Refleksi 2016 dalam Angka, Konsistensi yang Akan Terus Diuji

 


2016 baru saja berlalu. Hm, sebetulnya tak ada yang sangat berbeda. Langit masih saja biru, hari masih terus berganti antara siang dan malam. Hanya hitungan kalender Masehi yang mengalami perbedaan. Dan mau tak mau, kalender ini masih menjadi standar waktu saat ini. Saat melihat angka-angka di kalender, perhatian saya ada pada peristiwa-peristiwa apa yang telah saya alami, dan membayangkan misteri apa yang akan terjadi di tahun 2017 ini.

Biasanya saya sih alergi dengan angka-angka, tapi refleksi saya 2016 ini sengaja saya sajikan dengan angka. Saya juga bingung memulainya dari mana, tapi karena saya ingin melihat semuanya utuh, kali ini saya membaginya antara kehidupan pribadi dan blogging life alias perjalanan si Dunia Gairah ini sendiri.

Personal Win

Sebagai seorang pribadi, hidup pastilah membutuhkan pencapaian-pencapaian. Bukan sebagai pemuas diri, tapi kebutuhan diri beraktualisasi. Ini sekaligus cermin yang sangat besar bagi saya pribadi untuk mengukur apakah diri ini sudah bermanfaat, selain untuk diri sendiri.




Alhamdulillah, 15 Agustus lalu, saya dan suami tercinta memasuki 1 tahun pernikahan yang penuh dengan perjalanan terseok-seok, jatuh, lalu bangkit lagi mengikuti jalan takdir-Nya. Dalam tahun ini juga saya mengalami 1 kehamilan yang dari peristiwa itu saya ditunjukkan bahwa semuanya ada prosesnya. Saya sempat mengatakan pada suami “ga bayangin gimana hamil, tapi kalau mendidik anak-anak langsung tanpa proses hamil gitu, aku siap.”. Kata-kata adalah doa, dan Allah menegur saya lewat peristiwa kehamilan diluar kandungan itu.

Di tahun pertama saya resign dari pekerjaan tetap saya dulu, ternyata saya juga telah melewati 11 traveling moment yang tak terduga. Ada momen saat memang saya sendiri saja alias me time dan ada momen saat memang kami menikmatinya berdua. Kalau banyak temen-temen saya yang bilang, “enak ya jadi kamu, Prit, keliling terus, punya kesempatan traveling.”, sepertinya mereka harus membaca best traveling moment 2016 saya itu.

Apalagi ya yang saya sebut personal? O iya, sejak Januari hingga Oktober 2016, saya menghabiskan hari-hari bersama suami selama 9 bulan menjadi relawan Rumah Baca HOS Tjokroaminoto yang kebanyakan penggunanya berasal dari adek-adek SD Alam Anak Sholeh yang mayoritas dara keluarga pra sejahtera dan beberapa yatim dan yatim piatu. Ada saja kisah yang selalu menguatkan saya untuk terus ada bersama mereka.

Yang paling berkesan adalah interaksi saya dengan anak-anak Kancil (pustakawan cilik) yang saat itu duduk di kelas 6 SD. Hingga mereka berganti seragam putih biru saat ini, mereka terus menjalin komunikasi lewat inbox FB. Juga, sepucuk surat doa kesembuhan dari salah satu dari mereka, Mutiara Kasih, yang akrab dipanggil Tiara.

Saya dan Tiara pas liburan ke Kotu,dan suratnya yang masih saya simpan


Dan tentu, temen-temen baru dari relawan Rumah Baca HOS Tjokroaminoto yang awalnya berasal dari open recruitment yang saya lakukan saat liburan kuliah tahun lalu. Bagi saya, mereka sudah seperti adek-adek sendiri. Ada yang memanggil saya degan sebutan emak pula. Belakangan, saat saya meninggalkan Bekasi, saya juga memiliki keluarga baru bernama Relawan Literasi Bekasi yang menjaringkan para pemuda-pemuda hebat, pegiat literasi kampung di wilayah Bekasi Utara. Buat saya, literasi adalah nyawa dari setiap aktivitas. Persis saat Rasulullah menerima wahyu untuk iqro’ pertama kalinya. Meski kami tak lagi sewilayah, pertautan harus terus berjalan.

Relawan-relawan kece pose setelah menggelar rumba on destreet di CFD HI Bekasi


Satu lagi yang saya syukuri, 1 buku baru juga terbit di tahun ini. Hasil perjalanan saya ke Singapura “hanya” karena saya menggantikan seseorang yang gagal membuat paspor. Tapi saya percaya, ini doa dari harapan saya untuk membubuhkan stempel lagi sebelum paspor saya harus diperpanjang  pada 2018 nanti. Bagi saya, buku ini istimewa karena penanda reborn bagi saya setelah vakum lima tahun tak menerbitkan buku.

Buku baru dan freelance writing job saya di 2016

Sebagai seorang freelance writer yang acapkali dinilai bekerja serabutan dan tak pasti, tahun ini adalah tahun menemukan kembali jalur yang terputus saat saya terakhir menjalani profesi ini pada 2011. Lelah, iya. Sulit, ya pada awalnya. Tapi, saya percaya apa yang sudah pernah kita mulai adalah pertanda kita harus menyelesaikan dan bertanggung jawab di jalur itu. Tercatat, alhamdulillah ada 10 freelance writing job yang saya terima tahun ini, 2 diantaranya sebagai co ghost writer dan ghost writer calon buku dan 8 lainnya sebagai content writer dengan berbagai niche.

Merambah, di dunia social media influencer, saya juga menerima 2 buzzer job berkat follower Instagram yang sudah mencapai 2000+ dan twitter yang masih di angka 1000+. Saya sangat bersyukur. Saya pun tak sembarangan menerima job sebagai buzzer, bila memang tak sesuai dengan personal branding yang sudah saya bangun dengan susah payah, sudah pasti saya menolaknya. Seperti hiruk pikuk politik, pro kontra rokok ataupun lainnya.

Couple Win



Buat yang masih belum berganti status dari jomblo, jangan baper dulu pas baca ini ya :) Semua ada waktunya, haha. Kadang ya saya heran kalau banyak temen-temen berkomentar, “enak ya dapet pasangan yang sesuai dan sama kesukaannya...apa-apa bareng”. Lah, bagi saya, sejatinya pasangan memang harus sevisi dan bekerjasama. Benar kata buku yang mengupas perjodohan kalau jodoh dibilang cerminan diri. Saya merasa seperti itu. Meski karakternya memang berbeda.

Buat saya, suami saya tercinta adalah alarm spiritual saya di saat saya mulai tergerus oleh ambisi tingkat tinggi untuk mengejar sesuatu. Dan itu buat saya sangat berharga.

Sebagai seorang yang sama-sama freelancer meski suami saya tahun lalu juga sempat bekerja sebagai karyawan beberapa bulan, tentu kami harus kreatif. Hidup bukan melulu soal uang, tapi uang juga menjadi penunjang hidup. Di tengah otak saya yang full idealisme, saya tetap harus menyisakan ruang untuk mencoba realistis.

Semangat The Jannah Wedding yang saya gaungkan sejak awal pernikahan dengan harapan pernikahan hingga menuju surga, menginspirasi kami untuk memulai sebuah usaha bernama Lapak The Jannah (LTJ)  dan The Jannah Institute (TJI) 

Idenya sederhana, LTJ mencoba mewadahi passion kami pada second stuff yang kami miliki, juga barang-barang vintage yang lumayan banyak di rumah orang tua saya di Jember. Kemudian, merambah pada skill menjahit suami, kami mengukuhkan diri sebagai pembuat merchandise berupa pouch dan tote bag untuk keperluan personal ataupun komunitas. Dengan modal yang terbatas, ternyata LTJ telah menghasilkan 27 varian produk berupa pouch dan parasit bag yang kami jual online. Suami bagian produksi, saya bagian konsep marketing nya.

Lapak The Jannah di IG @lapakthejannah

Lain lagi dengan TJI. Ini saya maksudkan untuk mewadahi passion saya berbagi dalam tiga bidang yaitu menulis, menjadi public speaker dan fasilitator dalam fun learning workshop, dan juga literacy consultant. Tapi, dari awal saya tak pernah mematok harga bila peruntukannya untuk kebutuhan komunitas. Tahun lalu, TJI telah menyelenggarakan 1 workshop mandiri bertajuk Wri(ting) Pho(tography) Workshop. Juga menjalin 6 kerjasama berupa menjadi pembicara dan fasilitator di TPQ, PAUD, majlis taklim, integrated Islamic school, dan SMA/SMK.

The Jannah Institute di IG @thejannahinstitute

Dunia Gairah’s Win

“Kenapa namanya Dunia Gairah, mirip istilah tahun ’90 an ya?”

“Aku belum pernah mampir blog Mbak Prita, begitu mampir, bayangin Dunia Gairah itu gairah yang gimana gitu, hahaha...”


Itu beberapa komentar temen-temen saya sesama blogger. Saya senang dan makin bersemangat jika ada banyak orang memberi respon pada blog yang saya rintis (lagi-lagi) bersama suami ini. Meski mulai memiliki akun di blogspot 2012, saya baru serius menganggap blog ini sesuatu pada akhir 2015 yang lalu.

Dunia Gairah ini semacam wadah menyalurkan semua pemikiran saya, mirip TJI. Kalau TJI berinteraksi langsung secara offiline, Dunia Gairah ini berinteraksi secara online melalui tulisan. Meski baru ber-TLD.com  sejak Juli 2016 yang lalu, saya ingin tetap menjaga ritme blog ini sebagai personal blog yang sekaligus lifestyle blog dengan tiga fokus yang sering saya tulis : Inspirasi, Literasi, Kisah Perjalanan. Tercatat selama 2016, 100 blog post yang berhasil saya publish. Saya sebagai author, dan suami sebagai desainer grafis dan fotografer yang 80 % meng-handle Dunia Gairah ini.




Sejak Juli pula, Dunia Gairah dalam catatan saya telah menerima 11 sponsored post yang kebanyakan event review dan sedikit product review. Juga 3 content placement yang selalu saya sesuaikan bahasanya.

Untuk urusan blog atau writing competition, saya mencatatnya juga dari awal untuk menguji konsistensi saya menaklukkan lomba. Tercatat ada 23 writing and blog competition yang saya ikuti tahun lalu. Dan 9 diantaranya menjadi nominasi dan pemenang, yaitu 2 blog competition nomination dan 7 writing and blog competition winner. Saya bersyukur semua kebutuhan saya, terutama untuk lifestyle seperti fashion, cosmetic, traveling, dan voucher belanja hampir semuanya saya dapatkan dari ngeblog.

Bagi saya, Dunia Gairah belum apa-apa. Baru start. Ada banyak hal lagi yang ingin saya pelajari dan fokuskan untuk benar-benar layak disebut professional blogger. Dan tentu, keinginan terdalam adalah menghasilkan passive income. Terutama saat ini saya pindah ke daerah dimana event tentu sangat jarang. Disini, saya tertantang untuk menemukan formulanya yang mungkin bisa dijadikan refleksi lagi tahun depan :)

Yeah, akhirnya selesai juga catatan pribadi sekaligus tantangan collaborative blogging yang idenya dari blogger produktif, Sohibunnisa. Kalau temen-temen seperti apa di tahun 2016? Bolehlah berbagi di kolom komentar ya :)

Yang terpenting buat saya, just do it dengan maksimal. Kalau belum maksimal, mana mungkin kita sampai pada tahap tawakal alias berserah setelah segala usaha dan doa diupayakan? Dan pastinya, hidup memang bukan milik kita sendiri, ada banyak orang yang tak bisa merasakan ‘kemewahan’ berupa pengalaman dan ilmu yang sudah Allah titipkan. Konsistensi atau istiqomah memang sarat ujian. Selamat melanjutkan konsistensi di tahun ini :)




Prita HW

10 komentar:

  1. Langitnya mendung mak, semendung hatiku ������
    Jadi intinya semua konsistensi ya mak? Setuju.

    BalasHapus
  2. pencapaiannya keren, Mbak :)

    sering menanggg :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, itu baru menang beberapa makkkkk *jadimalu
      Masih terus berusaha nambah skill, semangat!

      Hapus
  3. Konsistensi dan istiqomah memang sarat ujian, hiks ada benernya. Dan sekarang aku sedang diuji krn belum nulis lagi huhu. Mentok ide hiks. Semoga ke depan ada lagi dan semakin banyak idenya. Semangat Mak :)

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Mba Prita luar biasa banget pencapaiannya di tahun 2016. Allah maha baik, ya. Alhamdulillah. Selalu semangat semoga harapan di tahun ini terwujud dan bisa lebih baik. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak atas supportnya ya, amien amien, begitu pula dirimu mbak :)

      Hapus
  6. Keren mbak Prita tulisannyaaa.... ngalir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mbak apresiasinya, mak Liza bisa aja :)

      Hapus