Mulai Sekarang, Yuk Putuskan Mata Rantai Anemia dengan Peran Nutrisi untuk Indonesia Sehat dan Kuat


Anemia mungkin satu kata sepele bagi sebagian besar orang, tak terkecuali saya. Namun, karena anemia ini jugalah saya tak bisa melupakan kejadian yang menimpa saya saat dideteksi hamil pertama kali dan mengalami kehamilan di luar kandungan (ektopik). Saat itu bagian bibir dan bawah mata saya putih karena kekurangan hemoglobin (Hb), dan membutuhkan dua kantung darah untuk transfusi sebelum dan sesudah operasi. Baru setelah saya mengikuti edukasi lewat kelas-kelas kehamilan di kehamilan berikutnya, saya mendapat informasi bahwa rendahnya kadar Hb ternyata membawa pengaruh besar dalam proses persalinan, bisa menyebabkan pendarahan bahkan mengancam kematian. Hb yang rendah sangat ditentukan oleh peran nutrisi yang kini menjadi tantangan kesehatan lintas generasi.

Kejadian yang saya alami saat saya hamil di luar kandungan, kemudian wejangan-wejangan suami saat saya hamil kedua dan ketiga tiba-tiba muncul bergantian saat saya menyaksikan Webinar "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi" yang disiarkan lewat Youtube "Nutrisi untuk Bangsa" pada 1 Februari 2021 yang lalu.  

Sambil manggut-manggut setuju dengan pemaparan narasumber yang begitu padat dan memuat informasi penting, saya punya keinginan kuat untuk bisa menyebarkan apa yang pernah saya alami dan apa yang saya dapat dari webinar tersebut kepada publik yang lebih luas, salah satunya lewat artikel yang sedang temen-temen baca ini.

Anemia Defisiensi Besi, Apa Itu?

Mendengar istilahnya, rasanya kok susah ya, hehe, tapi sebenarnya tidak juga kalau kita bisa memahaminya pelan-pelan. 

Anemia sendiri adalah suatu kondisi rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi. Defisiensi artinya kekurangan. Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah kondisi rendahnya Hb karena kekurangan zat besi. 

Menurut Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK, Dokter Spesialis Gizi Klinik perwakilan Indonesian Nutrition Association dalam webinar yang diadakan Danone Indonesia bekerjasama dengan berbagai pihak itu disebutkan bahwa masalah gizi di indonesia memang benar-benar menjadi tantangan lintas generasi. Mulai dari bayi dan balita, anak sekolah, remaja dan usia produktif, ibu hamil (bumil), dan ibu menyusui (busui). 

Penting banget untuk memperhatikan ini ya ternyata, mengingat semua generasi bisa mengalami ADB. Fakta di Indonesia sebanyak 48,9 % ibu hamil, 32 % remaja berusia 15-24 tahun, dan 38,5 % balita mengalami anemia. Dan, 1 dari 3 anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun berpotensi terhambat tumbuh kembangnya akibat anemia (Riskesdas, 2018). Bahkan, menyebabkan stunting. 



Ditambah, perempuan  lebih banyak merasakan anemia ini, baik usia remaja maupun masa kehamilan. Tercatat ada prosentase 23 % remaja perempuan mengalami anemia yang sebagian besarnya karena kekurangan zat besi (Kemenkes, 2018).

Bila ini terus menerus terjadi, tentu akan membuat calon-calon ibu melahirkan generasi yang rawan mengalami kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Belum lagi, dampak jangka pendek maupun panjang yang ditimbulkan karenanya. Seserius itu ternyata, kan. 

Ada nggak dari temen-temen yang bertanya, kenapa sih zat besi (Fe) berperan penting dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia?

Nah, ini juga menjadi pertanyaan saya di awal mendengar istilah ADB. 

Ternyata begini, zat besi berperan penting pada proses metabolik seperti transport oksigen ke seluruh tubuh dalam bentuk hemoglobin, sehingga anak tumbuh aktif dan sehat. Makanya, zat besi juga sangat berperan penting pada :

  • Kemampuan belajar
  • Kemampuan motorik
  • Kemampuan fisiologi sel-sel saraf

Penyebab, Gejala, dan Dampak Kekurangan Zat Besi 

Jika sebegitu pentingnya zat besi, rasanya tiap orang memang mesti memiliki pengetahuan (knowledge) yang cukup tentang ini. Sama halnya saat saya belajar di kelas kehamilan dulu, sehingga saya siap menghadapi persalinan. Frase yang melekat saat itu adalah jargon knowledge is power.

Penyebab Anemia Defisiensi Besi (ADB) secara umum, masih menurut Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK, diantaranya :

  • Asupan makanan
  • Sakit (infeksi atau penyakit kronis)
  • Penyebab lainnya
Sedangkan penyebab anemia kurang besi pada anak, diantaranya :


Gejala yang bisa dialami oleh lintas generasi pun beragam. Sebut saja dari gejala ADB yang dialami ibu hamil, seperti :

  • Wajah, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat. 
  • Kurang nafsu makan
  • Lesu dan lemah
  • Cepat lelah
  • Sering pusing dan mata berkunang-kunang
Poin pertama di atas persis seperti yang saya alami di kehamilan pertama, yang kemudian saya antisipasi di kehamilan berikutnya. 

Sedangkan dampak anemia pada ibu hamil, bisa dilihat di infografis berikut :



Selanjutnya, gejala ADB yang dialami oleh anak, seperti :
  • Rewel
  • Lemas
  • Pusing
  • Tidak nafsu makan
  • Gangguan konsentrasi
  • Gangguan pertumbuhan
  • Cenderung mengantuk
  • Tidak aktif bergerak
Dampak ADB pada anak dalam jangka pendek maupun jangka panjang :
  • Anak jadi makin berkurang konsentrasinya, susah fokus, sulit bersosialisasi
  • Gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik
  • Prestasi akademik rendah
  • Mudah sakit
  • Pertumbuhan fisik terhambat
Sedangkan pada gejala pada remaja perempuan, gejalanya juga relatif sama, seperti pucat, mudah lemah, letih, dan lesu, terutama karena setiap bulannya perempuan juga mengalami menstruasi.

Dalam jangka panjang, ADB ternyata juga memiliki efek berantai yang perlu diwaspadai. Apa itu? Anak yang pernah mengalami ini meskipun sudah diterapi hingga kembali normal, kemungkinan besar saat dewasa akan memiliki kemampuan mental, motorik, dan sosial serta emosi yang lebih buruk. Selain itu, orang dewasa yang pernah mengalami kekurangan zat besi saat balita juga kemungkinan besar mengalami penurunan IQ dan fungsi kognitif.

Itulah kenapa memutus mata rantai anemia penting banget untuk kita lakukan saat ini dan mulai sekarang juga, dari hal kecil berdampak yang bisa kita mulai, misalnya dengan memperbaiki asupan nutrisi. 

Cukupi Zat Besi dengan Peran Nutrisi

Berbicara tentang peran nutrisi, erat banget dengan yang namanya asupan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Ini merupakan hal mudah yang bisa kita kontrol dan upayakan dari lingkungan keluarga. Terutama buat para ibu yang sehari-hari mengatur menu dan gizi keluarga, terlebih di masa pandemi.

Adapun masalah yang sering terjadi pada asupan makanan, masih dari informasi yang saya dapat dari webinar adalah sebagai berikut :



Apa hubungan vitamin C dan zat besi? Ternyata sangat berhubungan. Vitamin C dapat membantu penyerapan zat besi dengan lebih baik.
Jadi, asupan makanan apa saja yang dapat membantu mengatasi Anemia Defisiensi Besi (ADB) ?


Perbanyak konsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Pastikan sumber vitamin C nya berasal dari real food ya, bukan dari suplemen. Karena jika penggunaan suplemen ini berlebihan, juga mengakibatkan zat besi berlebihan. Maka dari itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter tentang penggunaan suplemen. 

Mengonsumsi makanan dan minuman kaya zat besi misalkan dengan daging merah, buah-buahan kering, sayuran hijau gelap, kacang-kacangan, susu pertumbuhan yang difortifikasi zat besi. 

Makanan dan minuman sumber zat besi memang mesti didapatkan dari zat besi hewani  (heme) dan zat besi non hewani atau nabati (non heme) sehingga menuntut kreativitas kita untuk memberikan asupan terbaik bagi tubuh.


Adapun kesimpulan dalam webinar sesi 1 dengan pembicara Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK, sebagai berikut : 




Danone Indonesia dan Upaya Memutus Mata Rantai Anemia 


Pada sesi kedua webinar, hadir Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin. Sebelum memulai memaparkan apa saja yang telah dilakukan oleh Danone Indonesia untuk memutus mata rantai anemia dan bersama-sama dengan pihak berkepentingan untuk melakukan upaya ini, Arif menjelaskan filosofi Danone sebagai sebuah perusahaan yang memiliki visi one planet one health. Bahwa kesehatan manusia dan planet saling berhubungan. Setiap kali kita makan dan minum, kita memilih dunia apa yang akan kita tempati. 

Tujuan Danone 2030 ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 PBB. 



Bagi saya ini menarik, sebab kita diberikan pemahaman bahwa Danone akan terus melakukan gerakan ini secara sustain karena sudah merupakan nafas bagi perusahaannya. Menurut penuturan Arif, Danone Indonesia berupaya menjadi yang terdepan dalam revolusi makanan. Menciptakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum yang lebih sehat dan berkelanjutan. 

Cara dan Upaya Pencegahan Anemia : Inisiasi Danone, dan Sinergi Pemerintah, dan Berbagai Pihak 

Dalam sesi tanya jawab di akhir webinar, banyak sekali informasi yang perlu untuk dijadikan sorotan, terutama menyangkut cara dan upaya pencegahan anemia. 

Danone Indonesia dengan filosofi perusahaannya telah melakukan banyak hal untuk gerakan ini. Terutama menyangkut triple burden di Indonesia, yaitu tingginya stunting, malnutrisi (kurang gizi), dan obesitas. Masalah gizi ini memang masih menjadi tantangan Pemerintah untuk menyiapkan program berkelanjutan. Gerakan 1000 hari pertama kehidupan merupakan salah satu yang dilakukan Pemerintah untuk mengatasi defisiensi mikro nutrien (vitamin dan mineral). Zat besi termasuk dalam bagian mineral itu sendiri.

Sedangkan, Danone Indonesia telah melakukan berbagai upaya seperti :





  • Isi Piringku : mempromosikan konsumsi gizi seimbang dan gaya hidup sehat untuk anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orang tua. Caranya pun asik, Danone Indonesia memperkenalkan edukasinya lewat lagu Isi Piringku yang sangat mudah diterima anak-anak.
  • Ayo Minum Air Putih (AMiR) : merupakan program kolaboratif yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi minum air putih 7-8 gelas per hari untuk anak sekolah.
  • Warung Anak Sehat : edukasi pada ibu-ibu kantin sekolah untuk menyediakan makanan dan minuman sehat bagi siswa. Juga melibatkan guru, orangtua, dan penjual.
  • Aksi Cegah Stunting : merupakan kolaborasi bersama Fakultas Kedokteran UI, Kementerian Desa, dan desa untuk perbaikan anak gizi buruk dan perbaikan fasilitas kesehatan. Dan, telah berhasil menurunkan angka stunting 4,3 % dalam waktu 6 bulan. Menurut penuturan Arif Mujahidin, keberhasilan ini karena evaluasi dan monitoring yang ketat di lapangan. 
  • GESID (Generasi Sehat Indonesia) : bertujuan mengedukasi remaja akan pentingnya mengonsumsi gizi seimbang agar mereka terhindar dari masalah nutrisi, salah satunya ADB. Edukasi juga dilakukan dengan mencetak buku panduan GESID yang memiliki tagline "Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggungjawab".
  • Taman Pintar : bertempat di Yogyakarta, Danone Indonesia telah mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar.
  • Duta 1000 Pelangi : memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar menyoal kesehatan dan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta.

Akhirnya, Mulai Sekarang, Yuk Putuskan Mata Rantai Anemia dengan Peran Nutrisi untuk Indonesia Sehat dan Kuat

Dengan kerja bersama antara Pemerintah, sektor swasta seperti Danone Indonesia, dan dengan keterlibatan aktif masyarakat secara luas, tak ada yang tak mungkin jika mulai sekarang kita bisa putuskan mata rantai Anemia Defisiensi Besi (ADB) supaya tak lagi menghantui masa depan generasi.

Berbagai upaya juga dilakukan pihak Pemerintah untuk mengatasi tantangan peran nutrisi lintas generasi, seperti yang disampaikan Dr. dr. Diana Sunardi, MGizi, SpGK di akhir pemaparan materi pertama, yaitu :




Bersama-sama dengan pemangku kepentingan, Arif Mujahidin juga menyampaikan bahwa peran sektor swasta, terutama dalam hal ini, Danone Indonesia, untuk memutus mata rantai ADB dilakukan dengan upaya :

  • Edukasi dan inovasi produk
  • Membangun kesadaran publik
  • Mendorong kreativitas menjalankan hidup sehat 
  • Menyediakan produk yang mengandung zat besi. Selain diolah, juga diserap dengan baik oleh tubuh, sehingga menjadi tugas Danone Indonesia sebagai perusahaan yang memimpin revolusi makanan untuk membuat formula agar penyerapan zat gizi bisa diserap dengan baik.  

Ah, lengkap rasanya saya menyimak webinar kali ini. Kenyang dan bergizi. Asupan nutrisi otak seperti ini memang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas supaya tak ada lagi ketidak tahuan atau kurangnya informasi dan pengetahuan. Pengetahuan akan membuat kita berdaya dan melakukan sesuatu untuk perbaikan kualitas kehidupan kita, mulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga, meluas ke lingkungan sekitar. 

Saya bersyukur, berkat dukungan suami dan juga pengetahuan yang saya dapatkan lewat kelas-kelas kehamilan, bacaan, dan juga diskusi dengan circle yang positif akhirnya membawa saya pada kondisi ibu hamil yang tidak mengalami Anemia Defisiensi Besi (ADB) saat melahirkan kedua anak saya dengan sikon yang berbeda. Anak pertama saya lahir dengan persalinan normal induksi, dengan BB 3,5 kg dan panjang 52 cm. Sedangkan anak kedua lahir dengan persalinan normal tanpa induksi, dengan BB 3,8 kg dan panjang 52 cm. 




Alhamdulillah, kini keduanya, masing-masing berumur 3 tahun dan 11 bulan tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan kuat, tidak mudah terserang penyakit, tidak pilih-pilih makanan, dan aktif. Yuk, putuskan mata rantai anemia dengan memenuhi nutrisi dalam keluarga terlebih dulu untuk generasi Indonesia yang sehat dan kuat. Saya insyaAllah sudah memulainya dengan selalu memberikan ASI eksklusif 2 tahun, lanjut memberikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi, memperhatikan gizi seimbang sesuai anjuran isi piringku, dan melakukan stimulasi aktif sensorik motorik sejak dini. Sekarang, giliran temen-temen untuk memulainya. Sudah siap?



Referensi :

https://www.instagram.com/nutrisibangsa

Webinar "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi" yang disiarkan lewat Youtube "Nutrisi untuk Bangsa" (https://www.youtube.com/watch?v=fuYipQ_bdn8&t=288s) pada 1 Februari 2021

Webinar "Festival Isi Piringku Anak Usia 4-6 Tahun : Membangun Generasi Sehat Melalui Edukasi Gizi Seimbang Sejak Dini" yang disiarkan lewat Youtube "Nutrisi untuk Bangsa" (https://www.youtube.com/watch?v=DCxdIOCZHgs) pada 26 Februari 2021

Infografis : 

tangkapan layar dari Webinar "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi" dan Instagram @nutrisibangsa dengan modifikasi www.pritahw.com


- Wassalam - 

Prita HW

19 komentar:

  1. wah postingan bikin melek bener. dulu aku sempet anemia soalnya jaman sd. ya begitu gejalanya. dulu sih ga ngerti kenapa. tadi pas baca artikel mba baru tau ternyata karena jaman dulu (waktu sd smp) saya masih jadi anak picky eater. ternyata pengaruh ya..

    BalasHapus
  2. Wah jadi ingat pas melahirkan anak bungsu saya. Taunya pas hari melahirkan saat dicek HB hanya 7 dan harus ditransfusi dulu.
    Nggak ngeh kalau anemia, kirain kadang-kadang lemes itu biasa efek kehamilan seperti sebelum-sebelumnya.

    BalasHapus
  3. Anemia defisiensi besi bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada anak-anak dan kondisi ini tidak boleh disepelekan begitu saja. Anemia bisa menyebabkan anak mengalami gejala merasa lelah, lemas, hingga sesak napas.

    Duh, edukasi semacam ini kudu nyampe ke semua ortu ya.
    Supaya generasi Indonesia sehaaattt dan merdeka dari anemia!

    BalasHapus
  4. tinggi juga prosentase 23 % remaja perempuan mengalami anemia ya?

    kalau yang saya perhatikan nih, anak perempuan pola makannya tuh jauh lebih sedikit dari anak laki-laki. perempuan juga suka pilah pilih makanan dan makannya kadang telat

    Duh, saya harus perhatikan pola makan anak perempuanku nih, apalagi nanti saat datang menstruasi y

    BalasHapus
  5. Edukasi Seperti ini bagus bgt ya mbak, jadi makin melek belajar pentingnya nutrisi dan belajar mencegah anemia untuk memutuskan mata rantainya. Supaya banyak ibu2 baca mengenai hal ini juga sehingga bermanfaat bagi banyak orang.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah.

    Tulisan Kak Prit berkorelasi dengan masalah darah rendah yang saya alami. Rupanya, cara menghindar dari penyakit ini tak hanya menghindar dari makanan penurun darah, seperti timun, semangka dan makanan lainnya yang tertentu, seperti pemahaman saya sebelum ini. Hehe.


    Bermanfaat sekali Kak...

    BalasHapus
  7. betul kak, faktor penyebab yang paling signifikan pasti karena asupan makanan ya :/

    BalasHapus
  8. seneng banget karena bisa ikut nyimak materi anemia ini mbak, jadi nambah wawasan tentang anemia juga. Edukasi masyarakat yang Danone lakukan juga bermanfaat banget buat anak bangsa. Keren program-programnya. ^^

    BalasHapus
  9. Banyak juga program yang dilakujan Danone ini untuk memberantas mata rantai anemia, pengalaman anemia saya waktu hamil dulu membuat saya sadar bahwa zat besi itu penting banget untuk asupan nutrisi kita

    BalasHapus
  10. Saya sampai sekarang rutin konsumsi tablet suplemen zat besi juga Mbak. Terlebih lagi karena pengalaman saat hamil kedua, jelang lahiran ternyata asupan zat besi kurang dan HB saya sedikit di bawah normal. Memang berpengaruh ke pasca lahiran, saya harus transfusi darah 1 kantong dan tangan sempat tremor.

    BalasHapus
  11. kita harus tau anemia dan cara - cara untuk mengatasinya ya mba. Dan banyak makanan yang secara alami bisa membantu kita

    BalasHapus
  12. Gak bisa disepelekan anemia itu ya. Jangka panjangnya memengaruhi daya kembang anak ga cuma fisik namun kognitif juga. Btw anak2 mba seumuran anak2ku hehe

    BalasHapus
  13. Anemia ternyata berbahaya sekali ya. penting sekali nih edukasi seperti ini. agar masyarakat bisa tahu dan waspada atas bahayanya Anemia. Infonya diberkan mba prita bermanfaat sekali. makasi ya...

    BalasHapus
  14. issue anemia lg marak,.,,dengan byk artikel seperti ini tentunya memberikan edukasi kpd byk org soal pentingnya asupan yg benar soal nutrisi dlm tubuh

    BalasHapus
  15. Ternyata kekurangan zat besi juga bisa bikin anak rewel lemes yaah...
    Padahal anak-anak yang bersemangat ini yang bagus dalam mengeksplor apa yang dilihat dan dirasa.

    BalasHapus
  16. nutrisi berimbang dan cukup pastinya memang jadi kunci memutuskan mata rantai anemia yaa mba, jadi gak mengular ke generasi berikutnya

    BalasHapus
  17. Ternyata ketika masih anak pernah kekurangan zat besi, masih berpengaruh hingga dewasa ya Mbak.... Jadi diingatkan lagi tentang pentingnya isi piring dan dinum air putih

    BalasHapus
  18. Baru sadar pas hamil, HB nggk nympe 12 pas Hamidun. Alhamdulillah, lahiran lancar Krn sering digempur tablet biar HB naik......artikelnya lngkp ya mbak

    BalasHapus
  19. Ternyata anemia tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Sebagai orang tua harus selalu memperhatikan asupan gizi anak ya. Jika semua perusahaan bisa seperti danone pasti akan sangat bermanfaat.

    BalasHapus