Sebelum Meniti Karir Jadi Penulis, Perhatikan Ketiga Poin dari Miyosi Ariefiansyah Berikut Ini


Menulis bagi banyak orang mungkin jadi semacam pekerjaan yang sulit diwujudkan. Entah itu berbentuk predikat kata kerja atau berwujud profesi. Alhamdulillah saya mengenal sosok yang satu ini, partner menulis saya sejak 2010 dan pertama kali kenal di Facebook. Lewat perannya juga, saya akhirnya bisa menebitkan buku antologi perdana bersama emak-emak muda yang kece saat itu. Dialah Miyosi Ariefiansyah.

Beberapa waktu lalu, saya todong ibu dari bayi bernama Taka ini untuk sharing mengenai pengalaman 10 tahun di dunia penulisan, mulai dari suka duka, jungkir balik, pahit manis, kecut asem, dan jatuh bangunnya. Saat itu, ada sesi sharing di WA group The Jannah Institute.

Nama aslinya adalah Miyosi Margi Utami dan saat ini konsisten menggunakan nama pena dengan menambah nama belakang suaminya di belakang nama aslinya. Bukannya apa-apa, menurutnya, kebetulan aja nama belakang suami bagus dan cocok dengan nama depannya. Daripada cari nama pena lain, akhirnya ia memutuskan memakainya hingga kini.

Miyosi sendiri sekarang sudah mem-branding dirinya dengan sebutan working at home mom. Ia memiliki fungsi ganda sebagai ibu rumah tangga, penulis, dan editor yang berkarya dari rumah. 

Ia mengaku menulis serius pada 2008, dan sampai hari ini terhitung "baru" 10 tahun. 

Dan, selama 10 tahun itu, saya sempat mencicipi beberapa profesi yang berkaitan dengan dunia penulisan : penulis konten, penulis buku, redaktur agen naskah, editor di penerbit nasional, penulis buletin ekonomi/manajemen/akuntansi di kantor akuntan publik ibukota, kontributor ummi-online dan  ucnews, dan saat ini, saya disibukkan dengan mengurus anak yang baru 16 bulan, mengerjakan proyek pribadi, ngeblog, sesekali ngajar, dan tentunya belajar. - Miyosi Ariefiansyah

Kali ini, saya akan membagikan inspirasi dari pengalaman seorang Miyosi untuk masuk ke dunia kepenulisan bagi temen-temen yang baru punya keinginan atau newbie di dunia yang satu ini.

Poin Pertama : Syarat Penulis


Syarat jadi penulis ga harus lulusan sastra atau yang berkaitan. Miyosi sendiri jurusan akuntansi pas kuliah, dan IPA pas SMA. Kalau ditelaah, memang kesannya ga nyambung-nyambung banget ya, tapi ternyata latar belakang seperti ini di dunia kepenulisan bukan satu-satunya dimiliki Miyosi aja loh temen-temen. 

Tapi, kalau kita ingin menghubungkan profesi penulis dengan dunia atau jurusan kita juga bisa, salah satunya ya terus menulis tentang ilmu yang sudah kita dapat yang dikhususkan bagi pemula dengan bahasa yang mudah dimengerti. 

Poin Kedua: Nyemplung Kemana Dulu?


Zaman saya ataupun Miyosi masuk dunia kepenulisan, peluang masih sangat sedikit. Beda dengan sekarang. Ada banyak. Sangat banyak. Saking banyaknya sampai bingung. 

Baca Juga : Mau Mulai Jadi Freelancer, Ini yang perlu Diperhatikan!


Ini karena arus informasi yang juga diwakili dunia teknologi informasi begitu pesat. Saat ini, penulis ga hanya identik dengan karya berupa buku saja, digital writer terbukti membuka banyak peluang baru untuk berkarir sesuai minat. 

Namun, untuk bahan pertimbangan, di awal karir menulis, kita bisa memilih berdasarkan kriteria ini :


1. Suka apa? 

Kalau baanyakk yang disukai, bisa pilih yang paling dekat dengan kita. 

Misal, pengalaman Miyosi awal masuk dunia kepenulisan sangat suka ikut antologi yang temanya menceritakan pengalaman tertentu. Kenapa antologi? Karena napasnya pendek alias ga sampai 100 halaman. Jadi, waktu itu ia berpikir, antologi cocoklah buat awal karir. Antologi cuma 6 - 8 halaman.

Di antologi ini, Miyosi juga banyak kenal relasi yang kemudian jadi sahabat dan rekan kerja untuk proyek berikutnya, salah satunya saya sendiri 😊 Nah, temen-temen pasti punya juga bidang yang puuuaaalingg diminati, kan? Coba nyemplung ke situ dulu.

2. Yang lagi ngehits apa?
 
Selain pertimbangan hal yang paling disukai, pertimbangan mengenai bidang apa yang saat ini happening juga bisa dan boleh. Ini sih bukan dengan maksud terlalu ikut arus loh ya, tapi selama apa yang lagi hits itu, cocok dengan kita, kenapa ga dicoba dulu? 

Misal, kalau sekarang apa? Blog. Ya udah, kita bisa mulai dari situ dulu. Atau, kalau males ngeblog karena males mikirin template dsb alias maunya cuma nulis aja, ya sudah jadi penulis konten di website aja. 

Saya dulu sempat beberapa tahun jadi penulis kontennya Anne Ahira. Oh iya, jadi penulis konten di website ini rules-nya bisa beda-beda. Ada yang nama penulisnya ga disebut langsung alias cuma ditulis "tim konten" aja. Selama mau, ya monggo. - Miyosi Ariefiansyah

3. Yang saingannya sedikit atau belum banyak yang nyemplung karena berbagai alasan
 
Istilah ini dulunya Miyosi dapatkan ketika kuliah dan kalau ga salah ada bukunya, Blue Ocean Strategy. Kita geluti bidang kepenulisan yang belum terlalu banyak pesaing karena berbagai alasan : karena yang ahli masih sedikit, karena orang-orang pada males di bidang itu, atau bahkan karena bayarannya sedikit, hehe. Contohnya apa kira-kira?

4. Yang cucok sama karakter kita
 
Misal, kita orangnya suka banget di depan layar dan di-elu-elukan atau dijejeriti 😝 Pokoknya karakter kita ini misalkan ceria banget, rame, seneng dipuji, dll. Nah, dengan karakter seperti ini, kayakya kita kurang cocok kalau jadi editor yang notabene harus jauh dari hingar bingar kehidupan. Kita bisa memilih untuk jadi buzzer, selebgram, content creator di vlog atau blog atau website orang lain.

Sebaliknyaa, kalau karakter kita cenderung males rame, pengen adem ayem tentrem sepi gulita, jadi editor mungkin bisa jadi pilihan 😀

Poin Ketiga : Praktik


Learning by doing
menurut Miyosi adalah praktik yang paling mujarab. Kalau versi saya tuh, jangan menunggu sesuatu sempurna dulu, tapi sempurnakan sambil berjalan. 

Perbaikan dan belajar terus-menerus adalah keniscayaan, begitu pesan Miyosi mengadopsi teori kaizen.

Lalu, lalu, gimana nih temen-temen yang mau mulai meniti karir di dunia kepenulisan? Sudah dapat sedikit gambaran? Just follow your heart, find the path inside it. 


Wassalam,

 

Prita HW

8 komentar:

  1. Membaca artikel ini memberi semangat dan energi baru buatku untuk memperdalam dunia menulis. Terima kasih atas sharingnya ya mbak Prita, bermanfaat banget ini.

    BalasHapus
  2. Aku mau seperti itu. Terima kasih saran - sarannya. Cucok!

    BalasHapus
  3. Jitu banget point-poin nya. Simple tapi kena yaa

    BalasHapus
  4. Sutuju sekali dgn poin2 tsb, jadi tinggal tekun nulis aja ya mbak?

    BalasHapus
  5. simple, to the point. cuma kitanya nih yg kadang kurang telaten

    BalasHapus
  6. Saya suka banget baca-baca tulisan Miyosi, keren-keren banget.
    Saya bukan penulis sih, belum pantas banget dibilang penulis, karena saya cuman suka nulis aja hahaha

    Btw yang poin pertama, rata-rata penulis itu suka dunia sastra dan bahasa, kalaupun mereka kuliahnya bukan sastra itu hanya karena mereka salah pilih jurusan kayaknya hahaha

    Saya dulu suka bahasa Indonesia, saya paling happy kalau ada pelajaran mengarang, tapi pas lulus SMP, saya malah disuruh masuk STM jurusan bangunan, dan akhirnya say kuliah di tehnik sipil.
    PAdahal saya lemah banget di hitung2an, dan semakin lemah karena di tehnik Sipil boleh banget berteman dengan kalkulator hahaha

    BalasHapus
  7. Memang butuh niat dan harus punya obat penangkal males, haha.. makasih tips2nya mbak.

    BalasHapus