Best Traveling Moment 2016, Nikmat Mana Lagi yang Kamu Dustakan?


http://idcorners.com/postingan-bersama-2016.html


Halo all! Yey, ketemu lagi di awal tahun 2017 yang semoga meski tidak ada sesuatu yang benar-benar baru secara kasat mata, tapi apa yang ada dalam hati berupa semangat dan energi positif akan selalu baru. Kali ini, saya ingin ikut menjawab tantangan postingan bersama dari temen-temen di Indonesia Corners, yaitu best traveling moment yang sudah saya alami 2016 yang lalu. Seperti apa?

Buat saya, traveling atau perjalanan bukanlah tujuan utama dari sebuah perjalanan itu sendiri. Lebih dari itu, tujuannya adalah memperoleh hikmah yang mendalam. Masih menurut saya, perjalanan sejatinya bukanlah hal yang terpisah dari rutinitas hidup itu sendiri. Tapi sudah include menjadi jalan hidup. Dari sebuah perjalanan, kita akan belajar banyak hal yang bahkan tak bisa kita temui dalam textbook.

Karena itu, sebuah perjalanan bukanlah rangkaian aktivitas hedonis untuk sekedar menghibur diri. Tapi, saya sering menyebutnya upaya merawat nalar (yang saya kutip dari semangat slow travel yang didengungkan Traveler Kaskus) agar lebih sadar akan fenomena apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Apalah arti sebuah perjalanan, bila kita tak mampu memaknainya?

Sumber : pinterest.com

Bersyukur, 2016 merupakan momen-momen yang tak terlupakan dan banyak nikmat bagi saya. Saya tak pernah merencanakan perjalanan secara khusus untuk tujuan traveling only. Tapi, aktivitas-aktivitas saya yang lain, secara tak sengaja (kalau tidak bisa dibilang kebetulan), ditakdirkan untuk selalu bersentuhan dengan traveling feeling. That’s why buat saya, traveling bukanlah pelarian dari kejenuhan aktivitas, tapi sudah menjadi bagian dari aktivitas :)

Ini dia best traveling moment yang saya rangkum dari bulan April hingga Desember :

April

12 April 2016 yang lalu saya menyempatkan diri untuk bersilaturrahim dengan kawan-kawan pegiat literasi Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Jawa Barat yang sedang berpartisipasi dan membantu gerakan Ciamis Membaca. Kebetulan, saya belum pernah berkunjung ke kota kecil nan rapi itu. Dengan kereta api, saya dan suami mendapatkan tiket di saat-saat terakhir keberangkatan. Berjalan kaki dari Stasiun kota Ciamis menuju Islamic Center di waktu menjelang Subuh itu sangat saya nikmati. Kotanya enak dipandang mata dan menyejukkan batin. Ini mengingatkan saya pada Jember, kampung halaman saya.



Berlanjut, di 22-24 April, saya dan suami menuju Yogyakarta untuk berpartisipasi dalam event Jagongan Media Rakyat mewakili rumah baca yang saat itu sedang kami kelola dan menempatkan kami sebagai penanggung jawab utamanya. Event yang didesain kreatif dengan menampilkan sejumlah komunitas di gerakan sosial ini benar-benar menjadi area refreshing tersendiri. Unsur seni bernuansa indie nya sangat kental. Apalagi, saat senggang, kami menyempatkan diri untuk mengobati rasa kangen pada angkringan yang selalu menjadi jenis tempat kuliner favorit saya.

                                       Baca Juga : Jagongan Media Rakyat : Sebuah Inspirasi

Mei

Setelah menghabiskan masa bedrest setelah pulih dari pasca operasi di rumah mertua di kawasan Kampung Galian, Sukatani, Kab. Bekasi, saya diajak suami tercinta untuk berpelesir sejenak ke Candi Jiwa. Saat itu Jumat, 6 Mei. Letaknnya di Karawang, sekitar 50km dari ibu kota. Pas banget kalau dari rumah mertua memang tidak terlalu jauh.

Begitu datang memasuki kawasan Candi Jiwa, mata langsung dimanjakan dengan hamparan padi hijau yang bisa dinikmati seluas mata kita melempar pandangan. Di sisi yang menjadi pijakan kaki para pengunjung, sudah dipermak menjadi jalan setapak yang rapi dan leluasa. Reruntuhan sisa kejayaan Candi Jiwa masih terasa jelas disana. 



Saya mengamati lempengan batu bata yang digunakan seukuran dua kali ukuran batu bata saat ini. Dan terbukti, sampai sekarang pondasinya tetap kokoh berdiri. Berarti, kemajuan iptek dengan kemasan yang bebeda memang sudah dimiliki orang-orang terdahulu, gumam saya dalam hati. Sekedar berpikinik sederhana di bawah pohon ditemani angin yang semilir, cukup menjadi pengalaman yang tak terlupakan saat itu.



Sejarah tentang Candi Jiwa dan bagaimana ia ditemukan dan ditelti oleh para arkeolog makin terlihat jelas saat kita mengunjungi museumnya yang terletak sekitar 100 meter dari kawasan Candi Jiwa. Masa-masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara bisa kita bayangkan. Saya juga sangat terkesan dengan guide museum yang ramah dan dengan sabar memandu kami, pengunjung yang datang kesorean saat museum sudah tutup. Terimakasih Pak :) Artikel utuhnya soon ya! 



Di akhir bulan, saya juga berusaha menuntaskan janji untuk mengajak para Kancil (pustakawan cilik) di rumah baca yang saya kelola. Katanya, mereka memang kangen dan ingin mengahabiskan masa kelas 6 nya dengan perpisahan ala ala :) Baiklah, adek-adek tercinta :) Jadilah, saya ditemani suami dan seorang relawan lagi, seru-seruan menuju Kota Tua Jakarta yang sering disingkat Kotu.



Kami menggunakan commuter line dari Stasiun Kranji menuju Jakarta Kota. Dan, bahagia rasanya melihat adek-adek yang belum pernah naik kereta api atau sudah pernah tapi sudah berlangsung lama sekali. Disana, kami menuju di Museum Fatahillah dan Museum Wayang. Selain menikmati minuman khas Betawi es selendang mayang dan bekal yang dibawa sendiri, sesi pemotretan yang menjadi candu juga berlangsung demi melihat senyum adek-adek mengembang.Hari itu sangat berkesan meskipun kami harus berpanas-panas ria. Berwisata sejarah dipadu kebersamaan memang sama mewahnya dengan wisata alam :)


Juni

Akhir Mei menuju awal Juni, persis di ambang Ramadhan, saya mendapat sebuah kejutan dari Allah. Diberangkatkan menuju Singapura gratis! Dan tidak direncanakan. Saya pada awalnya menggantikan seseorang yang batal berangkat karena paspornya belum juga beres mendekati waktu pemberangkatan. Ini dalam rangka vokasi menulis yang diinsiasi oleh Kemendikbud bekerjasama dengan Masyarakat Belajar Foundation yang di dalamnya terdapat Rumah Dunia yang didirikan Mas Gol A Gong sebagai penanggungjawab. Ada 100 orang dari warga belajar Paket C dan warga belajar kelas menulis di taman baca/rumah baca yang berangkat. Saya seperti ketiban durian runtuh.

Tapi, ga ada makan siang gratis ya, sebagai feedback nya, kami semua harus merekam perjalanan sejak Selasa, 31 Mei – Kamis, 2 Juni 2016 yang lalu itu menjadi sebuah buku. Buku itu menjadi produk keluaran peserta vokasi menulis yang sebelumnya sudah mengikuti workshop di Rumah Dunia Serang, Banten. Alhamdulillah, kemudian lahirlah Read Signs, Read Us : Membaca Tanda-tanda, Membaca Kita ini.



Singapura buat saya tetap mempesona, bukan dari segi keindahan alamnya, tapi budaya peradaban sebuah negeri dan betapa masyarakatnya memiliki budaya literasi yang tinggi. Itu ditandai dengan kemandirian membaca tanda-tanda yang ada di semua sudut kota. Bagi saya, perjalanan ke Singapura kemarin seperti sebuah refleksi. Saya jatuh cinta sama profesionalisme para pelayan literasi di National Library nya :) Lebih lengkap, bisa baca bukunya ya, ada kok koleksinya di Perpusnas Jakarta, atau di Perpustakaan Kemendikbud. Kalau versi blog nya belum nih, ada yang mau request? Haha :)



Juli

Dan, tibalah saatnya mendekati hari liburan panjang yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan libur lebaran atau Idul Fitri. Saya menghabiskan waktu 1 bulan lamanya di kampung halaman saya di Jember. Menikmati jalanan Jember yang cukup lengang dengan tingkat keramaian yang sangat jauh dari Bekasi, tempat saya tinggal saat itu, memang menenangkan hati.



Memori perjalanan saya sejak kecil hingga meninggalkan kota tercinta ini 13 tahun lamanya selalu berhasil membuat saya bernostalgia. Tak perlu destinasi yang muluk-muluk, disana saya mengajak suami untuk berburu street photography dan juga menyambangi Masjid Cheng Hoo yang baru 9 bulan berada di Jember. Ini menandakan muslim Tionghoa yang mulai bertumbuh di kota tembakau ini.


Baca Juga : Berwisata Religi Ke Masjid Muhammad Cheng Hoo Jember

 Agustus

Entah tanggal berapa dan hari apa persisnya, sore itu saya dan suami memilih untuk berjalan-jalan santai, sekedar menghirup udara segar di ujung Jakarta. Pas banget saat menjelang senja. Kami menyusuri jalanan yang cukup padat menuju kawasan Marunda. Saya sempat berfoto dengan latar mangrove yang menyegarkan mata. Ada satu komentar saat saya upload foto ini, dari seorang teman yang masih warga Jakarta, “kawasan Marunda, sepertinya pernah denger pas dulu pelajaran SD”. Makjleb. 



Sore itu kami sempat mampir ke Rumah Si Pitung, tokoh dari kawasan ujung Jakarta yang terkenal itu. Hanya, karena waktu menunjukkan pukul 5 sore, kami tak bisa masuk ke dalam rumahnya untuk meilihat interior secara detail. Makanya saya masih berjanji untuk kembali lagi suatu saat.

Menjelang maghrib, kami menunaikan kewajiban di Masjid yang tak jauh dari Rumah Si Pitung. Tapi, letaknya memang tersembunyi dan sempat melewati bangunan bekas sekolah dasar yang terbengkalai. Masjid dengan gaya arsitektur ini juga sangat klasik. 

www.pritahw.com

Menuju perjalanan pulang, kami mampir ke warung bir plethok yang berada di sisi jalan, tak jauh dari sebuah masjid besar yang saya lupa namanya. Selain bir plethok, warung ini juga menyediakan kudapan seperti ketan dengan berbagai varian rasa ataupun topping. Selagi hangat, sangat nikmat. Suasana yang dibangun meski hanya warung kaki lima di pinggir jalan juga lumayan asik.


September

Masih ingat aksi 411? Tapi, saya bukan mau membahas aksinya. Hanya, di hari itu, suami saya pas bertambah usia dan kami memilih meluangkan waktu menuju Bogor sekaligus berpas-pasan dengan umat muslim yang saat itu berbondong-bondong untuk aksi tersebut.

Niatnya sih ke Bogor untuk mengantarkan buku ke sebuah markas komunitas Satu Juta Buku (Sajubu) di E Corner, Jl. Lodaya 1. Supaya lebih menikmati syahdunya Bogor dengan pohon-pohon besar dan hijaunya di sepanjang jalan, kami memilih berjalan kaki saja dari Stasiun Bogor. Saat ada spot menarik, suami pun berhenti untuk memenuhi hasrat street photography nya. Setelah nongkrong sebentar di E Corner, kami memilih bersantai dan memakan bekal yang kami bawa di Taman Lodaya, pas perempatan yang ramai itu. Damai rasanay ada ruang terbuka hijau di tengah kepadatan kota.


Oktober

Di bulan ini, saya hepi sekali lagi karena dipertemukan dengan temen-temen Indonesia Corners untuk pertama kalinya dalam Jakarta Night Journey. Selain mengulang kunjungan ke Kota Tua yang memang ingin saya lengkapi lagi, dan mengunjungi Balai Kota yang kini saat weekend bisa dikunjungi gratis, istimewanya, saat itu kami diajak untuk menikmati Jakarta malam hari dari ketinggian puncak Monas. Amazing! Keseruannya bisa dibaca di Enjoy The Beautiful Sightseeing of Jakarta.

Sumber : dok. ID Corners

November

Menjelang akhir tahun, lagi-lagi saya dan suami dapat berkah ngeblog. Jakarta Night Journey blog competition membawa kami menjadi pemenang ketiga dan berhak mendapatkan compliment voucher untuk menginap di Bellezza Suites di bilang Permata Hijau, Jakarta Selatan. 



Menepi sejenk dari rutinitas di hari weekdays 28-29 November yang lalu itu menjadi momen staycation only pertama kami. Mendapat fasilitas kamar bertipe business, kami sangat menikmati nuansa hotel modern yang sekompleks dengan apartemen, mall, dan perkantoran itu. Istimewanya sih, karena ini hasil kerja kerasa kami. Saya yang menulis, suami yang menerjemahkannya lewat visual infografis dan editing foto, sampai rela berdebat sekian kali untuk mendapatkan hasil tulisan terbaik. Pengalaman kami itu secepatnya ya dibuat artikelnya :)

Desember

Dan, kejutan yang sebenarnya datang di akhir tahun. Tiba-tiba, jalan untuk saya dan suami yang sejak lebaran masih galau untuk berhijrah ke kampung halaman saya di Jember datang juga. Saya sempat berkata dalam hati, ah saya masih belum puas menjelajah Kepulauan Seribu, mumpung masih di Jakarta.



Begitu cepat Allah mengabulkannya, bersama Indonesia Corners, kami berhasil masuk seleksi memenuhi undangan Dinas Pariwisata Pemprov DKI Jakarta selama dua hari satu malam, yaitu pada 8-9 Desember yang lalu. Baru pertama kalinya saya pergi ke Kepulauan Seribu menggunakan speed boat dari Marina Ancol. Biasanya ya perahu nelayan dan bercampur dengan masyarakat pulau yang sedang berbelanja ke daratan :) Tak tanggung-tanggung, kami menjelajah 9 pulau, dari mengunjungi Pulau Bidadari, Pulau Cipir, Pulau Kelor, dan Pulau Onrust, menyantap makan siang maknyus di Pulau Untung Jawa, bermalam di homestay penduduk di Pulau Harapan, hingga snorkling di Pulau Perak dan Pulau Dolphin, kemudian berakhir menyambangi pelestarian penyu di Pulau Pramuka. 

Sumber : dok. ID Cprners

Keseruan hopping island itu bisa dibaca di Jelajah 9 Pulau dalam 2 Hari.

Saya jadi merinding menapak tilas best traveling moment 2016 ini. Mudah saja bagi-Nya untuk memberangkatkan seseorang kemudian memulangkannya lagi untuk siap melanjutkan perjalanan berikutnya. Pelajarannya hanya satu, bersyukur atas semua nikmat, maka Dia akan menambah nikmat. Matur nuwun, Gusti. 


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Bersama – The Best Traveling Moment 2016″ oleh Indonesia Corners



Prita HW

14 komentar:

  1. Wahh perjalanan 2016 yang seruu..semoga 2017 makin moncer ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. amien amien mbak :) Thanks ya udah mampir :)

      Hapus
  2. Perjalanannya banyak tempat sejarah yang dijelajah ya mbak, seru juga, seneng banget udah bisa travelling bareng Indonesia corners ya ke kepulauan seribu ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh, banyak tempat sejarah ya mbak? ga nyadar akunya, hehe.. Kapan2 ikutan trip sama ID Corners mbak^^

      Hapus
  3. Naksir berat sm aktifitas literasinya,Mbak ��
    Nexttime bikin wisata literasi dan aku ikutan dong...hehehe...��

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, trims mbakkk :) yuk ah ikutan juga ramein dunia literasi Indonesia :) Wisata literasi, baiklah, ide bagus :)

      Hapus
  4. Wah seru banget, mba. Apalagi bisa ke Singapur gratis, wadawww :D Masalah paspor, ini yang saya selalu bilang sama teman. Bikin paspor bukan karena kita punya rencana ke LN dalam waktu dekat, tapi karena hidup itu punya banyak kejutan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, prefer planning dari awal, dan Allah akan memberikan hal tak terduga untuk hamba Nya yang terus berusaha dan berdoa, hehe

      Hapus
  5. Wah seru banget ya mbak perjalanan 2016 nya.Semoga 2017 tambah seru yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin aminnnn. sama2 seseruan yuk mbak :)

      Hapus
  6. Wah seru pengalaman sepanjang 2016 nya. Bs ke sing gratis, jd buku pula. Ah, envy. hihihi btw slm knl kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal jugaaaa Aji, amaksi udah mampir..Nyusul lah jalan2 sambil nulis bukunya :)

      Hapus
  7. rajin banget jalan jalannya. 2017 tambah gayeng, mba

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus