LGBT yang Menyebar Bak Virus : Sebuah Catatan FGD

LGBT dalam Islam

Heboh dan viralnya permasalahan LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, dan Transgender) beberapa waktu lalu sempat membuat saya terhenyak dan emosi. Perasaan ini muncul begitu saja. Saya langsung ingat dengan teman mengaji masa kecil yang juga tetangga saya dulu. Karena sering dipojokkan dengan panggilan perempuan (karena sifatnya cenderung kemayu), saat ini ledekan yang mungkin terkesan biasa saja dulu itu, berubah menjadi semacam doa yang berujung kenyataan.  Lalu, benarkah LGBT 'hanya' persoalan berbeda orientasi seksual?

Bayangan beberapa orang-orang yang saya temui di lingkungan pekerjaan dulu juga berseliweran saat saya mengikuti Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "LGBT Ancaman Nyata, Islam Solusi Nyata" pertengahan Februari lalu (16/02).  Acara khusus muslimah yang diinisiasi Masyarakat Tanpa Riba (MTR) Chapter Jember bekerjasama dengan Info Muslimah Jember (IMJ) ini mencoba untuk berbagi tentang betapa bahayanya virus LGBT yang kian lama kian merebak ini.

Salah seorang pembicara, Dr. Dewi Rokhmah, S.KM, M.Kes, Ketua Che P Studies dan peneliti LGBT di Jember sampai melontarkan bahwa, "Kalau dulu punya anak perempuan itu takut. Sekarang pun punya anak laki-laki malah lebih takut", ungkapnya. 

Ungkapan itu bukan tanpa alasan. Ini sekaligus alarm bagi para ibu yang menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Karena bisa jadi, ada banyak faktor yang membuat seseorang menjadi berubah orientasi seksualnya. Ibu berkacamata itu juga menambahkan hasil penelitiannya di lapangan, ada beberapa penyebab LGBT bisa terjadi, diantaranya :


  • Pola asuh tidak tepat
Ini yang perlu digarisbawahi oleh para orangtua, ayah maupun ibu. Kadangkala banyak orangtua yang tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Misalnya, saat menginginkan anak perempuan, ternyata Allah memberinya amanah anak laki-laki. Demi memenuhi obsesinya yang tak kesampaian itu, mereka pun terpaksa memberikan mainan anak perempuan, mendekatkan anaknya dengan teman perempuan, dan sebagainya. Ini juga bisa menjadi pemicu.  


  • Korban kekerasan seks
Traumatik yang mendalam akan dialami oleh anak-anak yang pernah mengalami pelecehan seksual di usia dini. Kejadian buruk itu sebagian besar akan membuat ia merasa harus melakukan hal yang sama. Sebuah contoh kasus diungkapkan Bu Dewi, seorang anak umur 7 tahun yang sering diajak ibunya main ke rumah Budenya. Tapi, ketika di rumah Budenya itu, ia sering diajak bermain oleh saudara sepupu laki-laki yang duduk di bangku SMA. Dan ternyata pernah (maaf) disodomi di kamar sepupunya yang berada di lantai dua. Ironisnya, pengakuan si anak baru terungkap saat ia tertangkap basah sedang melakukan hal yang sama pada adik kandung laki-lakinya. Kalau sudah begini, salah siapa?   

  • Pergaulan
Perkumpulan muda mudi tanpa arah inilah yang juga sering dijadikan sasaran para 'aktivis' LGBT. Jadi, mengenal dengan siapa anak-anak kita bergaul juga penting, meski kita tak bisa mengontrolnya 100 %, apalagi bagi usia remaja dan dewasa.  

  • Pengaruh gadget dan media sosial
Gadget dan medsos memang bagai dua mata pisau. Bisa positif bila digunakan untuk hal-hal positif, tapi berujung negatif buat orang-orang yang belum pintar memilah dan memilih informasi yang membanjiri layar gadget dan timeline medsosnya. Terlebih, anak-anak. Usianya membawa pada karakter yang masih sangat labil dan polos. Sedangkan, secara umum, konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam memang sengaja diproduksi dengan berbagai 'selimut' kemasan yang menggoda.
 
  • Tidak mendapatkan pendidikan seks
Nah, ini juga jadi bagian terpenting. Semestinya sih, pendidikan seks sejak dini sudah selayaknya masuk kurikulum sekolah untuk mengajarkan pembahasan seks menjadi tidak tabu, tapi ilmiah. Nyatanya, saat ini anak-anak menjadi penasaran dengan sendirinya dan malu bertanya pada orangtua, guru, atau orang yang lebih dewasa. Dan siapa 'guru' yang mengajari mereka? Siapa lagi kalau bukan gadget dan jaringan internet yang bisa diakses kapan saja dari genggaman tangannya. Dan ironisnya, gadget itu banyak disuplai oleh para orang tua atas nama gengsi atau kekinian semata.
 
FGD sedang berlangsung bersama moderator dan pembicara

Pembicara 2, Gadinia Bunga Vita, ST, yang juga pegiat Smart Parent Institute chapter Jember juga menunjukkan kekhawatiran yang sama. Terlebih, sebagian besar umat muslim yang (katanya) mayoritas ini makin jauh dan djauhkan dari ajarannya sendiri, yaitu Islam rahmatan lil 'alamin. Padahal satu dari cuplikan slide yang ditampilkan perempuan yang biasa dipanggil Ustadzah Bunga ini menunjukkan satu statement yang menarik bagi saya. Statement yang berasal dari sebuah buku yang ditulis Bloom and Blair (2002) : 

"In the Islamic lands, not only muslims enjoyed their life. Christian and Jews, too."

Hm, adem rasanya ya membaca itu 😇 Sangat ironis dengan apa yang banyak kita lihat saat ini. Yang ada malah pemutar balikan fakta karena mayoritas tak mengerti seperti apa indahnya hidup dalam balutan Islam kaffah. 

Ustadzah Bunga sendiri memaparkan bahwa Islam adalah sebuah solusi nyata dari fenomena LGBT yang menyebar bagai virus endemik ini. Kenapa ini bisa terjadi? Ternyata ada banyak faktor kompleks nih, seperti :


  • Kehidupan saat ini berdasarkan pada sekulerisme dan demokrasi
Demokrasi disini pada dasarnya mendukung anti diskriminasi dan kebebasan dan menganak emaskan HAM. Sejalan dengan sekulerisme yang berusaha mati-matian memisahkan agama dari kehidupan masyarakat dan negara.

  • Legitimasi LGBT dengan dalih teologi dan psikologis
Banyak opini yang sengaja dipelintir yang akhirnya di'iya' kan dan dimaklumi oleh masyarakat awam, seperti anggapan bahwa LGBT adalah bagian dari orientasi seksual, bukan penyimpangan dan penyakit jiwa. Bahwa LGBT adalah sesuai fitrah, given from God, dan bukanlah suatu dosa. Sampai ada yang berani ngawur menafsirkan QS. An-Nuur : 31 dengan mencuplik bagian ayat yang berbunyi : "...laki-laki yang tidak berhasrat pada wanita...". Padahal jika ditelisik secara lengkap, ayat itu adalah ayat yang menjelaskan tentang batasan aurat. Hm, kalau yang ini udah kebangetannya pakai banget ya 😔  

  • Dukungan politik
Dan ternyata kenyataannya sudah sejauh ini, tak seperti prediksi orang awam. Negara ikut berperan dalam hal ini. Buktinya, negara melegitimasi LGBT dalam regulasi negara. As we know, persoalan ini begitu saja mencuat ke permukaan, memang dipicu oleh penolakan MK atas Judicial Review pasal 284, 285, dan 292 KUHP. Apa isinya? Pada pasal 292 tersebut bahwa hubungan sesama jenis dilarang hanya jika dilakukan dengan anak di bawah umur. Artinya, bila dilakukan sesama orang dewasa, negara ini mendukungnya 😖


Ini juga sejalan dengan program dunia dengan sokongan dana dari negara adi kuasa untuk semakin menyebar luaskan gerakan yang dirancang struktural ini. Sebagai contoh fakta, di web resmi UNDP (United Nations Development Programme) ada pula sebuah program yang dinamakan Being LGBT in Asia dengan target utama : Indonesia, Filipina, Thailand, dan Cina.
Yang lebih parah, sebelum fenomena LGBT ini mencuat baru-baru ini, pada 2011, seperti yang dilansir dari Republika, Dubes AS untuk Indonesia, Robert O Blake, mendesak Indonesia untuk mengambil sikap serupa dengan AS yang mendukung pernikahan sesama jenis. Naudzubillah.

Apa Dampak Nyata dari LGBT?   

Dimoderatori oleh Faiqotul Himmah, S.Si, Pimpinan Redaksi Info Muslimah Jember, diskusi makin mengerucut saja. Tentu sambil disertai keryitan dahi para ibu dan calon ibu yang hadir saat itu. 

Berbagai dampak terjadi akibat dari ulah yang dilaknat ini, tidak saja bagi pelaku dan komunitasnya, layaknya virus, ia berusaha menulari orang yang secara kasat mata terlihat 'sehat'. Pelan tapi pasti. Beberapa dampak nyata dari LGBT seperti yang diungkapkan Bu Dewi sebagai berikut :
  • Merebaknya HIV/AIDS
  • Hilangnya generasi
  • Hilangnya nilai pernikahan
  • Keluarga yang tidak ideal
  • Rusaknya kualitas generasi bangsa

Seperti Apa LGBT Menurut Islam?

Islam merupakan agama paripurna yang mengatur seluruh aspek, termasuk soal hubungan antar manusia dan orientasi seksual yang sudah diatur-Nya dalam mahligai pernikahan yang agung. Tapi bila terjadi penyimpangan, berikut hukumannya menurut kualifikasi LGBT, seperti yang dikutip dari Media Umat Edisi 211, 5-18 Januari 2018 : 

Lesbian

Hukuman untuk lesbian dalam Islam berbeda dengan hukuman zina. Sebutannya berlau hukuman ta'zir, yaitu hubungan yang tidak diperjelas dengan nash khusus. Kadar hukumnya diserahkan pada qadhi (hakim). 

Gay


Rasul SAW bersabda : 

"Dilaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual)" 
- HR. At-Tirmidzi dan Ahmad dari Ibnu Abbas

Menurut Imam Ibnu Qudamah, gay atau perilaku homoseks telah disepakati (ijma') ulama tentang keharamannya, dan hukumannya berujung pada kematian. Namun, para sahabat Nabi SAW berbeda dalam teknis penghukumannya. 

Ali bin Abi Thalib ra berpendapat bahwa kaum gay harus dibakar dengan api. Ibnu Abbas ra berpendapat bahwa hukumannya adalh menjatuhkannya dengan posisi kepala berada di bawah dan diluncurkan dari bangunan tertinggi di suatu tempat, sesampainya di tanah, dilempari dengan batu. Umar bin Khattab ra dan Utsman bin Affan ra, hukumannya adalah dengan ditimpakan dinding tembok hingga mati. 

Biseksual

Perilaku seks yang bisa dilakukan dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Penghukumannya sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam hukum zina (jika berbeda jenis tapi memilih cara yang haram yaitu diluar ikatan syar'i pernikahan), yaitu dilempari batu hingga mati (rajam0 bagi yang sudah menikah dan diketahui berselingkuh. Dan dicambuk 100 kali jika pelakunya belum menikah.  Jika perilaku ini dilakukan dengan sesama jenis, hukumannya kembali pada pelaku lesbian atau gay.


Transgender

Ibnu Abbas ra berkata : 

"Rasulullah SAW telah melaknat wanita yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai wanita" - HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad

Pengertian menyerupai disini mencakup berbagai hal seperti berpakaian, berbicara, dan juga bertindak, tak terkecuali tentang perilaku seksual. Berlaku hukuman diusir dari pemukiman atau perkampungan bila berpakaian atau berbicara menyerupai lawan jenis. Ini berdasarkan pada hadits :

"Nabi SAW telah mengutuk orang-orang waria (mukhannats) dari kalangan laki-laki dan orang-orang tomboy (mutarajjilat) dari kalangan perempuan"

Nabi SAW berkata : "Usirlah mereka dari rumah-rumah kalian", maka nabi pernah mengusir fulan dan Umar ra juga pernah mengusir fulan. (HR. Bukhari No.5886 dan 6834)


Bila transgender melakukan hubungan sesama jenis, maka hukumannya dikembalikan pada kategori zina, lesbian, atau gay.


Lalu, Apa Solusi LGBT dalam Islam yang bisa kita lakukan?

Sebelum ditutup, pembicara kedua juga tak lupa memaparkan apa saja solusi nyata untuk fenomena LGBT dalam Islam yang bisa kita lakukan dari langkah sederhana. Ini dia :

  • Menyelamatkan umat dari liberalisasi keluarga
  • Islam memerintahkan untuk menguatkan identitas diri sebagai laki-laki dan perempuan, sehingga dilarang menyerupai satu sama lain. Langkah kecil bisa dilakukan para orang tua di rumah, seperti memisahkan tempat tidur anak sejak usia 7 tahun.
  • Negara harus menjamin ekonomi umat. Sehingga para pelaku penyimpangan LGBT yang 'terpaksa' melakukannya karena alasan ekonomi, tak lagi kita temui. 
  • Mengatur tayangan media yang merangsang kemaksiatan. Dalam sistem khilafah Islam, Islam juga mengatur tayangan-tayangan medianya sesuai dengan syari'ah dan kemaslahatan umat.

Tak lupa, Bu Dewi juga mengingatkan sekali lagi bahwa peran keluarga sangatlah penting. Karena anak-anak belajar pertama kali saat dirinya mengenal dunia adalah pada lingkungan keluarganya sendiri.  Teruntuk para orang tua yang kerap mempercayakan pendidikan putra putrinya di sebuah pondok pesantren juga diharapkan meneliti sejumlah indikator, semacam tempat tidur terpisah, ada pengawasan ustadz/ustadzah di ruangan, juga kamar mandi dan kamar ganti yang tertutup.

LGBT dalam Islam
Salah satu peserta yang bersemangat
 
Mendekati akhir acara, suasana diskusi ternyata makin asik saja dengan berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang muncul. Mulai dari HAM dalam Islam seperti apa, fakta bahwa banyak isu ponpes juga menjadi sarang terjadinya cikal bakal LGBT, hingga bagaimana sebuah campaign bisa didengar pemerintah.

Setelah semua pertanyaan dijawab, kesimpulan kemudian tetap menimbulkan tanda tanya di dasar hati terdalam, sejauh apa kita bisa meng-counter ini semua? Apa cukup dengan berdoa yang merupakan selemah-lemahnya iman? 

Hm, kalau gerakan menyimpang semacam LGBT saja dilakukan secara sistematis dan terstruktur, mengapa kita yang berada dalam garda shiratal mustaqim yang ingin mengembalikan dan merindukan Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam harus ragu untuk berbuat dengan tangan dan perbuatan? Jika tak mampu berdiri sendiri, inilah saatnya untuk melakukannya bersama-sama dalam barisan jama'ah. 




Salam Dunia Gairah.
 


 
 

 





Prita HW

12 komentar:

  1. baru selesai baca. mantap nih penulisannya.. as always..

    BalasHapus
  2. Merebaknya HIV/AIDS

    Bahkan satu poin dampak dari LGBT ini saya rasa tidak cukup jika tidak dijabarkan dalam satu buku. Betapa panjangnya hal yang dapat kita ceritakan dan cukup mengerikan bagi mereka yang dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada disekitar akhir zaman ini :')

    BalasHapus
  3. Na'udzubillah
    Masyarakat yg permisif juga bikin eljibiti makin subur y, Mak
    Iya juga
    Dulu punya anak cow tuh nyantai, sekarang gakkk T_T

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya miy, emak2 jaman now mesti waspada juga yak

      Hapus
  4. Saya kehabisan kata-kata buat komentar mbak, semoga kaum LGBT segera menemukan jati diri mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga ada hidayah dan menyebarkan yg lain buat insyaf ya Sol

      Hapus
  5. Aku baru tahu hukuman-hukuman yang bisa ditimpakan kepada gay dan lesbian ini mbak. Ngeri. Tapi lebih ngeri lagi kalau mereka dibiarkan bebas berkeliaran.

    Anakku laki semua. Yang dua sudah mau jadi ABG, resah tentu ada. Semoga anak-anak kita selamat dunia akhirat. Aaamiiin.

    BalasHapus
  6. Udah selesai baca dan tetep aku bookmark, penting bgt isinya, apalagi buat gw yg punya anak2 menhjelang remaja. Thanks infonya yaaa Prit :)

    BalasHapus
  7. Jangan lup faktor media massa Mbak. Perhatikan deh di TV ,yang lalu lalang personality seperti apa yang laris manis, dan itu-itu saja yang tampil. Secara langsung atau tidak itu dianggap keren dan ditiru olah generasi muda. Kesannya gak apa-apa. lha wong yang di TV aja gak apa-apa dan dipuja

    BalasHapus