Buku-buku yang Bersama Beradaptasi Menguatkanku to Be The Best Version of Me




Tak terasa sudah setahun lebih dua bulan, saya, kamu, dan kita semua berada dalam zona adaptasi menghadapi era new normal life. Kehidupan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kehidupan yang bagi saya, "membunuh" rasa empati dan jiwa sosial karena membuat kita saling curiga, hingga harus menjaga jarak, dan sebagainya. Ah, begitulah hidup, ada saja hal tak terduga, dan semuanya tentu dengan kehendak Sang Pencipta.

Semuanya berubah. Cara kita memandang pekerjaan, apakah itu work from home atau work from office. Ataukah cara kita menjaga kebersihan dan kesehatan, menjadi lebih aware dengan mencuci tangan dan memakai masker. Pun cara kita bergaul, mencari pilihan aktivitas, juga pilihan hiburan yang kita butuhkan supaya kita tetap "waras". 

Yang juga penting, cara kita belajar dan mencari informasi juga berbeda. Webinar, tele conference, digital learning secara simultan yang dulu dianggap tabu dan sedikit aneh, kini menjamur, menjadi tren, dan bahkan menjadi makanan sehari-hari. Hanya dengan duduk ditemani segelas minuman favorit, device yang mumpuni, dan jaringan internet, kita bisa upgrade kapasitas diri sana sini. Bahkan, sekolah formal pun akhirnya "memaksa" siswanya untuk terbiasa belajar daring (online). 

Sebelumnya, jauh sebelum pandemi, mungkin kita tak pernah membayangkan bahwa kita mampu menjadi diri kita yang sekarang. Kita mampu menjadi versi terbaik dari diri kita, dan yang terpenting, kita mampu melewatinya melalui serangkaian adaptasi yang kita upayakan.

Kalau merujuk ke KBBI, adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan, dan pelajaran. Iyap, boleh jadi, mungkin sikon yang kita hadapi tak sepenuhnya kita inginkan, tapi karena kehidupan harus terus berlanjut, maka kita pun terus mencari cara untuk menguatkan diri, lahir batin.

Dan, buku, bagi saya adalah cara personal yang cukup ampuh untuk membantu saya melewati proses adaptasi yang tak mudah.


Buku ibarat teman bicara, berproses, dan berpikir. Ia menghidupkan imajinasi, membentuk persepsi, hingga menggerakkan laku diri. Buku-buku akan terus hidup dalam pikiran, dan lebih dari sekedar hiburan untuk "membunuh" waktu.

Buku-buku terbitan Gramedia Pustaka Utama (GPU) banyak menemani saya selama masa adaptasi setahun belakangan. Bagi saya, ini sangat berarti. Saya jadi makin tahu dan mengasah potensi, sekaligus memperoleh kekuatan sebagai bekal diri.

Buku-buku yang Menemani Perjalanan Adaptasiku

Buku pertama yang menemani dan menguatkan saat membaca kisah-kisah inspiratif di dalamnya adalah karya Jamil Azzaini, sang inspirator sukses-mulia. Berjudul Sukses Mulia Story : Kisah-kisah Nyata Inspiratif Menyentuh Hati. 


Buku ini sudah lama saya koleksi, sejak 2015. Saya sudah meng-khatam-kannya, namun seperti kebiasaan saya saat membaca buku, kutipan-kutipan inspiratif yang menguatkan hati selalu saya underlined menggunakan spidol dan semacamnya. 

Saya ingat sekali dengan satu quotes yang baru saya tahu akhir-akhir ini, merupakan adaptasi dari perkataan sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib ra :

Kita boleh miskin harta tapi tidak boleh miskin ilmu. Karena kalau nanti hanya punya harta, kita akan sibuk menjaga harta itu. Tapi kalau kita punya ilmu, ilmulah yang menjaga kehidupan kita. 

Quotes ini bagi saya menguatkan di segala kondisi, terutama dalam situasi pandemi dimana tak ada yang luput dari ujian berupa berkurangnya penghasilan atau kehilangan pekerjaan. Khususnya, buat saya dan suami yang sama-sama freelancer dan mulai merintis usaha kami di bidang edukasi. Saya sangat bersyukur, Allah SWT masih anugerahkan kepada kami ilmu untuk dibagi dan memicu produktivitas di learning center yang kami dirikan. 

Ketika kelas-kelas yang biasa saya adakan bersama learning center saya semuanya terhenti, saya dan suami tiba-tiba mendapatkan ide untuk konsisten memulai kelas-kelas online dan ternyata sambutannya luar biasa. Begitulah ilmu, membuat kita berdaya dan bisa do something dengan cepat. Ilmulah yang menjaga kami, it's true.

Kisah inspirasi dari seorang Jamil Azzaini dikemas dalam cerita-cerita menarik yang sarat hikmah dan mudah diterima. Membaca buku ini bagai oase di tengah situasi yang gersang dan kerontang.

Buku berikutnya yang menjadi teman setia adalah sebuah seri dari Chicken Soup for the Writer's Soul yang bertajuk Harga Sebuah Impian dan Kisah-kisah Nyata Lainnya. Penyusunnya tentu sudah tak asing lagi bagi penggemar seri Chicken Soup, yaitu Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Bud Gardner. 


Sebagai seorang yang bergelut di dunia kepenulisan lepas sejak 2010 dan menjadi pro blogger di tahun 2016, buku ini buat saya semacam amunisi untuk recharge diri yang sedang butuh asupan bergizi. Biasanya membaca kisah teman-teman yang sedang berjuang di ranah yang sama, akan bisa mewakili isi hati, dan kita bisa mendapatkan insight untuk memperbaiki diri. 

Maklumlah, saya yang saat ini menjadi ibu dari dua balita aktif yang semuanya laki-laki, memang membuat waktu menulis saya berkurang dan saya butuh recharge di saat sudah mulai jenuh dengan rutinitas, terutama menghadapi deadline dari beberapa klien. Saat seperti itulah, saya kembali mengingat tujuan awal saya menulis, dan berusaha menemukan titik awal, apa yang saya cari dan apakah saya bahagia dengan menulis. 

Quotes yang menguatkan proses saya ada pada kisah "Nasihat dari Seorang Veteran Perang Tulisan" yang ditulis Irving Wallace, di halaman 77 :

Akhirnya, kau harus ingin menulis daripada dikenal sebagai penulis. Itu sebabnya kau harus memperlakukan kegiatan menulismu sebagai sebuah karier. Kau tidak boleh membicarakannya. Kau harus melakukannya - ingin melakukannya, suka melakukannya, walaupun harus kesepian, merasa bahwa di bumi tidak ada yang lebih penting ketika kau sedang melakukannya.


Sedangkan buku-buku yang sering saya buka seama pandemi dan menjadi cerita dari proses adaptasi ini adalah seri cooking. Saya tak menyangka sama sekali kalau ternyata koleksi saya tiba-tiba jadi menggemuk menyoal berkreasi di dapur yang saya anggap sebagai refreshing juga.

Saya selalu bahagia melihat, memegang, mengupas, dan memotong serta mengeksekusi berbagai sayur penuh warna, seperti wortel, buncis, kentang, bayam, dan sebagainya. Rasanya mata saya dimanjakan dengan berbagai warna alami, dan beristirahat sejenak dari layar gadget maupun laptop yang menjadi mitra kerja sehari-hari. 

Buku-buku seri cooking saya ini ada 6, ini dia :


  • Masakan & Kue Rumahan ala Dapur Manis, karya Rina Audie
  • Yummy & Healthy Food for Kids : Cara Seru Menyiapkan Makanan Sehat untuk Anak-anak, karya Nicole Aggun Lestari
  • Masakan Hits Anak Gaul : My Kitchen Diary, karya Nadia
  • Sajian Nikmat dari Dapur Koki Cilik, karya Kalea Majeeda
  • Home Made Food Sehat, Lezat, dan Alami : Olahan Brokoli untuk Bayi & Balita, karya Inti Krisnawati
  • Step by Step 40 Resep Kue Kering Klasik Favorit Sepanjang Masa, karya Indriani  
Buku-buku ini membuat hidup saya lebih berwarna di masa adaptasi setahun belakangan. Pasalnya, saya sudah mengoleksi buku ini lama, tapi baru benar-benar terbaca bahkan dipraktikkan satu persatu ya musim pandemi ini. Tak hanya work from home yang saya dan suami gaungkan dan lakukan, tetapi juga cook from home dengan semangat cooking with love. 

Berawal dari anak kedua kami, baby Umar yang kini berusia genap 1 tahun lebih 2 bulan atau seusia pandemi yang agak picky eater atau pilih-pilih makanan, saya bereksperimen dengan menu-menu baru di buku Home Made Food Sehat, Lezat, dan Alami : Olahan Brokoli untuk Bayi & Balita. Surprisingly, Umar lahap setelah dibuatkan roti kukus brokoli ayam. Emak pastinya hepi dong. Berlanjutlah ke menu lainnya. 




Tak disangka, memaksimalkan kesempatan dan juga skill sebagai content creator di platform Instagram, saya pun tertarik mencoba giveaway masak memasak semacam kontes kreasi resep yang mengandalkan cooking, recook, dan food photography. Saya bekerjasama dengan suami yang memang sebagai fotografer lepas.

Hingga, momen puncak yang menjadi pengalaman baru adalah saat saya iseng mengisi submission untuk sebuah kompetisi ide bisnis bertajuk Be Healthypreneur. Di sana, saya menuliskan ide cemilan anak sehat yang pernah saya buat untuk Umar. Siapa sangka, saya masuk 200 besar dari 1000 submission dan berhak mendapatkan kelas inkubasi bisnis. 

Yang lebih bikin tercengang adalah saat saya harus memenuhi tantangan rebake resep kue marmer atau drop cookies dari chef saat kelas, atau membuat kreasi menu lainnya. Dari buku Makanan Hits Anak Gaul : My Kitchen Diary, saya nekat membuat Terbul Mini Red Velvet yang saya modifikasi warna red velvet nya dengan menggunakan buah naga. Ajaibnya, hasil kreasi itu membawa saya masuk Top 100 Healthypreneur dan masuk tahap selanjutnya. 








Meski akhirnya saya terhenti di 100 besar, saya mendapatkan pengalaman baru yang inspirasinya berasal dari buku-buku cooking terbitan GPU yang memang berkualitas dan nggak ecek-ecek secara isi. Dari sini, saya jadi makin pede berkreasi di dapur, mengikuti giveaway dan ajang cooking sebagai bagian dari hobi dan juga ikhtiar seorang freelancer, serta upgrade skill selama pandemi. 

Ternyata saya yang selama ini dikenal sebagai seorang yang menulis, berbicara di depan umum untuk berbagi, eh bisa juga berkreasi di dapur dan mendapat pengakuan, hehe. Soalnya selama ini, saya palingan cuma masak lalapan dan sambal terasi, boro-boro bisa baking! 
  

Terimakasih Buku-buku Gramedia Pustaka Utama, Masa Adaptasiku Jadi Lebih Berwarna 

Melihat kilas balik kisah setahun belakangan ini, saya bersyukur dan berterimakasih kepada Gramedia Pustaka Utama (GPU) yang telah menjadi lini penerbitan terpercaya selama 47 tahun dan menghadirkan bacaan berkualitas.

Saya percaya buku tak akan lekang oleh zaman, karena ia hidup bersama peradaban beribu-ribu tahun lamanya. Zaman boleh canggih dan berubah, tapi selama pikiran masih butuh media untuk menuangkan dan berumur lebih panjang, buku akan tetap jadi pilihan.

Buku fisik ataupun digital cuma soal media atau wadah. Namun, yang terpenting adalah isi dari buku itu sendiri. 

Dengan buku-buku yang sudah saya bagikan kisah behind the story nya tadi, memang benar bahwa buku-buku sangat berpengaruh dalam proses perjalanan kita sebagai manusia. Buku selalu punya cara untuk menggerakkan kita, mengambil action atas apa yang sudah kita yakini, dan berperan menjadikan kita manusia yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Seperti saya yang merasa mendapatkan kekuatan untuk terus hidup bermanfaat dari Sukses Mulia Story-nya Jamil Azzaini, juga mendapatkan insight dan keyakinan untuk terus melakukan passion saya dalam menulis dari Harga Sebuah Impian, Seri Chicken Soup for The Writer's Soul-nya Jack Canfield. Saya juga percaya diri dan makin merasa berharga menjadi seorang ibu atau emak dua balita karena saya bisa menghadirkan menu-menu dan sajian terbaik untuk keluarga di masa adaptasi ini, dengan memastikan menu sehat untuk keluarga agar tetap fit dan survive di masa pandemi melalui buku-buku cooking. 

Semangat buat kamu, jangan pernah lelah atau berputus asa, karena selalu ada cara untuk bersama beradaptasi, salah satunya dengan menghadirkan buku-buku Gramedia Pustaka Utama di ruang bacamu.  


- Wasalam - 





Prita HW

3 komentar:

  1. Keren yah baca2annya,, saya kalo baca yang genre gituan selalu ngantuk hehe

    BalasHapus
  2. Adaptif sekali. Hehehe. Boleh nih, bagi-bagi buku yang tak punya buku biar bisa sama-sama merasakannya.

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi,bagaimana masa ppkm justru semakin produktif membaca

    BalasHapus