publik seperti halnya motivator dan trainer.
![]() |
Saya saat story telling di taman kota |
Parents tips : ajak anak berdialog untuk melatih kemampuannya mengungkapkan pendapat yang beralasan. Ajak anak untuk menganalisa, memainkan logika berpikir, juga membahas solusi. Bisa juga ditambah dengan membacakan cerita (read aloud/story telling), dan bermain bersama dengan menjadi teman sepermainan.
2 Kecerdasan logis matematis
Anak dengan tipe kecerdasan ini suka banget mainan sama angka, rumus, eksplorasi menggunakan benda, eksperimen ala ala yang unik sekedar memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan, suatu saat dia menyusun benda-benda hingga tinggi, untuk mengecek kestabilan capaian tingginya, dan semacamnya :) Orang-orang pada kecerdasan majemuk ini biasanya ada pada profesi seperti ahli sains, programmer, ilmuwan seperti Pak BJ Habibie, dan sejenisnya.
2 Kecerdasan logis matematis
Anak dengan tipe kecerdasan ini suka banget mainan sama angka, rumus, eksplorasi menggunakan benda, eksperimen ala ala yang unik sekedar memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan, suatu saat dia menyusun benda-benda hingga tinggi, untuk mengecek kestabilan capaian tingginya, dan semacamnya :) Orang-orang pada kecerdasan majemuk ini biasanya ada pada profesi seperti ahli sains, programmer, ilmuwan seperti Pak BJ Habibie, dan sejenisnya.
![]() |
Saya saat membantu seorang anak menyusun lego di rumah baca on de street |
Parents tips : ajak anak untuk bermain-main dengan angka dan benda, dukung ekplorasinya menggunakan logika berpikir dan menemukan solusi.
3 Kecerdasan visual-spasial
Kalau tipe yang satu ini biasanya sangat tertarik dengan hal-hal yang sangat visual, seperti bentuk, warna, dan garis. Dia juga anak yang suka memperhatikan tanda-tanda dan pengamat ulung. Misalkan tiba-tiba kita terkaget-kaget dengan tingkahnya mengamati perubahan cuaca, warna daun, dan sebagainya. Profesi seperti desainer, arsitek, traveler erat berkaitan dengan kecerdasan majemuk ini.
3 Kecerdasan visual-spasial
Kalau tipe yang satu ini biasanya sangat tertarik dengan hal-hal yang sangat visual, seperti bentuk, warna, dan garis. Dia juga anak yang suka memperhatikan tanda-tanda dan pengamat ulung. Misalkan tiba-tiba kita terkaget-kaget dengan tingkahnya mengamati perubahan cuaca, warna daun, dan sebagainya. Profesi seperti desainer, arsitek, traveler erat berkaitan dengan kecerdasan majemuk ini.
![]() |
Hasil membuat kupu-kupu kertas yang polanya dari tangan |
Parents tips : Ajak untuk bermain dengan menggunakan media 3D seperti lego, play dough, menyusun puzzle atau membuat imajinasi kreatif lainnya. Melukis atau menggambar, melipat atau menggunting pun juga bisa dilakukan bersama si kecil.
4 Kecerdasan musikal
Sesuai namanya, anak akan lebih peka dengan hal-hal berbau musik. Karenanya, dia akan sangat peka terhadap nada, ritme, tempo, dan instrumen. Biasanya ia pandai menghafal nada lagu bahkan menyanyikannya, dan cepat beradaptasi dengan alat musik. Bagi para pelantun Al-qur’an, juga bisa memainkan nada seperti ini sehubungan dengan intonasi dan panjang pendeknya bacaan. Profesi yang melekat pada kecerdasan majemuk ini semisal komposer, musisi, atau pencipta irama yang diaplikasikan dalam tilawatil Al-Qur’an yang kemudian diproduksi dalam bentuk digital ataupun CD.
![]() |
Sumber : www.pixabay.com |
Parents tips : saatnya bernyanyi bersama, bahkan menciptakan nada dari permainan alat musik. Ketukan irama yang bervariasi juga akan sangat menarik.
5 Kecerdasan kinestetik (gerak tubuh)
Si kecil konsisten ga bisa diem? Maunya gerak terus nonstop? Kemungkinan besar masuk tipe kecerdasan ini. Motorik kasarnya sangat bekerja. Biasanya anak akan mudah meniru gerakan, hafal gerak tari, senam, bela diri, dan lain-lain. Dan ternyata, gerakan itu adalah reproduksi dari ide dan juga perasaannya. Profesi seperti pelatih olahraga, atlet, penari, dan aktor sangat cocok untuk tipe kecerdasan majemuk ini.
![]() |
Anak-anak diajak bergerak dan menirukan gerak tubuh |
Parents tips : lakukan aktivitas bersama yang dinamis bersama si kecil, bisa dengan berolahraga bersama, membuat gerakan-gerakan kreasi, atau menawarkan si kecil untuk ikut klub menari, olahraga, atau teater.
6 Kecerdasan interpersonal (sosial)
Pernah mengamati anak kita sedang berkumpul dengan teman-temannya? Kalau dia termasuk anak yang gampang ditempeli teman-temannya, bisa dipastikan dia termasuk tipe kecerdasan majemuk ini. Tipe ini cenderung kuat kecerdasan emosinya, seperti etika, moral, atau akhlaknya. Sangat pandai bergaul meski baru kenal dengan orang baru. Biasanya profesi yang sangat cocok adalah menjadi fasilitator, pendamping masyarakat, dan komunikator.
![]() |
Anak-anak di rumah baca belajar berorganisasi |
Parents tips : libatkan anak untuk bermain dengan teman-teman sebayanya, biarkan dia berinteraksi dalam kelompok. Kita juga akan melihat potensi kepemimpinannya di dalam kelompok. Asah rasa empati anak dengan mengajaknya ke pertemuan atau komunitas sosial.
7 Kecerdasan intrapersonal
Berkebalikan dengan interpersonal, anak-anak tipe kecerdasan mejemuk ini lebih suka menyendiri dan memiliki kontrol diri yang baik. Dia mampu berefleksi, mengendalikan diri, dan meredam emosinya. Bisa jadi, dia menjadi tempat curhat teman-temannya. Seorang agamawan yang mampu merefleksikan dirinya sendiri biasanya memiliki kecerdasan ini.
Saya sedang menuangkan perasaan lewat tulisan dengan anak-anak rumah baca |
Parents tips : bisa ajak anak untuk menuangkan perasaannya dalam jurnal, memproses emosi, konsentrasi, dan melatih fokus
8 Kecerdasan naturalis
Si kecil suenengnya minta ampunnn kalau diajak ke tempat berbau alam, dan outdoor space? Bisa dipastikan, si dia menganut tipe kecerdasan majemuk ini. Dia juga penyayang terhadap makhluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan. Profesi seperti naturalis, traveler, dokter hewan, praktisi tanaman, peneliti alam, dan sebagainya terasa sangat pas.
![]() |
Saya, suami, dan keponakan sedang bermain di alam |
Parents tips : mengajarkan nama-nama hewan, tumbuhan, segala sesuatu tentang alam semesta dapat merangsang tipe kecerdasan majemuk ini. Asah selalu kepekaan lingkungannya saat beraktivitas di ruang terbuka dan saat traveling bersama keluarga.
Udah lengkap kan ya para emak? Nah, sebelum mengidentifikasi kecerdasan majemuk pada anak, ada baiknya menurut saran bu psikolog, terlebih dulu perlu banget untuk identifikasi diri kita.
Wah, saya jadi langsung mikir. Sepertinya saya memiliki beberapa kecerdasan majemuk, seperti linguistik, interpersonal, dan naturalis :) Tapi pengalaman berkata, memang cita-cita anak tuh berubah-ubah ya, haha.. Kayak saya yang dulu pengen jadi pegawai bank, lalu berubah ke insinyur pertanian, desainer interior, dan baru menemukan passion dan cita-cita sebagai penulis saat SMA (nyengir sendirian).
![]() |
Hm, balik lagi bahwa mengenali kecerdasan majemuk pada anak ternyata berguna untuk ikut merancang masa depan buah hati. Kok bisa? Iya, supaya sebagai orangtua, kita bisa mengarahkan anak sesuai potensinya. Setiap anak selalu unik. Anak hanya akan terlihat bodoh saat ia dipaksa untuk menguasai semua kecerdasan majemuk.
Sayangnya, sistem pendidikan formal kita masih seperti itu kan ya? Anak harus pintar di semua pelajaran, dan mirisnya orangtua justru menambah jam kursus mata pelajaran yang cenderung kurang disukai si anak. Tujuannya katanya untuk menambah nilai yang kurang. Nah, ini nih yang perlu digaris bawahi.
Menemani bu psikolog cantik siang itu, ada Makpon kece Mira Sahid, yang berbagi cerita juga tentang buah hatinya yang labil. Baru juga minta kursus balet, tiba tiba sudah ingin kursus biola dan yang lainnya. Lah, sebagai orangtua, wajar dong kalau kita bingung? Nah, itu sebabnya, penting banget untuk menyoroti sejak dini kecerdasan majemuk pada anak.
![]() |
Supaya bukan saja tidak terjadi boros pengeluaran (apalagi buat emak-emak yang urusan hemat menghemat jadi urutan prioritas nih), tapi juga boros waktu dan energi. “Ga cuma boros keuangan, tapi juga boros waktu. Kita mengantarkan mereka, mendaftarkan, dan menjemput. Kasih pengertian seperti itu pada anak.”, tambah Ibu Lizzie.
Mendekati akhir sesi, banyak loh emak-emak yang menanyakan hal yang sedang dialaminya atau sekedar bertukar pengalaman. Semuanya saya rangkum sebagai tips dari ibu psikolog yang juga komisioner Komnas Anak Indonesia ini, diantaranya :
![]() |
1 Fokus pada satu sampai dua kecerdasan majemuk yang dominan, namun dengan tetap menstimulus kecerdasan majemuk lainnya. Stimulus untuk kecerdasan lainnya menjadi penting terutama bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Rentang waktu untuk menemukan kecerdasan majemuk pada anak yang paling dominan masih memiliki cukup waktu.
2 Berlakukan sistem reward dengan mendiskusikannya bersama si kecil supaya dia termotivasi. Ingat, tetap harus kesepakatan bersama ya.. Misalkan saat ia menuai prestasi bahkan untuk hal-hal kecil. Sesuaikan reward dengan upayanya.
3 Dorong anak untuk memiliki tokoh inspirasi atau role model yang sesuai potensi dan passion nya. Arahkan juga untuk mengenali role model tersebut dengan mencari biografi lengkapnya.
4 Lakukan heart to heart talking pada anak, terutama untuk anak yang sudah beranjak dewasa. Sehingga potensi anak dan keinginan orangtua yang terbaik untuk anak bisa dikomunikasikan dengan baik.
Ah rasanya makin mantap aja ya untuk lebih fokus mengenali minat dan bakat anak dengan melihat kecerdasan majemuk pada anak. Eh tapi, setelah kita berhasil menstimulus dan menemukan yang dominan, masalah ternyata ga selesai sampai disitu.
Sebagai orangtua, tentu kita ingin pendidikan terbaik. Disamping pendidikan formal, perlu juga untuk bekal pendidikan non formal. Tujuannya jelas untuk membekali buah hati dengan skill yang mumpuni. Kalau usia anak masih balita ya mungkin emak-emak masih bisa memfasilitasi sendiri ya, tapi kalau anak sudah beranjak dewasa dan memasuki usia sekolah? Wohoo, pasti kita butuh dong bantuan lembaga pendidikan lain yang mendukung kecerdasan majemuknya tadi. Dan, kabarnya itu ga murah :)
Tapi, jangan kuatir, karena saya paham banget tentang kebutuhan pencarian jati diri yang nyerempet akan jadi bekal masa depan, atas dorongan suami, saya pun cus mendirikan sebuah lembaga independen yang berdiri tak lama setelah event ini. The Jannah Institute namanya. Dimana memang disediakan untuk kebutuhan pemenuhan soft skill yang akan mengarahkan kecerdasan majemuk secara lebih spesifik yang nyatanya tak bisa dimaksimalkan lewat bangku sekolah dewasa ini.
Sebagai orangtua, tentu kita ingin pendidikan terbaik. Disamping pendidikan formal, perlu juga untuk bekal pendidikan non formal. Tujuannya jelas untuk membekali buah hati dengan skill yang mumpuni. Kalau usia anak masih balita ya mungkin emak-emak masih bisa memfasilitasi sendiri ya, tapi kalau anak sudah beranjak dewasa dan memasuki usia sekolah? Wohoo, pasti kita butuh dong bantuan lembaga pendidikan lain yang mendukung kecerdasan majemuknya tadi. Dan, kabarnya itu ga murah :)
Tapi, jangan kuatir, karena saya paham banget tentang kebutuhan pencarian jati diri yang nyerempet akan jadi bekal masa depan, atas dorongan suami, saya pun cus mendirikan sebuah lembaga independen yang berdiri tak lama setelah event ini. The Jannah Institute namanya. Dimana memang disediakan untuk kebutuhan pemenuhan soft skill yang akan mengarahkan kecerdasan majemuk secara lebih spesifik yang nyatanya tak bisa dimaksimalkan lewat bangku sekolah dewasa ini.
Wah, akhirnya dapat gambaran lengkap tentang mempersiapkan buah hati di era global. Secara, tiap anak dibesarkan pada zamannya masing-masing kan, mak :) Jadi, sebagai orangtua sudah pasti kita harus juga membekali diri dengan informasi yang up to date. Salah satunya dengan event kece yang banjir hadiah ini. Sayangnya saya kurang aktif berpartisipasi siang itu karena memposisikan diri sebagai pembelajar yang ingin menyerap ilmu para emak senior, hehe.. (ngeles tapi beneran).
Thanks to KEB, Jiwasraya, dan Bu Lizzie yang udah menyelenggarakan dan berbagi di acara ini ya, sering-sering juga boleh 😊
Thanks to KEB, Jiwasraya, dan Bu Lizzie yang udah menyelenggarakan dan berbagi di acara ini ya, sering-sering juga boleh 😊
Saya jadi bersemangat membawa oleh-oleh berharga sore itu, minimal sebelum saya bener-bener naik level jadi the real parents, mengidentifikasi kecerdasan majemuk bisa saya praktekkan ke adik-adik yang saya dampingi, sambil uji coba mengamati ponakan, yeay!
Jadi terngiang-ngiang sebuah quotes favorit dari Nelson Mandela yang keren ini~
reward emang penting ya mbak biar anak semangat terus..
BalasHapusya mbak, asal kesepakatan bareng :)
HapusYes, akupun juga setuju banget kalo pendidikan itu nomer 1. In Syaa Allah bakal mempersiapkan yg terbaik untuk anak-anak. Makasi sharingnya ya Maaaak :D
BalasHapusiyaa makkk, masama^^
Hapusdoa untuk segera dapat momongan lagi, amiiin mak :)
BalasHapuskegiatan2 di gambar atas seru2 mak
amiiiinnnn, makasih mak^^ emberrr, emang seru mak, coba deh, haha
HapusTernyata seru ya mba mengidentifikasi kecerdasan anak....anak anak itu memang semuanya pintar dengan masing masing kecerdasannya
BalasHapusiya mbak, kadang ortunya yg ga nyadar kl lbh pinter anaknya :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapussenengnyaaa, ada parent tipsnya jg di setiap kecerdasan
BalasHapustegkiu share ilmu kecenya ya mbk prita :)
sama2 mbak, smg bermanfaat ya^^
Hapuslengkaap bangeet tulisannya mbaaa Pritaa
BalasHapusperencanaan untuk anak memang penting ya mba :)
biar infonya bs dikepoin kapan aja mbak! iya, punya anak brarti hrs siap semuanya ya mbak :)
HapusEinstein yang sempat disisihkan dari sekolahnya karena keanehannya ternyata anak jenius, ahhhh kecerdasan pada masing-masing anak memang berbeda ya maak
BalasHapusya mak, sekarang mah IQ yg jadi ukuran di sekolah2 formal bkn segalanya, hrs lbh detail :)
Hapusih keluarga bahagia.. jadi gitu ya kecerdasan tiap orang... makasi sharingnya
BalasHapuskeluarga bahagia bersama ponakan mak, sip sip, masama
HapusKe depannya pendidikan non formal akan sangat berpengaruh pada anak ya mak..untung ada asuransi JS Prestasi
BalasHapusbener (pake) banget mbak
HapusMemang segalanya UUD (Ujung-ujungnya Duit) tapi emang betul, semua pake duit,apalagi buat pendidikan anak
BalasHapusiya mbak, realistis banget kan ya :)
Hapuspokoknya mau jadi apa mereka nanti at least kita sudah berusaha memberikan pendidikan terbaik dengan persiapan terbaik ya maak :)
BalasHapusiya mbak, bagian ikhtiar ortu inshaallah :)
Hapushiks.. iya UUD ujung2nya duit, sedihnya kalau gak bisa membiayai sekolah anak ya.. alhamdulillah Jiwasraya membantu hal ini
BalasHapusiya mbak, perlu planning matang ya
HapusBener banget maak, pulang bawa "oleh2" yang berharga banget sebagai orang tua.
BalasHapusapalagi buat aku mak, calon ortu :D
Hapusanak ku paling tinggi kecerdasan kinestetiknya, harus dikembangkan kecerdasan lainnya supaya seimbang nih
BalasHapuswah seru dongs gerak jumpalitan terus ya mbak, hehe..he eh, katanya tiap org bisa 2-3 kecerdasan loh
HapusKecerdasan majemuknya dibahas total euy, terimakasih mb prita HW tulisannya mengena banget hehe
BalasHapusiya mbak, sekalian buat diary saya nih, calon ortu :) Thanks mb^^
Hapusmemang benar, memang perlu hal tersebut ..
BalasHapusamat sangat perlu mas :)
HapusSaat saya baru lihat, saya baca 2 menit (kayaknya masi sepertiga artikel hihihi), saya langsung bookmark dan lanjut baca lagi sampai habis.
BalasHapusBuagus ngets mbak Prita, trims banget infonya..