Mau Mulai Jadi Freelancer? Ini yang Perlu Diperhatikan!



"Kamu kerja apa?"

"Saya fulltime freelancer..."

Lalu hening...

***

Freelancer atau pekerja lepas mungkin di Indonesia sering identik dengan pekerjaan serabutan atau melakukan apapun yang dia bisa, tanpa jelas penghasilannya berapa. Masih berpikiran seperti ini? Bisa dipastikan, berarti kita termasuk generasi terdahulu, hehe. Alias bukan generasi millenials atau Y dan Z yang saat ini mendominasi usia produktif. 

Menurut Time Magazine, generasi millenials adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-2000, kurang lebih saat ini adalah mereka yang berusia 16 sampai 36 tahun. Yes, alhamdulillah saya termasuk millenials :) Kabar bahagianya, 50 % penduduk usia produktif Indonesia ternyata adalah generasi ini.

Bagi para millenials, rutinitas is boring, constant is not good. Haha, kalau ini bisa dibilang prinsip saya banget. Saya orang yang paling ga bisa melakukan rutinitas bertahun-tahun melakukan hal yang sama, atau terikat dengan sebuah lembaga, terutama kedinasan untuk waktu yang lama. Terakhir, saya hanya bertahan di angka 5 tahun di sebuah perusahaan advertising global yang itupun masih memberikan ruang kreativitas.

Bukannya bekerja konvensional seperti orang kantoran itu ga banget ya, tapi itu merupakan pilihan dari masing-masing orang. 

Tapi yang jelas, stigma tentang freelancer bukanlah seorang pekerja serabutan yang tidak jelas penghasilannya. Dengan berkembangnya era digital, freelancer sangat bisa survive layaknya pekerja yang memiliki penghasilan tetap. Plusnya, kerjanya bisa dari mana saja, kapan saja. Jadi, menurut saya ya kok beda tipis antara kerja, melakukan hobi, dan bersenang-senang :)

FYI, saat ini profesi freelancer makin menjamur, terutama di kalangan generasi millenials atau disebut langgas. Kata Yoris Sebastian dalam bukunya Generasi Langgas, freelance is the future of work, artinya makin kesIni, makin banyak ternyata yang memilih menjadi seorang freelancer. Ini sejalan dengan prinsip generasi millenials yang selalu merindukan kebebasan dan berjuang untuk itu.


Generasi Langgas nya Yoris dkk yang unik, covernya desain sendiri dengan pilihan stiker

Tapi, ada tapinya, menurut Audi Lumbantoruan, founder dan chairman sterring committee One HR Indonesia, menyebutkan bahwa mereka yang telah memutuslan meninggalkan pekerjaannya atau memulai menekuni profesi ini adalah mereka yang telah mengumpulkan pengalaman dan portofolio yang cukup.

Lalu, Seperti Apa Portofolio yang Dimaksud untuk Mendukung Profesi Freelancer ?

Portofolio adalah rekam jejak seseorang dalam suatu bidang sehingga seseorang tersebut boleh dibilang mumpuni dalam suatu bidang. Boleh dikatakan, sudah mulai expert di bidangnya lah.

Dan, tentu itu semua didapat dari berbagai pengalaman berorganisasi, bekerja, belajar, berkarya, mengerjakan suatu project sekecil apapun itu, dan juga berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Jadi, buat yang mungkin baru fresh graduate, lalu ingin menapakkan kaki untuk mencicipi dunia kerja, sah-sah saja kok, asalkan pilih bidang yang sesuai dengan passion kita. Atau paling tidak, bergabung dengan perusahaan yang memberi porsi kreativitas cukup untuk berbagai posisi, sehingga masih memungkinkan kita untuk beraktualisasi diri.


Momen unforgettable saat di perusahaan advertising. Ini sedang achiever's nite di Thailand, 2014

Tapi, masih menurut saya, itu semua ga mutlak kok. Misalkan kita sudah cukup memiliki pengalaman berkarya sebelumnya, bisa jadi pengalaman bekerja secara formal sama sekali ga perlu. Banyak kok yang sekarang justru memulai bisnis start up nya sendiri (istilah ini sebenarnya untuk bisnis rintisan tekno, tapi disini saya mengacu pada semua bidang bisnis rintisan), dan merasakan pengalamannya sebagai seorang owner atau CEO di usia muda. 

Ini ada beberapa tips dari saya untuk temen-temen yang ingin mengumpulkan portofolionya sejak dini, bahkan sejak di bangku sekolah dan kuliah : 

Be active di organisasi atau komunitas
Iyap, jadi seorang freelancer itu memang harus belajar sibuk sejak dini. Sebab nantinya kita akan kerja dengan menjadikan diri kita sendiri sebagai bos nya, jadi pasti tanpa pengawasan, teguran, dan lainnya. Palingan job melayang aja tiba-tiba, dan sepi job, hehe.. Ikuti organisasi atau komunitas yang banyak kasih kesempatan untuk berkembang. Dan, bidangnya juga yang memang ingin kita geluti atau beririsan, jangan random juga :) 
Tidak sekedar aktif, jadilah salah satu orang penting di organisasi atau komunitas
Setelah terlibat di organisasi atau komunitas itu, jangan puas jadi penonton, atau silent reader di grup WA, atau cuma pendengar pasif dan cuma urun rembug kalau ditanya. Tapi, keluarkan potensi terbaik, dan berkonstribusi untuk kepentingan organisasi atau komunitas. Show your skill doesn't mean show off everytime kok. Orang lain juga akan berterimakasih kalau keberadaan kita justru bermanfaat bagi yang lain. Percaya deh, dari sini, akan berdatangan banyak hal-hal tak terduga. 

Bumbata (buka mata buka telinga) dengan lingkungan sekitar
Peka, please. Hidup bukan cuma urusan rutinitas atau aktivitas harian kita, tapi juga soal peluang yang bertebaran, isu sosial yang bermunculan, dan sebagainya. Dengan menjadi lebih peka, kita akan terlatih mengembangkan intuisi dan menjadi problem solver yang baik. Dan, ini penting untuk menghadapi sedikit 'tekanan' saat menjadi freelancer nanti. Contohnya, gimana kita mengatasi bad mood atau deadline. 

Ikuti seminar/workshop/diskusi/sharing session yang sesuai bidang kita
Kalau dulu pas kuliah, saya punya absensi sendiri di agenda. Jadi, saat tanda tangan di absensi kelas, saya tanda tangan juga di agenda sendiri. Repot amat? Justru banyak untungnya buat saya! Jatah bolos yang dulu maksimal 3-4 kali untuk satu mata kuliah sebagai syarat ikut ujian, selalu saya gunakan untuk curi ilmu diluar kelas. Banyak acara-acara menarik yang sayang ditinggalkan karena momennya hanya terjadi sekali, apalagi kalau narasumbernya memang top dan susah ditemui. Saya suka mengambil inspirasi dari acara-acara semacam itu, juga berkenalan dengan orang baru untuk memperluas jaringan. 

Tapi sebagai gantinya, ya mesti salin catatan temen sekelas, dan belajar efektif kalau mau ujian, hehe.. Yang berani, boleh juga dicoba, asal kebijakannya masih sama kayak kampus saya dulu ya. Ukur kemampuan kita lebih oke deh. 

Buat data keikutsertaan kita di berbagai aktivitas. Arsip dokumen foto dan sertifikatnya juga
Jangan malas untuk mencatat. Minimal di agenda notes kecil yang sering dibawa. Jangan hanya di gadget. Namanya program dan elektronik pasti ada error system kan, jadi back up manual juga lebih aman. Catat semua keikutsertaan di acara-acara keren yang pernah kita ikuti, termasuk seminar/workshop/diskusi/sharing session, lomba, event organisasi atau komunitas, sampai rekam jejak karya dimanapun.

FYI, dulu saya diajari eyang putri untuk menulis setiap kegiatan dan sertifikat yang saya terima sejak pertama kali. Saya masih ingat, saya mencatatnya di lembar map kertas jadul itu :) Dan, it works, berkat ketekunan itu, saya ga kesulitan saat akan apply beasiswa dan keperluan administratif lainnya. Sampai membuat portofolio di blog ini. CV juga harus rutin di-update. 

Jangan takut memulai, apalagi untuk memiliki ide dan menjalankannya
Nah, ini yang TER-penting. Semua tips di atas cuma akan jadi angin yang lalu terbang entah kemana kalau kita takut untuk memulai. Jangan sungkan, malu, atau takut untuk mengungkapkan ide. Dan, saat orang-orang di sekitar mengajukan tantangan, atau menunjuk kita menjadi team leader di project yang idenya dari kita, ambil kesempatan itu. Disini portofolio kita akan makin kuat dan mempertegas posisi bahwa kita bukanlah followers saja. 

Selalu totalitas dalam menjalankan project, sekecil apapun itu
Totalitas untuk project yang ga dibayar sekalipun. Ini penting, supaya standar kerja kita selalu terjaga. Terbiasa melakukan sesuatu karena imbalan akan membuat kualitas kita melemah. Totalitas dan kemampuan menyelesaikan project dengan excellent akan menjadi pertimbangan utama klien saat kita serius memasuki dunia freelancer. 

Maintain your social media
Siapa jaman ini yang ga punya 'rumah' di medsos? Pasti semuanya ngacung kan... Nah, bentuk personal branding kita sejak dini dengan hanya share sesuatu yang positif yang mendukung pribadi kita di mata publik. 


 

Profesi Apa Saja yang Termasuk Freelancer, dan Bagaimana Mendapatkan Job Freelance ?

Oke, udah makin mengerucut nih :) Banyak banget ternyata jenis profesi freelancer. Mulai dari :
Model kemitraan (partnership)
Model seperti ini sedang menjamur. Sebagai contoh adalah saat temen-temen mendaftar sebagai mitra Go-Jek, Uber, Grab, atau menjadi reseller (menjual kembali produk yang kita beli dengan harga lebih murah dari agen/grosir), dan dropshipper (mempromosikan produk orang lain sampai pada tahap pemesanan, namun kita tidak membutuhkan modal di awal, dan pengiriman dari si pemilik produk). Biasanya partnership ini menguntungkan juga loh, asal kita rajin. Makin rajin, pendapatan makin banyak :) 
Profesi kreatif dan specified skill
Terimakasih untuk orang yang menemukan internet dan membuat dunia terhubung! Dengan begitu, kita bisa menjadi apa saja dengan kreativitas dan specified skill yang kita miliki. Bahkan, ada pula loh kantor yang memperkerjakan orang-orang di negara berbeda, rapat dan bertemu di skype, serta saling share file hasil pekerjaan di google drive, drop box, dan semacamnya.

Profesi kreatif itu meliputi penulis, blogger, social media influencer, desainer grafis, desainer 3D, web designer, ilustrator, fotografer, programmer, pengolah data, mobile app developer, social media specialist, internet marketer, dan banyak lagi. 

Di Indonesia, kita bisa bergabung dengan online marketplace yang menghubungkan worker dengan klien yang biasanya perorangan atau dari perusahaan tertentu. Misalnya seperti yang saya ikuti ini untuk mendukung profesi fulltime freelancer saya sebagai blogger, freelance writer, dan social media influencer :

www.sribulancer.com 





Tiga freelancer platform itu yang sering menghasilkan job buat saya. Selain agency-agency lepas atau komunitas dimana saya menjadi member nya. Jadi, sekali lagi, penting banget ya gabung dengan komunitas yang related sekali lagi!

Kalau memang kita mumpuni dalam hal Bahasa Inggris, ataupun pede untuk menggunakan jasa google translate dan insting, kecuali untuk jasa penulis dan penerjemah ya, silahkan mendaftar ke online marketplace luar negeri seperti www.freelancer.com atau yang lainnya. 

Khusus specified skill itu semacam guru lepas yang bisa mendaftarkan diri di www.ruangguru.com atau konsultan hukum online yang menyediakan jasa pengacara online, dan saya lupa nama platform nya :) Bahkan, di Asia sendiri, ada yang namanya Task Rabbit yang menyediakan jasa freelancer untuk mengantar barang, mengantar pemesanan makanan, memasang furniture, membersihkan dan merapikan rumah (yang saya tahu di Indonesia dan sempat mengikuti talkshow nya adalah Rapi-Rapi Profesional organizer, tapi sudah berbentuk EO khusus ya, bukan perorangan), sampai membeli keperluan belanja rumah tangga seperti Honeybee, dan banyak lagi. 

Headhunters
Headhunters ini tahap selanjutnya jika kita sudah memiliki cukup koneksi dan jaringan freelancer yang handal, kita bisa menjadi pihak yang mencarikan tenaga ahli sesuai kebutuhan. Contohnya untuk yang global adalah www.peoplehour.com. Disana kita bisa menemukan personal headhunter atau career coach yang akan membantu klien mencarikan freelancer berperforma baik. Untuk di Indonesia, sekarang sudah banyak ya agency ataupun komunitas blogger yang juga mengambil peran headhunters ini. 

Sebagai freelancer yang sering mendapat job dari para headhunters ini, saya merasa diuntungkan, dan di sisi lain, mereka pun bisa memenuhi keinginan para klien. Simbiosis mutualisme, kan?

Gambaran hari-hari freelancer, kerja depan notebook, sewaktu-waktu belanja, dan ketemu klien :)

Jadi, sudah siap untuk jadi part time atau fulltime freelancer belum? Kalau saya sih iyes :) Menjadi freelancer buat saya adalah hobi dan pekerjaan yang disatukan untuk menghidupi passion yang terus memanggil 'jiwa' untuk pulang. Persis seperti tagline Dunia Gairah. 

Semoga yang masih ragu-ragu, juga sudah tahu harus gimana dan memilih pilihan apa ya. Yang penting sih, just enjoy our life dan make our balance in life. Dan, ingat juga bahwa semuanya membutuhkan proses. Boleh cepat, tapi tidak instan.   

 

Artikel ini merupakan collaborative blogging dengan tema freelancer yang ditulis rekan blogger Witri Prasetyo Aji. 



Salam Dunia Gairah,
 

Prita HW

21 komentar:

  1. Menginspirasi untuk lebih kreatif lagi.Jadi inget buku @maswaditya kalau kreatifitas itu adalah sila ke 6

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener, aku juga punya buku itu Dek. Belom selese baca, diminta temen yg tobuknya jarang koleksi baru di Madura, hehe. Semangat ya kamu :)

      Hapus
  2. Bekerja bagiku harus supaya kita tidak mati pikiran. Baik kerja tetap atau freelance.
    Tapi freelance bagiku pribadi lebih menyenangkan sekaligus lebih menantang. Karena kita akan selalu pro aktif cari sesuatu.
    Kalau kerja tetap yaaaaa tugasnya sudah jelas, deadline, tempat, waktu, dll.
    :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku doain semoga cepet fulltime freelancer ya Vin, dan penghasilan bs melebihi kerja kantoran sekarang. Apalagi Youtube nya juga moncer^^

      Hapus
  3. lah saya baru 9 bulan udah resign dari tempat kerja dan kepincut jadi freelancer gini mbak, tapi belum "menghasilkan" e *haduh* hehe. mau nyoba bisnis juga masih "hojag-hajug" takut, ragu-ragu. nanti laku ngga ya? banyak yang suka ngga ya? ending-ending e malah ngga terealisasi-terealisasi

    saya pernah nyoba nge-bid beberapa kali di projects.co.id tapi malah sang empunya project ngancel projectnya itu mbak, terus sampai skrg belum pernah nyoba lagi. mikir e itu web beneran apa kagak? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, berani coba kuncinya Wisnu :) Kebetulan brarti waktu itu, owner projectnya berubah pikiran, krn ada byk tipe owner juga. Sebaiknya bid aja terus yg sesuai dengan bidang km, dan upgrade terus profilnya atau portfolio di blog nya. Sukses^^

      Hapus
  4. Gak sia-sia melipir ke sini, dapet dua situs marketplace aaaak, tengkyuuuuu :)

    BalasHapus
  5. Aku belum berhasil di sribulancer dan project id mba. Asik nih kalau kerja freelance dan menghasilkan untuk keluarga ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin kurang banyak bid nya mbak, tapi mendingan emang pilih2 sih mbak kalo di 2 platform itu, apalagi udh pengalaman kayak mb Alida :) Aku sekarang bid yg sreg aja, hehe..

      Hapus
  6. Mak, aku jg sekarang kalo mau nyari job "tetap" gitu rada gak sreg. Terakhir jd karyawati malah jatohnya songong karena gamau terikat jam kantor hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu udah tanda2 anak2 freelancer, Mir, hehe.. Emang ga enak terikat jam ya Mir, dulu di adv kan, meski ada jadwal, tapi mayan fleksibel kita :D Fokus aja buat ngeblog nya, Mir... Welcome to share :*

      Hapus
  7. Wah mbak prita, menambah kegiatan terus. Eh aku masuk kategori apa ya ngomong-ngomong hehe.
    Semangat terus mbak prita, ntar aku nyusul jadi freelance sebenarnya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini krn udah profesi Bim..hehe. Yey, semangat!

      Hapus
  8. wah serunya. pekerjaan suamiku selama 10 th ini nih :)

    BalasHapus
  9. selamat datang di dunia freelancer :D

    BalasHapus
  10. Dunia Freelancer sangat mengasyikkan....

    BalasHapus
  11. Suka banget sama tulisannya mbk prita. Emang jadi suka freelance bebas dan sesuai passion gitu.

    BalasHapus
  12. Terimakasih, sangat menginspirasi artikelnya

    BalasHapus
  13. Inspiratif mb...
    Ingin mencoba, tapi gak tau harus mulai darimana.😓

    BalasHapus