Belajar dari Maulana, Pemuda 26 Tahun, Si Pembelajar Cepat dengan Difable Low Division




Belajar adalah suatu proses tiada henti dalam hidup manusia. Sejatinya, belajar bisa dari siapapun dan dimanapun. Bahkan, belajar juga bisa kita dapat dari orang yang lebih muda, yang biasanya dianggap sebelah mata karena masih belum makan asam garam kehidupan seperti kita. Bener ya? Ini anggapan umum sih. Tapi, seiring banyaknya peristiwa yang dialami manusia, rasanya usia bukan lagi ukuran. Setiap kisah selalu punya hikmah untuk diambil sebagai masukan berharga. Seperti saya yang belajar banyak dari kisah Maulana, seorang pemuda 26 tahun yang saya kenal karena ia mendaftarkan diri sebagai mentee alias peserta belajar di Online Wriing Class (OWC) yang saya adakan bersama The Jannah Institute.

Saya masih ingat awal mula mengenalnya. Tiba-tiba masuk chat di thread obrolah Whats App via jaringan pribadi, dari seseorang yang menanyakan batas akhir pendaftaran kelas menulis online dan ia berjanji akan membayarkan investasi pembayarannya secara cash melalui kurir ojek online lokal di Jember.
 
Awalnya saya sempat heran, karena baru pertama kali ada mentee yang mendaftar dengan mengirimkan uangnya melalui kurir. Tapi, ya saya biasa saja, mungkin sudah biasa cara ini ia lakukan, dan masyaaAllah jasa yang menuntut rasa amanah ini memang ada.

Kelas pun berlangsung seperti biasa, dilaksanakan melalui Whats App Group dengan materi dikirimkan lewat chat dan sesekali voice notes. 

Dari tugas pertamanya, saya tahu kalau ternyata ia adalah seorang difable low vision (tuna netra dengan pandangan terbatas) tidak dari lahir. Saat kelas 3 SMA, ia menderita gangguan penglihatan hingga tak bisa membaca dan menulis, serta melihat sama sekali. Hanya menyisakan sedikit sekali. 

"Ibarat penglihatan itu ditutup lempengan lingkaran hitam, dan hanya keliatan sudut-sudutnya mbak," ucapnya suatu kali pada saya. Dan, ia pun bercerita bahwa telah berusaha untuk mencari pengobatan bagi matanya bersama kedua orang tuanya hingga sampai Klinik Mata Pusat di Bandung, tapi tak ada yang bisa memprediksi apa yang menimpa matanya. 




Luar biasanya lagi, ia mengalami ini saat duduk di bangku akhir SMA di sebuah sekolah terfavorit di Jember. SMA ini dikenal dengan gudangnya anak-anak pintar dan high grade. Tak terkecuali Maulana, ia sempat akan mengikuti ujian masuk ke IPB, tapi kandas karena peristiwa ini, Sempat stres dan mengalami masa-masa nasib baik tidak berpihak padanya, tapi ia kemudian bangkit karena dukungan dari orangtua, guru-guru, dan teman-temannya. Bahkan, karena berhasil menyelesaikan Ujian Nasional dengan keterbatasan dan bantuan guru namun tetap dengan hasil maksimal (nilai rata-rata 9), ia pun memperoleh penghargaan "The Most Inspirational Student" dari sekolah saat malam perpisahan. 

Lalu, bagaimana ia mengikuti kelas menulis online dalam keterbatasannya? Itu yang jadi pertanyaan saya. 

Ternyata kuncinya pada keakrabannya pada IT yg memudahkannya. Ada semacam apps yg mengkonversikan teks dan gambar menjadi suara. MasyaaAllah 😇 Padahal, orang dengan penglihatan normal saja kadang kesulitan mengikuti dinamika grup, memanjat ratusan chat, dan sebagainya. Saya takjub dan berkali-kali mengagumi kemaha besaran Allah atas apa yang terjadi pada Maulana. 

Ia sama sekali tak mengaku kesulitan, dan hasil belajarnya sama bahkan mengumpulkan tugas lebih cepat dibandingkan yang lain. Karena itu juga, saat launching buku antologi di sebuah kafe di Jember, saya juga mengundangnya sebagai salah satu penulis yang berbagi tentang kisah inspiratifnya. 

Tak berapa lama, setelah jadi alumni OWC dan lolos naskahnya di buku antologi berjudul Masa Lalu, Terimakasih Atas Semuanya, ia menghubungi saya untuk belajar public speaking secara privat karena kebutuhan upgrade dan di saat yang sama didapuk menjadi fasilitator di salah satu TOT (Training of Trainer) instruktur difable, sharing tentang Disabilitas & IT. MasyaaAllah, cara belajarnya cepat, mengikuti alur, berani ambil tantangan, dan just do it. 

Pertanyaan saya pun akhirnya terjawab. Mengapa Allah SWT memberikan ujian ini kepada saya? Jawabanny adalah karena Allah sangat sayang pada saya, hamba Nya ini. Banyak sekali hikmah yang dapat saya ambil dari ujian ini. Sesungguhnya semua di dunia ini adalah titipan Allah SWT, termasuk penglihatan ini. Dengan mengmbil penglihatan saya, Dia ingin hamba Nya lebih dekat dengan Nya dan ingin hamba Nya terhindar dari maksiat mata - Maulana, "Nikmat Mata Hanyalah Titipan" dalam Masa Lalu, Terimakasih Atas Semuanya 

Kalau Maulana saja bisa berkarya, semangat belajar dan upgrade, apa kita yang dengan penglihatan normal tetap memilih jadi kaum rebahan? Semoga kita bisa mempertanggungjawabkan nikmat Allah yang masih melekat pada kita ya 😇


- Wassalam - 

Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar