Menjelajah Teaching Factory di Campus Visit Polije 2020 (Bagian Pertama)




Sore itu langit Politeknik Negeri Jember (Polije) tampak cerah. Tampak hamparan hijau luas yang sekilas mirip lapangan bola. Tak ada gawang dan semacamnya, hanya kerapian rumputnya sedikit mirip. Hari itu saya dan teman-teman pegiat media sosial, mulai dari blogger, youtuber, dan selebgram sedang menanti kedatangan Direktur Polije yang berkesempatan menyambut kami sore itu, 14 September 2020. Saya takjub sekali ketika masuk ke gedung utama Polije yang saat lurus ke belakang, menemui ruang terbuka hijau yang luas dan sangat asri. Kesempatan untuk menghirup dalam-dalam oksigen organik yang sangat berharga di musim pandemi ini.

Saya datang berdua, ditemani suami sebagai tim berkolaborasi, dan juga beberapa kawan pegiat sosial lainnya. Sore itu adalah saatnya bagi kami untuk mendengarkan sedikit arahan tentang kegiatan Campus Visit Polije yang rencananya berlangsung 17 hingga 18 September 2020. Dua hari setelah kami sama-sama harus cek kesehatan di Klinik Polije. Untuk memastikan kami semua dalam keadaan sehat, dan tetap menjaga protokol kesehatan ketat yang juga diterapkan dalam kegiatan ini.


"TeFa atau Teaching Factory memang dihadirkan untuk tujuan edukasi, bukan produksi. Dan, tiap TeFa punya mitra industri. Dunia usaha, dunia industri, dunia kerja (DUDIKA) ini menjadi ciri khas dari perguruan tinggi vokasi dibanding perguruan tinggi akademik. Tidak harus setelah lulus menjadi employee, tapi juga menjadi wirausahawan baru," ungkap Pak Saiful Anwar, S.TP, MP saat memberikan sambutannya untuk kami. 

Dari penjelasan inilah, saya dan kawan-kawan lain jadi tahu kalau ternyata Politeknik Negeri Jember (Polije) memiliki total 22 TeFa, antara lain :

    1. TeFa Bakery and Coffee
2. TeFa Kultur Jaringan
3. TeFa Kopi
4. TeFa Smart Green House
5. TeFa Feedlot
6. TeFa Kuliner
7. TeFa Bunga Potong Kebun Inovasi Polije
8. TeFa Pakan Ternak
9. Tefa Seed Center
10. TeFa Broiler Close House
11. TeFa Laboratorium Analisis
12. TeFa Minuman Kemasan
13. TeFa Canning
14. TeFa Jamur
15. TeFa Beras Sehat Polije
16. TeFa Multimedia
17. TeFa Produksi Software
18. TeFa Data Center
19. TeFa IoT & Embedded System
20. TeFa Alsintan
21. TeFa Rotografur
22. TeFa Nutrition Care Center

Tapi, tentu dalam dua hari, kami tak mengunjungi 22 TeFa tersebut, waktu rasanya belum bisa untuk kompromi. Dalam dua hari ini, kami akan mengunjungi 7 TeFa pertama yang ada di atas. Tulisan ini akan dibagi dalam dua bagian. Kita akan siap-siap menjelajah. 

Hari Pertama : Mengunjungi TeFa Kebun Inovasi, TeFa Smart Green House, TeFa Kultur Jaringan, TeFa Kopi

Semua wajah terlihat berseri-seri hari itu, Kamis pagi yang cerah, kami semua berkumpul di Kebun Inovasi yang letaknya kira-kira kurang lebih 1 km dari pintu gerbang depan Polije tempat semua kendaraan bermula memasuki area kampus. 

Makin ke belakang, makin terpampang jelas betapa luasnya area lahan yang dimiliki kampus vokasi unggulan yang terletak di Jalan Mastrip ini. Saya dan suami yang tinggal di daerah Kaliurang, tak jauh atau bisa dikatakan bertetangga dengan Polije ini, ya jujur bara tahu faktanya sekarang ini.

Takjub sekali dibuatnya.

TeFa Kebun Inovasi Polije

Kami menjejakkan kaki pertama dalam Campus Visit Polije ini di tempat bernama TeFa Kebun Inovasi Polije. Sederhana namun kaya, itu kesan yang saya tangkap. Ini bukan tanpa alasan, sebab Kebun Inovasi ini terdiri dari ragam tanaman hortikultura dengan konsep menanam tanaman yang bernilai ekonomis. 

Mulai dari tanaman semusim seperti sayuran yang panennya 40 hari hingga 3-4 bulan sekali. Dan, saat ini sudah merambah ke tanaman hortikultura lainnya yang bersifat tahunan. Seperti jeruk, montaji (melon tanpa biji), nanas madu atau nanas super, semangka, dan juga pepaya. Jenis sayurannya misalnya seperti bawang merah. 

Tak ketinggalan ada jenis melon dan semangka yang juga baru saya tahu. Biasanya dijual di pasar premium. Sebut saja melon alisa dan alina, juga semangka Amarelo (semangka kuning non biji), Amara (semangka merah non biji), Luna Maya, serta black suit/Inul. Unik ya namanya? Sungguh membuat penasaran. Dari segi rasa, ketika saya dan suami juga kawan-kawan lainnya cicipi, memang terasa sekali bedanya. Manis dan lembutnya tak perlu diragukan lagi. 

Untuk jangka panjang, Kebun Inovasi dengan luas kurang lebih 8000 meter persegi ini juga akan melakukan pembibitan alpukat, durian, dan lainnya. Mahasiswa Polije juga menggunakan tempat ini untuk praktikum dengan mengikuti jadwal panen. 

Saat ditanya cikal bakal dari berdirinya Kebun Inovasi ini, ternyata berawal dari kerjasama Polije dengan Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSP) Jawa Timur dalam menggelar teknologi benih skala nasional tahun 2015 yang kemudian dilanjutkan secara mandiri.  

Pagi yang mulai memasuki siang yang terik itu, kami disuguhi jamuan penganan hasil bumi, buah hasil panen Kebun Inovasi, juga teh dan kopi. Hm, nikmat sekali. Saya membayangkan mengajak pasukan anak-anak kecil yang sedang belajar di kelas menulis yang saya ampu untuk bisa berkunjung kesini beserta keluarganya. Sebab, selain sebagai sarana edukasi bagi mahasiswa, Polije juga membuka kesempatan edukasi dan konsultasi untuk masyarakat, dan merasakan pengalaman petik mandiri di lahan yang tersedia. 


Ternyata, Kebun Inovasi ini juga mengelola bunga potong yang juga akan kami kunjungi di hari kedua, nanti kita sama-sama cerita tentang ini di bagian yang lain ya.

TeFa Smart Green House 

Penasaran dengan kunjungan ke Teaching Factory Polije selanjutnya. Dari namanya, TeFa Smart Green House Polije terkesan sangat futuristik dan menyimpan kecanggihan teknologi tersendiri. Ternyata prediksi saya tak salah.



Begitu memasuki kawasannya, kita akan terheran-heran dengan model tenda-tenda putih yang ternyata bentuk dari smart green house itu sendiri. Ada 3 bangunan di sana. Buat para pegiat media sosial, bentuknya sangat instagrammable sih. Termasuk saya pastinya. Namun, saya menyimpan banyak pertanyaan, se-smart apa green house yang satu ini. 

Melewati bagian samping smart green house (SGH), kami dikejutkan oleh kipas raksasa layaknya blower yang mengatur sirkulasi udara di dalam SGH. Saat memasuki bagian dalamnya, sepanjang mata memandang kami dimanjakan dengan deretan tanaman melon yang segar dan tampak berbuah di beberapa bagian. Iya, memang kedatangan kami ini tepat sekali dengan momen panen. Ah, jadi tak sabar.



Sebelum mencicipi melon yang kemudian saya ketahui bernama Honey Globe ini, kami berkeliling dan mendengarkan penjelasan tentang seluk beluk SGH. SGH sendiri memulai sejarahnya sejak tahun 2018 saat pembangunannya, namun penanaman dan budidayanya dimulai sejak April 2019. 

Tujuan SGH sendiri sebenarnya untuk mengaplikasikan dan berkontribusi dalam arah pertanian Indonesia yang sudah diubah dari model konvensional menjadi model smart farming. Hm, saya jadi teringat konsep urban farming, bertani untuk masyarakat perkotaan dengan memanfaatkan minimnya lahan. Saya sendiri masih sering uji coba di teras sendiri untuk ini. Kebetulan saya dan suami memang juga punya hobi gardening, terutama di masa pandemi, sebagai alternatif aktivitas sehat di rumah saja. 

SGH yang kami kunjungi ini memang terlihat lebih bersih, dan pastinya juga lebih aman residu pestisida yang menjadi kunci cita rasa varietas melon yang dihasilkan. Waktu panen ternyata juga lebih cepat dari sistem budidaya melon konvensional yang berada di lingkungan terbuka, selisih 10 hari.


Sesuai namanya yang smart, ternyata sistemnya kesemuanya menggunakan otomatisasi untuk monitoring nya, baik dari komputer maupun smartphone. Meliputi iklim mikro sekitar dan yang ada di dalam bangunan SGH itu sendiri, seperti suhu, kelembapan, CO2, dan sebagainya. Ini juga dimaksudkan supaya dapat meminimalisir kegagalan dibanding penanaman konvensional. 

Meskipun sudah menggunakan otomatisasi, SGH sendiri juga melakukan aktivitas pada tanaman secara langsung, misalnya memastikan syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman yang diatur dari iklim mikro, nutrisi yang diberikan, hingga perawatan dari awal penanaman sampai akhir menjelang masa panen. 

Ternyata tak hanya melon Honey Globe yang dihasilkan di sini, tapi juga sayur. Saat ini, memang masih terfokus untuk melon saja. Untuk melon sendiri, ternyata sudah memasuki masa panen kali kelima dalam satu tahun terakhir. Setiap panen yang membutuhkan waktu budidaya 75 hari, akan diatur sedemikian rupa untuk bisa menanam lagi sekitar 300-400 tanaman yang menghasilkan panen 50 kg. Waw!



Sambil mencicipi buah melonnya, saya langsung terkejut. Rasanya crunchy dan terasa kres saat digigit, lembut sekali, dan juga jauh lebih manis dan segar dibanding yang biasa saya temui di pasaran. Kulitnya juga lebih bersih, tidak bermotif, dan lebih tipis bersih. Awalnya, hanya kalangan Polije dan sekitarnya yang menikmati hasil panen ini, namun saat ini sudah terjalin kerjasama dengan dunia industri dan dunia kerja (IDUKA), diantaranya CV. Agrifram Bogor, PT. Tunas Agro Persada Jawa Tengah, PT. Koreana Seed, dan PT. Benih Citra Asia, Ajung Jember. Terlebih, TeFa Smart Green House Polije juga telah memiliki Nilai Tahap Kesiapan Teknologi 8.

Menurut saya, profesi petani menggunakan smart farming ini memberikan stigma ke mahasiswa dan juga masyarakat umum bahwa menjadi petani juga bisa kekinian, mengikuti zaman dengan berinovasi teknologi. 




Saya mengulangi mengunjunginya pasca Campus Visit Polije, dan tampak petugas sedang bersiap mengirim melon-melon tersebut ke tujuan Jakarta. Alhamdulillah, masih bisa membawa pulang 1 buah melon dengan harga 1 kg Rp. 30.000, dan setelah ditimbang 1 kg lebih, saya membawa pulang dengan harga Rp. 38.000. Saat di rumah, masyaaAllah memang bikin ketagihan lagi dan lagi. 

TeFa Kultur Jaringan

Ada pertanyaan dalam hati, bagaimana ya cara Polije mengembangkan bibit-bibitnya. Saya yang memang orang awam, tahunya hanya bibit yang disemai biasa. Ternyata ada cara lain untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu relatif singkat. Di Teaching Factory (TeFa) Kultur Jaringan inilah saya jadi terbuka dan mendapat jawaban atas pertanyaan saya. 

Di TeFa Kultur Jaringan, tanaman yang dibudidayakan adalah anggrek, tembakau, kentang hitam,tebu, iles-iles, krisan, serta tanaman hias lainnya. TeFa Kultur Jaringan ini juga sudah bekerjasama dengan IDUKA CV. Arjuna Flora Malang. 



Anggrek-anggrek yang saya lihat betul-betul menggoda. Ternyata anggrek tersebut termasuk konservasi anggrek alam yang jumlahnya bisa digandakan secara vegetatif, generatif, maupun kultur jaringan. Spesialnya, melalui TeFa Kultur Jaringan, mahasiswa akan belajar potensi usaha sejak pembibitan, pembesaran, perdagangan, dan ekspor. 



Di TeFa ini pula, mahasiswa bisa belajar aktivitas-aktivitas rutin yang dilakukan. Misalnya dari sterilisasi alat hingga media tanam, membuat stok atau cairan nutrisi yang dibuat media tanam berupa agar-agar, dan menyiapkan hingga siap dipindah ke media lain dalam rentang waktu 2-3 bulan. 

Saya sampai ternganga ketika tahu dari satu tanaman bisa dikembangbiakkan menjadi puluhan bahkan ratusan tanaman baru. Pantas saja kalau hasil dari TeFa Kultur Jaringan didistribusikan untuk banyak hal. Mulai dari bisa diuji cobakan kembali oleh mahasiswa, diperjual belikan, hingga dilanjutkan ke kebun tanaman.  

Tefa Kultur Jaringan adalah awal mula buah dan sayur yang saat ini kita konsumsi, rasanya ingin saya berterima kasih pada jerih payah pengelola atas apa yang telah dilakukan lewat inovasi ini.

TeFa Kopi

Aroma biji kopi menyeruak harum ke indera penciuman kami yang siang itu sudah merasakan letih karena hari semakin terik. TeFa Kopi jadi penghujung hari pertama yang sempurna. 




Awalnya gedung Tefa Kopi adalah laboratorium yang digunakan sebagai tempat praktikum, belum ke tahap produksi dan penjualan. Namun, seiring perkembangannya, saat ini TeFa Kopi aktif melakukan proses produksi dari pengolahan buah kopi berbentuk gelondong hingga dikemas dan dijual di outlet. Kopi yang dijual dapat berupa kopi biji sangrai maupun kopi bubuk jenis Arabika dan Robusta.

Tefa Kopi juga telah menjalin kerjasama dengan IDUKA, seperti PT. Kapal Api Indonesia, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, hingga Asosiasi Petani Kopi Jember. Guna memenuhi kebutuhan kopi untuk kebutuhan produksi, TeFa Kopi juga bekerjasama dengan supplier biji kopi. 






Selain digunakan sebagai sarana edukasi bagi mahasiswa Program Studi Pengelolaan Perkebunan Kopi, TeFa Kopi juga dibuka untuk masyarakat umum yang ingin melihat aktivitas di dalamnya. Mulai dari mengenal jenis kopi, cara menggoreng kopi, sampai cara menyeduh dan mencicipi kopi yang sudah diseduh. 

Kami pun merasakannya siang itu. Saat aroma kopi kemudian akhirnya diteguk, ada sensasi berbeda. Kami lebih menghargai proses. 

Akhir Hari Pertama

Meski cukup berpeluh menyelesaikan jelajah Teaching Factory (TeFa) Polije di hari pertama ini, mata saya makin terbuka dengan upaya kampus vokasi unggulan yang satu ini. Ternyata vokasi kuat menguatkan Indonesia tak hanya slogan, memang nyatanya lewat pendidikan terapan berkualitas yang diselenggarakan di Politeknik Negeri Jember ini, mahasiswa sebagai bagian dari insan pendidikan dan dunia industri dan dunia kerja (IDUKA) bisa bersinergi dengan harmonis. Mitras DUDI juga merupakan kunci. 

Baca keseruan hari kedua, masih di Polije yang memiliki tagline SIP (Smart, Innovative, Professional). Jadi penasaran dengan TeFa lainnya, semangat dan inspirasi apalagi yang akan saya dapatkan?


- Wassalam - 



Prita HW

24 komentar:

  1. Ada semangka Luna Maya doong. Hahaha. Berkunjung kesini Bermanfaat banget buat yg hobi berkebun. Atau anak2 yang bisa belajar memahami kalau makanan itu mesti tumbuh dulu baru sampai ke meja makan

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener Kang Aip, aku aja pengen ajak anak2 kelasku ke sini, hehe

      Hapus
  2. Melonnya asli manis banget ya mbak, pas nyobain itu seger banget bikin nagih hahaha

    BalasHapus
  3. Aku suka berburu kopi hahahaha, aku simpan ini gambarnya mbak. Siapa tahu nanti pas stok kopiku habis bisa membeli di sini

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyes bisa mas, nitip aku boleh.. Ini tetanggaan sama rumah, haha

      Hapus
  4. Aku kayaknya kalau masih muda bakalan betah banget ngampus di tempat seperti ini. Bakalan sering main ke kebun. Teori di kelas langsung cari tempat praktek ke kebun buat membuktikan hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, seandainya ada mesin waktu ya mbak, wkwk. Boleh rekomen ke generasi jaman now nih mbak

      Hapus
  5. Waah lengkap banget ya ternyata politeknik Jember ini mbak ternyata. Kampusnya asyik ya bisa langsung praktek nggak melulu teori.

    BalasHapus
    Balasan
    1. he eh mbak, mantep 60 persen praktek, 40 persen teori

      Hapus
  6. Tetiba aku salfok sama nama salah satu semangka, namanya Semangka Luna Maya hehe. Tapi bagus yaa program-programnya Polije ini. Mantap!

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk, iya bagus, jd mupeng mau rekomen ke yg lain kan

      Hapus
  7. Mau dooong makan buah melonnya. Kelihatan glowing gitu ya kulitnya hehehehe :) Aku juga mau icip kopinya. Wisata edukatif nih kayak begini kalau aku bakalan ajak aanak2 nih. Bolehkah orang luar berkunjung ke sini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bolehhh mbak. Kalo ke Jember, kuanter dah, hehe, insyaaAllah

      Hapus
  8. Sistemnya di SGH udah Smart Farming ya mbak, jadi lebih efisien gitu. Udah gitu melonnya manis-manis hahaha bikin gagal move on

    BalasHapus
  9. Pasar premium di mana mbak yang menjual hasil buah Polije? Sangat menggiurkan tampilannya! :D

    BalasHapus
  10. Duh keren banget ya anak politeknik ini benar-benar terjun mengaplokasikan ilmu yang mereka dapatkan di sini..asyik buat dikunjungi wisatawan ya..

    BalasHapus
  11. Belajar untuk membaca produktif. Tulisan mbak prita menjadi salah satu inspirasi tentang gaya menulis. 😊

    BalasHapus
  12. Di Jember ternyata banyak kampus keren, salah satunya POLIJE, duh pasti betah kuliah di POLIJE soalnya kayak di kebun buah mekarsari banyak buah2an dan sayuran

    BalasHapus
  13. Luar biasa banget tanamanannya tumbuh suubur banget ya Mba Prita. Keren ini untuk study banding gitu ya. Panen banyak buah dan sayuran pengen main ke pOLIJE

    BalasHapus
  14. Ooohh ini toh yang kapan hari diceritain itu?? aq loh belum pernah masuk ke polije kecuali tempat parkir depan pas nganter Radit kegiatan sekolah di sana. ini terbuka untuk umum kah mbak??

    BalasHapus
  15. Fyuh, untung dibagi dalam 2 tulisan, cukup panjang dan padat soalnya :D

    Aku penasaran sama melon-melon dan semangka itu, mbak. Pengen lihat dan merasakan sendiri bedanya dengan melon dan semangka yang biasanya. Btw itu dinamakan sesuai nama artis memang request dari artis ybs apa inisiatif mereka ya?

    BalasHapus
  16. Mba Prita, gimana rasanya semangka varietas Luna Maya itu? wkwkwkwk

    Politeknik Jember ini sudah tepat sekali mengembangkan pendidikan vokasi. Harusnya negeri kita makin memperbanyak pendidikan vokasi seperti ini.

    Nyenengin banget rasanya ngunjungi TeFa kebun itu. Buah-buahnya segar niannnnn...

    BalasHapus
  17. aku kemaren gak sempat ikutan panen melon, hanya nyobain buahnya doang mbak.

    dan itu manisnya beda sama yang di kebun Inovasi memang,

    BalasHapus