Melihat Inspirasi Tanpa Batas pada Pejuang Literasi Duo Ummi



Saya membuka pintu rumah kontrakan kesayangan sambil terus melangkah tak sabar untuk segera membersihkan diri. Meski tubuh digerogoti lelah yang sejak 15 jam lalu berada di jalanan Bekasi-Bandung, hari itu saya mendapat pengalaman berharga dari teman seperjuangan yang diberi julukan duo ummi dalam event kemarin.

8 November yang lalu jatuh pada hari Selasa, saya dan suami menunaikan janji untuk meramaikan gelaran hari terakhir Jabar Book Fair yang diadakan di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung. Terakhir saya ke Bandung kalau ingatan saya masih bisa dipertanggung jawabkan sekitar setahun lalu, dalam satu hari yang sama pulang pergi juga. Sama dengan hari itu.

Suasana Jabar Book Fair di sekitar panggung utama

Meski acaranya digelar di Bandung, teman-teman yang mengisi acara tak semuanya berasal dari sana. Kami semua memang tergabung dalam forum yang sama untuk saling bertukar pikiran dan merealisasikan ide, Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Jawa Barat sejak 2015 dan masih akan mengemban amanah hingga 4 tahun ke depan.

Di aksi literasi FTBM Jawa Barat kali ini, saya didapuk jadi moderator bersama Bu Suhartinah yang juga Ketua FTBM Kabupaten Bekasi. Meski sempat terlambat sesaat setelah acara dibuka dengan mendongeng bersama Kang Ryan yang juga berasal dari Bekasi, pendiri Sanggar Alam Kita di kawasan Cikarang, saya langsung ternganga juga melihat panggung yang begitu gagah dengan latar belakang layar raksasa.

Tiba-tiba saja saya sudah duduk di hadapan audience di panggung utama ruangan pameran ini. Saya menempati kursi kosong yang memang sudah disediakan sejak tadi, begitu menurut penuturan Bu Santi dari Rumah Baca Ujung Berung yang juga Sekretaris FTBM Jawa Barat yang membantu koordinasi event kali ini.


Ki-ka : Bu Suhartinah, Ummi Aam, Ummi Rossy, saya

Umi Aam dan Literasi Alam

Di sebelah saya, duduk berjajar duo ummi yang salah satunya cukup saya kenal dengan baik, yaitu Ummi Aam Siti Aminah yang merupakan pendiri Rumah Baca Umi Bekasi sekaligus Sekretaris FTBM Kota Bekasi. Hari itu Ummi Aam khusus berbagi tentang kiprahnya sebagai penggagas literasi alam. Terdengar sesuatu yang baru saat frase literasi dan alam bertemu?

Hm, tak usah bingung, semua dibagi tanpa rahasia oleh Ummi Aam yang memang gemar berkegiatan alam sejak dulu ini. Kalau melihat postur tubuh Ummi Aam yang khas ibu-ibu, tentu semuanya tak menyangka kalau Ummi Aam ini juga hiker. Don’t judge a book with its cover. Saya sangat salut dengan energi Ummi Aam yang luar biasa ini. Selain mengelola rumah bacanya, Ummi Aam juga rajin bersilaturrahim ke penggiat literasi lainnya. Bahkan, saat pengelola perpustakaan jalanan sempat ramai kasusnya di Bandung kala itu, Ummi Aam juga membuka komunikasi dan berdiskusi dengan mereka bersama teman-teman FTBM Jawa Barat.


Ummi berapi-api menceritakan kemah literasinya

Masih penasaran dengan literasi alam? Literasi alam adalah kegiatan yang menggabungkan kegiatan literasi yang identik dengan aktivitas membaca, menulis, dan mereproduksinya berupa karya dalam bentuk lain, dilebur dengan aktivitas alam yang down to earth. Baru-baru ini, Rumah Baca Umi baru saja menggelar Kemah Literasi yang juga perdana digelar. Pesertanya ternyata tak terbatas anak-anak di sekitar Rumah Baca Umi saja loh, tapi juga berasal dari luar kota.

Dibantu beberapa relawan bahkan yang terjauh dari Majalengka, kemah literasi diadakan dengan mendirikan tenda-tenda ala anak gunung di tanah lapang perumahan yang tak jauh dari lokasi Rumah Baca Umi di Perumahan Vida yang dulunya bernama Grand Bekasi. Ini mirip peribahasa, tak ada rotan, akar pun jadi :) Tak ke gunung pun, di halaman perumahan, kenapa ga? Hehe.

Suasana kemah literasi, hmm, bikin saya mupeng :)

Selain menghadirkan suasana alam, slogan-slogan seputar literasi, juga buku-buku yang digantung layaknya hiasan ikut menyemarakkan aura literate. Semua kegiatan didesain sesuai aktivitas literasi, seperti bercerita, membaca buku bergiliran, menulis, berkebun dan memasak dari hasil kebun, kreasi lagu dari buku, dan juga api unggun. Ahhh, menarik sekali, kan?

Baru-baru ini juga, Rumah Baca Ummi juga mengajak anak-anak untuk berkebun memanfaatkan lahan sederhana atau memanfaatkan lahan sempit perkotaan yang biasanya dijadikan alasan untuk tak bisa leluasa menanam.

Saat ditanya apa yang membuat motivasi Ummi hingga bisa menelurkan terobosan kegiatan literasi yang seksi, terutama di lingkup Bekasi, ibu dari tiga anak ini menjawab, “Saya ingin membuka cakrawala bahwa kegiatan literasi itu tidak saja terbatas pada buku, tapi bisa menggabungkan apa yang menjadi passion kita. Seperti ummi contohnya, karena suka alam, jadi digabungkan dengan alam. Supaya anak-anak tertarik dan menyenangi dulu aktivitasnya.”, ungkapnya.

Satu lagi, tambahnya, “Dekatkan buku-buku diantara mainan anak-anak. Sehingga apapun kegiatannya, referensinya akan selalu bersumber pada buku.” Ya, saya sangat setuju. Ini yang sering saya sebut sebagai ciptakan interest activity untuk merangsang anak-anak mencintai buku.

Ummi Rossy dan Cahaya Ilmu

Kita tinggalkan dulu Ummi Aam, dan mari beralih pada Ummi Rossy Nurhayati yang juga pendiri Rumah Baca Cahaya ilmu di Dusun Pabuaran, Desa Panjalu, Kabupaten Ciamis, masih di wilayah Jawa Barat. Ummi Rossy juga menyimpan cerita inspiratif lainnya. Ia berkeliling ke sekolah-sekolah di Ciamis seorang diri setiap hari Senin sampai Rabu, dan kadangkala ditemani anaknya yang kini menjadi semata wayang setelah ditinggal tiga saudaranya yang lain. Ia mengadakan kegiatan literasi bersama anak-anak, terutama yang duduk di tingkat PAUD/TK dan SD. Ia ingin membagi ilmu dan buku yang dimiliki di Cahaya Ilmu kepada masyarakat luas yang masih tertinggal soal akses bacaan.

Sedangkan Kamis sampai Sabtu, anak-anak ramai membaca, paling sedikit 50 orang, paling banyak bisa 100-200 orang sehari di rumah bacanya. Kalau hari Minggu pagi, Ummi Rossy juga menggelar buku di Alun-alun Panjalu. Sedang tiap malamnya mengajar mengaji. O iya, Ummi Rossy juga piawai menulis puisi dan membacakannya. Wow.

Bahkan, sebelumnya Ummi Rossy juga pernah menjadi guru Sekolah Luar Biasa untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Namun, aktivitasnya yang satu ini terpaksa dihentikannya karena sejak 2008 yang lalu, dokter sudah memvonisnya menderita kanker leukimia stadium 4 dan diperkirakan hidupnya tak lama lagi. Meski sempat ada dalam masa-masa kritis, menjalani kemoterapi dan sempat botak, Ummi Rossy kembali sadar bahwa kehidupan harus tetap berlanjut. Ia percaya Allah maha baik dan akan selalu menolong hamba-Nya yang terus menebar manfaat tidak saja bagi dirinya sendiri, tapi juga orang lain di sekitarnya.


Ummi Rossy tak kalah semangat membagi kisahnya

Ketekunan Ummi Rossy menjadi bola salju. Tahun 2014 yang lalu, Ummi Rossy yang menghidupi sendiri rumah bacanya yang bertempat di rumah bapaknya ini, didaulat sebagai Duta Baca Kabupaten Ciamis. Di tahun 2015, juga menjadi juara lomba keteladanan tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan, yang terbaru di tahun yang sama ia  mendapat Penghargaan Anugerah Literasi atas partisipasi aktif dalam minat baca masyarakat Ciamis. Cerita tentang kegigihannya juga banyak diliput beberapa media.

Ummi yang selalu memanfaatkan pameran buku murah untuk terus menambah koleksi rumah bacanya ini terus terang membuat saya merinding saat duduk dan berbincang hangat di atas panggung kala itu. Dari penampilannya yang segar semuanya pasti tak akan pernah menyangka bahwa Ummi Rossy adalah seorang survivor kanker.

Ummi Rossy dan penghargaan yang bertubi-tubi

Bu Suhartinah yang duduk agak jauh dari saya juga menyatakan rasa salut yang sama, betapa diri ini masih belum ada apa-apanya dibanding perjuangan yang dilakukan Ummi Rossy, antara melawan penyakit yang perlahan menggerotinya dan upayanya untuk terus berbagi apapun yang ia bisa. Terlebih, saat kami mengetahui kalau ketiga anak Ummi Rossy yang lain sudah terlebih dulu dipanggil menghadap Sang Pencipta karena penyakit yang sama. Masya Allah, semua terjadi karena kekuasaan-Mu...

Di sesi tanya jawab, seorang ibu yang juga pengelola taman baca dan PAUD dari Bekasi, Ibu Siti Amanah, bertanya kepada Ummi Rossy, “Apa yang membuat Ummi Rossi tetap semangat dengan kondisi sedemikian, dan apa tipsnya supaya kami yang lebih baik kondisinya dari Ummi Rossy bisa tetap bersemangat dan istiqomah?”, tanyanya antusias.

Mendekati akhir acara, Ummi Rossy pun berbagi tips apa yang membuat dirinya tetap semangat, yaitu :
  • Niatkan semuanya karena Allah (lillah) dan ikhlaskan hanya untuk-Nya
  • Anak-anak di rumah baca atau dimanapun yang kita temui adalah obat
“Selalu meminta doa kepada mereka yang masih polos dan suci tanpa dosa seperti kita, saya percayai sebagai obat yang mujarab. Dan jangan malu untuk meminta doa dari siapapun yang kita temui.”, ungkapnya penuh keyakinan.
  • Percaya bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain
Akhirnya, tips yang singkat namun memiliki arti mendalam dan tak mudah begitu saja untuk dijalankan menutup sharing bersama duo ummi hari itu. Semoga apa yang dibagi oleh duo ummi ini benar-benar menjadi inspirasi yang tak terbatas ruang dan waktu bagi siapa saja yang merekam pesannya.

Saya dan Bu Suhartinah bersama para inspirator perempuan

Gelaran aksi literasi FTBM Jawa Barat hari itu masi disambung dengan workshop daur ulang koran bekas menjadi produk berkualitas bersama Kang Rohman Gumilar dari Taman Baca Bina Kreasi Muda dan Kang Rudiyat dari Taman Baca Sehati dan penggagas motor baca. Kedua orang ini juga tak kalah inspiratif, di tulisan yang lain, semoga saya bisa berbagi tentang mereka juga ya.


Kang Rohman dan Kang Rudiyat sedang berbagi tentang kreasinya bersama moderator Pak Agus Sopandi
Yey, salam literasi!

Hari itu, meski saya dan suami harus pulang berdesakan dengan delapan orang lainnya di satu mobil dalam perjalanan pulang, kemudian naik angkutan umum hingga berganti tiga kali untuk sampai di kawasan Tarumajaya tempat saya tinggal, hati saya penuh bertemu duo ummi dan teman-teman seperjuangan lainnya. Bukankah dibalik rasa lelah selalu ada sesuatu yang berharga? Sampai bertemu di aksi literasi FTBM jawa Barat yang lainnya.


  

Prita HW

2 komentar:

  1. Mbak, aku merinding membaca kisah mbak Ummi..Aku nggak bisa membayangkan bagaimana dia bisa survive dengan kondisinya seperti itu, dan anak2 yang sudah lebih dulu meninggalkannya...aku berharap mbak Ummi diberikan mukjizat kesembuhan. Dia sudah jadi berkat buat banyak orang.

    BalasHapus