Benarkah Palestina Vs Israel Bukan Urusan Kita?



Ada yang lewat dan mengganggu pandangan saya. Tapi, pas saya teliti, ternyata bukan dari benda yang saya lihat di seberang mata. Ternyata ada semut kecil yang lama-lama menggangu, hilir mudik di kacamata yang saya kenakan. Makhluk kecil ini kelihatannya sederhana tetapi kalau dibiarkan, mengganggu aktivitas saya juga. Pffuh, saya harus mengusirnya, menghentak-hentakkan kacamata ke lantai, eh belum juga mau turun si semut. Diteliti lagi, di sebelah mana ia berjalan, diambil dengan hati-hati dan penuh strategi, baru saya berhasil menyingkirkannya.

Tiba-tiba saat saya terdiam, saya ingat peritiwa kecil tadi semacam gambaran sederhana atas apa yang saudara-saudara kita alami di Palestina. Sesuatu yang sudah menjadi milik kita, apalagi rumah dan tanah yang kita tinggali sekian lamanya, tiba-tiba diganggu, diusik, diduduki, diintai oleh orang asing. Bahkan, tak cukup mengintai seperti si semut tadi, orang asing tersebut datang untuk memusnahkan kita, sebagai penduduk aslinya. Apa yang kira-kira akan kita lakukan saat mengalami hal serupa?

***

Perih, pedih, sakit hati, speechless dan serangkaian perasaan berkecamuk ketika ramai-ramai semua berita dan lini media sosial memberitakan tentang Palestina mendapatkan serangan dari Israel pas saat hari raya Idul Fitri tiba. Hari kemenangan setelah sebulan berpuasa yang seharusnya dirayakan dengan syahdu dan penuh kehangatan.

Kita di Indonesia ataupun di negeri-negeri lainnya, masih bisa dengan santainya berjibaku dengan persiapan hidangan lebaran untuk keluarga ataupun menyambut tamu. Sementara saudara kita di sana mungkin hanya berpikir apa yang bisa dimakan untuk bertahan hidup besok. 

Kita masih bisa memilih desain dan warna baju yang akan dikenakan seluruh anggota keluarga untuk berlebaran dengan outfit yang estetik di hari raya sementara mereka, saudara-saudara kita mungkin hanya cukup memikirkan baju yang mereka bisa kenakan untuk menahan dingin. 

Tak hanya itu, mereka pun tak tahu sampai kapan penderitaan yang mereka alami itu akan berakhir. Peristiwa yang berulang-ulang, menjadi bulan-bulanan, yang bahkan oleh sebagian orang dinarasikan sebagai urusan bangsa Arab, orang asing, atau urusan luar negeri semata. 

Bahkan salah satu pernyataan yang sempat viral dilontarkan oleh seorang Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Nasional (STIN) Jenderal (Purn) AM Hendropriyono. Ia menyatakan Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi. "Urusan Indonesia adalah nasib kita dan hari depan anak cucu kita," tegasnya (SINDOnews.com, 19/5/2021).    

Setujukah kita sebagai umat muslim yang meng-klaim bahwa mereka di Palestina aadalah saudara-saudara se-aqidah kita? Cukupkah rasa kasihan dan menyampaikan perasaan sedih sebagai ekspresi dari dorongan perasaan semata?

Sementara korban terus berjatuhan di kalangan Palestina, dan sama sekali 180 derajat menunjukkan hasil yang jauh berbeda secara statistik berikut ini :






Palestina, Milik Siapa?

Umat muslim wajib paham kedudukannya sebagai saudara se-aqidah dengan saudara-saudara di Palestina. Pemahaman ini tentu harus berasal dari sumber yang kuat, seperti halnya Al-Qur'an dan As Sunnah. 

Memang benar, persoalan Palestina adalah urusan kemanusiaan. Namun, di atas itu semua, persoalan keimanan tentu menjadi pondasi kita menyikapi persoalan Palestina. 

Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi)
Palestina erat sekali kaitannya dengan kita, kaum muslimin. Adapun keutamaan Masjid Al-Aqsha yang keberadaannya juga ada di tanah Palestina yang diberkahi bisa kita jadikan sebagai pengingat :


Sumber : http://penunggusenja.blogspot.com/2013/05/kenali-masjid-al-aqsa-yang-sebenar.html


  • Masjid yang diberi nama oleh Allah SWT, disebutkan dalam Al-qur'an, dan diberkahi sekelilingnya (QS. Al-Isra' : 1)
  • Tempat singgah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
"Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lbih kecil dari bighal. ia merendahkan tubuhnya sehingga perut buraq tersebut mencapai ujungnya. Beliau bersabda lagi : "Maka aku seger amenungganginya sehinga sampai ke Baitul Maqdis. Beliau bersabda lagi : "Kemudian aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para nabi. Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah selesai, aku terus keluar." (HR. Muslim)
  • Masjid yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk diziarahi
"Tidak dikerahkan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga masjid, yaitu Masjid Al-Haram (di Mekkah), dan Masjidku (Masjid An-Nabawi di Madinah), dan Masjid Al-Aqsha (di Palestina)" (HR. Bukhari Muslim, dan Abu Hurairah)
  • Shalat di dalamnya 250 kali lebih utama dibanding di masjid lainnya
"Kami saling bertukar pikiran tentang mana yang lebih utama, masjid Rasulullah SAW atau Baitul Maqdis sedangkan di sisi kami ada Rasulullah SAW bersabda, "Satu shalat di masjidku lebih utama dari empat shalat padanya, dan ia adalah tempat shalat yang baik. Dan, hampir-hampir tiba masanya seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya dari tempat itu terlihat Baitul Maqdis lebih baik baginya  dari dunia seluruhnya atau lebih baik dari dunia seisinya." (HR. Ath Thabrani dan Al-Hakim)

Dalam sebuah riwayat shahih disebutkan, shalat di Masjid Nabawi 1000 kali lebih utama dibanding masjid lain. Maka dari hadits di atas, dapat dipahami bahwa shalat di Masjid Al Aqsha 250 kali (1/4) lebih utama dari shalat di masjid lainnya.
  • Orang yang shalat di dalamnya didoakan Nabi Sulaiman as
Sesungguhnya, ketika Sulaiman  bin Dawud membangun Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah SWT tiga perkara. Yaitu meminta kepada Allah agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum Nya, lalu dikabulkan. Dan meminta kepada Allah dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan. Serta meminta kepada Allah bila selesai membangun masjid, agar tidak ada seorang pun yang berkeinginan shalat di situ, kecuali agar dikeluarkan dari kesalahannya, seperti hari kelahirannya." (HR. An-Nasa'i)   
  • Masjid kedua yang diletakkan Allah di muka bumi
Aku bertanya, "wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun?" Beliau menjawab, "Masjidil Haram" Aku bertanya lagi, "kemudian masjid mana?" Beliau menjawab, "Kemudian Masjidil Aqsha" Aku bertanya lagi, "Berapa jarak antara keduanya?" Beliau menjawab, "40 tahun. Kemudian di manapun shalat menjumpaimu setelah itu, maka shalatlah, karena keutamaan ada padanya." Dan, dalam riwayat lainnya : "Dimanapun shalat menjumpaimu, maka shalatlah, karena ia adalah masjid." (HR. Bukhari Muslim, dari Abu Dzar)
  • Kiblat pertama umat Islam
Dari Al-Bara bin 'Azib berkata, "Saya shalat bersama Nabi SAW menghadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan, sampai turun ayat di dalam Surat Al Baarah Wahaitsu ma kuntum  fawallau wujuhakum syatroh." (HR. Bukhari)
  • Tidak akan dimasuki Dajjal
Dari Mujahid ra, "selama enam tahun, kami di bawah kepemimpinan Junadah bin Abi Umayyah, dia perah berdiri mmberikan khutbah kepada kami seraya berkata,"Kami pernah mendatangi seorang Anshar (Ubadah bin Shamit) dari kalangan sahabat Rasulullah SAW. Kami pun masuk menemuinya seraya berkata, "Ceritakanlah kepada kami sesuatu yang pernah Anda dengar dari Rasulullah, jangan Anda ceritakan kepada kami sesuatu yang kau dengarkan dari orang-orang." 

Lalu, kami pun mendesaknya, maka dia (Ubadah bin Shamit) berkata : "Rasulullah SAW pernah berdiri di depan kami seraya bersabda : "Aku ingatkan kalian (bahaya) Al Masih (Dajjal). Dia adalah seorang yang buta sebelah matanya. Rowi berkata, "Aku yakin ia bersabda, "yang kiri." Akan berjalan bersamanya gunung-gunung roti, dan sungai air. Tandanya, ia akan tinggal di bumi selama 40 hari. Kekuasaannya akan mencapai semua tempat minum (telaga). Dia tak akan mendatangi empat masjid : Masjid Ka'bah, Masjid Rasul, Masjidil Aqsha, dan Thur (Thursina'). Apapun yang terjadi, ketahuilah bahwa Allah tidaklah buta sebelah. Ibnu Aun (rawi) berkata, "Aku yakin ia bersabda, ditundukkan baginya seorang laki-laki. Dajjal  pun membunuhnya, lalu ia hidupkan, dan tidak ditundukkan selainnya." (HR. Ahmad)

MasyaaAllah begitu luar biasa keutamaan Al Aqsha. Akankah kita rela kemuliaan yang melekat padanya jatuh ke tangan musuh-musuh Allah?

Tak hanya itu, kita juga perlu paham tentang kedudukan tanah Palestina yang diberkahi dalam sejarah :
  • Dibebaskan dengan perjanjian Umariyah (637M), menjadi tanah kharajiyah milik seluruh muslim
  • Tanah yang dibasahi dengan darah para syuhada dan tidak boleh diserahkan sejengkal pun pada siapapun dengan kompensasi apapun
  • Menjadi medan Perang Salib karena seruan provokatif Paus Urbanus II (1095M) demi kepentingan penjajahan Perancis
  • Dibebaskan Kembali oleh Shalahudin Al Ayyubi (1187M) demi memenuhi perintah Rabb-nya
  • Dipertahankan oleh Khilafah Utsmani yang tidak berkompromi dengan kompensasi bantuan keuangan zionis Theodore Herzl

Jelas, Problem Palestina-Israel Bukan Problem Perbatasan Wilayah

Lebih detil lagi, pendudukan kaum Zionis atas tanah Palestina bermula saat Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada 1917. Deklarasi ini dibuat oleh Menlu Inggris saat itu, Arthut Balfour, yang merupakan restu Inggris kepada kaum Yahudi di Eropa untuk bermukim di wilayah Palestina. 





Tujuan Pemerintah Inggris merestuinya adalah untuk meraih simpat dan mengumpulkan dukungan dari para kaum jet set Yahudi dan menggembosi dunia Islam dengan menciptakan konflik berlarut-larut di wilayah Timur Tengah.

Herzl sempat bediplomasi dan merayu Sultan Abdul Hamid II, khalifah kala itu, dengan uang sebesar 150 juta poudsterling (setara Rp 3 T) untuk mendapatkan tanah yang sangat diinginkannya, Palestina. Dengan tegas, Sultan menolak, dan berkata :
Aku tidak dapat memberikan walau sejengkal tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku. ia adalah hak umat Islam. umat Islam telah berjihad demi bumi ini. Mereka telah membasahi tanahnya dengan darah-darah mereka.

Jika kekhalifahan Islam ini hancur pada suatu hari, mereka dapat mengambil tanah Palestina tanpa biaya! Namun, selagi aku masih hidup, aku lebih rela sebilah pedang merobek tubuhku daripada melihat bumi Palestina dkhianati dan dipisahkan dari kekhalifahan Islam. Pemisahan tanah Palestina adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.

Kini, setelah kekhilafahan Utsmani diruntuhkan pada Maret 1924, warga Yahudi semena-mena datang ke Palestina, memborbardir warganya tanpa belas kasihan, dan mereka mendirikan negara Israel yang ironisnya diakui banyak negara di dunia pada 14 Mei 1948. Beberapa negara juga tercatat menjalin hubungan diplomatik. 

Kita pun bisa melihat dalam peta-peta kekinian, wilyah yang seharusnya secara sah merupakan wilayah Palestina, tergantikan dengan nama Israel. 

Palestina Butuh Kita

Mengecam, dan menyerukan solusi perdamaian bagi keduanya atau terjadinya gencatan senjata tentu bukanlah solusi hakiki. 

Uluran tangan para dermawan memang membantu tapi bukan itu yang mereka butuhkan sebagai kebutuhan utama. Lebih dari itu, mereka butuh jihad kaum muslimin untuk bersama-sama membuktikan cintanya. Cinta atas dasar aqidah yang tentu membawa pahala lebih dari cinta atas dasar kemanusiaan. Karena Islamlah yang mengajarkan kemanusiaan dan rahmat bagi seluruh alam. 

Bahkan, Imam Masjid Al-Aqsha, Syekh Issam Amira berkata, "Andaikan para pemimpin negeri-negeri Islam memerintahkan mengirimkan militernya  untuk membebaskan Palestina, maka tidak akan ada permasalahan ini."

Sudah saatnya kita sadar bahwa seruan jihad itu tak mungkin dilakukan secara individu, bahkan oleh negeri-negeri muslim yang secara wilayah begitu dekat dengan Palestina. Mereka tak kuasa, tak ada daya upaya untuk melawan sebuah kekuatan besar di balik Israel yang didukung negara super power saat ini. Hanya institusi khilafah lah yang mampu menjadi "lawan" yang setimpal untuk mengusir para penjajah sebagaimana sejarah sudah pernah mencatatkannya. 

Untuk menuju itu, dibutuhkan perjuangan dan ikhtiar yang tiada henti dalam memahamkan umat bahwa kita tidak sedang baik-baik saja. Maka, istiqamah dalam dakwah yang mengubah mindset dan membentuk pola sikap adalah suatu keniscayaan. Persatuan umat sangat dirindukan untuk benar-benar membela saudara-saudara kita di Palestina. 

Palestina itu dibuka oleh Sayyidina Umar bin Khattab, dimerdekakan oleh Shalahuddin Al Ayyubi, dipertahankan oleh Abdul Hamid, dan akan kembali dibebaskan oleh kita. Artinya harus ada jiwa pemberaninya Umar, cerdasnya Shalahuddin, dan teguhnya Abdul Hamid II pada diri kita. - Ustadz @Azzamlzzulhaq on Twitter, dalam akun IG @mercusuar_

Wallahu A'lam bis shawab. 


- Wassalam -     


Referensi :

Buletin Dakwah Kaffah No. 194, 28 Mei 2021, https://buletinkaffah.id/pdf-print-194-palestina-urusan-kita/

https://instagram.com/mercusuar_

https://instagram.com/wardahabeedah

Kajian Majlis Taklim Bulanan Khairunnisa "Duka Palestina, Duka Kaum Muslimin", bersama Ustadzah Zahidah, dan Host Prita HW, via zoom meeting, 30 Mei 2021



Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar