Switchable Person in Me : Kompleksitas Hobi dan Profesi yang Mengikuti Passion

There is one page in your chapter, finish your capture excellent


Entah bagaimana kalimat persisnya, sebuah lecutan untuk menyelesaikan tahun ini dengan manis juga menjadi pemantik tersendiri buat saya untuk berbuat lebih. Konsekuensi sudah pasti lebih juga. Katanya, untuk menjadi orang di atas rata-rata, kita juga harus melakukan apa yang tidak dilakukan orang rata-rata. Misalnya, kalau orang rata-rata bekerja 8 jam sehari, orang di atas rata-rata akan bekerja lebih dari 8 jam sehari. Kalau orang rata-rata tidur 7-8 jam sehari, maka orang di atas rata-rata mungkin akan tidur 4-5 jam sehari. Prinsip going the extra miles memang selalu dibawa terus.

Lalu, bagaimana dengan saya? Apa saya sudah termasuk orang di atas rata-rata? Entahlah, tapi yang jelas jam tidur saya sudah makin berkurang saja. Sejak memutuskan mengundurkan diri setahun lalu dari pekerjaan sebagai marketing coordinator di sebuah advertising company yang telah berlangsung selama lima tahunan, saya merasa harus sangat switchable. Tombol on-off nya memang harus selalu responsif. Apalagi setahun ini pula saya resmi menyandang status sebagai istri penuh waktu dan calon ibu :)

Switchable bagi saya adalah tuntutan dalam hal apapun. Termasuk menjalani hobi sekaligus profesi yang mengikuti kata hati atau kegairahan dalam diri. Sebagian besar dari kita menyebutnya passion. Beda antara hobi dan profesi yang mengikuti passion itu sangat tipis. Setipis kita yang tak bisa membedakan kerja sambil ‘bermain’ atau ‘bermain’ sambil kerja :)

Saya bisa menulis kapan saja, dimana saja, termasuk piknik menulis yang jadi mood booster semacam ini :)

Kalau switchable berarti ga fokus dong? Multitalented gitu?

Yap, banyak orang yang mengartikan melakukan banyak hal dalam satu waktu berarti tidak fokus dan jauh dari kata sukses. Atau sebutan awamnya, bekerja serabutan :) Haha, pilihan saya bekerja tidak terbatas ruang dan waktu sebagai fulltime freelancer bisa juga dibilang begitu. Iyain aja dulu :)

Kadang dan bahkan seringkali saya harus meramu satu paragraf singkat yang kemudian harus diungkapkan lewat kata-kata lisan tentang apa profesi yang saya tekuni. Serius ga gampang. Saking kompleks dan switcable nya mungkin, haha.. Seperti apa? Ini cerita switchable me saya :

Freelance Writer dan Blogger


Sebenarnya profesi penulis yang awalnya berasal dari menulis buku diary dan rajin mengikuti kompetisi sejak duduk di sekolah dasar ini bukanlah profesi baru. Tahun 2010 saya sudah menekuninya, tapi hanya bertahan hingga 2011. Selebihnya saya vakum menulis karena sibuk bekerja :)

Makanya, saat saya memulai lagi pada akhir 2015 yang lalu, saya mesti jeli melihat peluangnya lagi. Apalagi peta kepenulisan lepas juga banyak berubah seiring dengan teknologi informasi yang makin cepat. Tak hanya arus informasinya yang cepat, si pembuat informasi seperti para content writer juga harus cekatan.

Saya pernah menulis seminggu dengan ritme sehari 6 artikel masing-masing 300 kata, tapi si pemberi kerja tiba-tiba tak ada kabar. Oke, ini saya anggap latihan pertama saya ketika kembali terjun. Berikutnya, saya lebih merasa aman saat bergabung dengan marketplace untuk freelancer seperti www.projects.co.id atau www.sribulancer.com. Kedua marketplace andalan saya mendapatkan pekerjaan penulis lepas itu belum bisa dibuka dengan baik menggunakan aplikasi smartphone. Jadi, pastinya membuka menggunakan device seperti laptop atau notebook menjadi pilihan. Apalagi pas balas berbalas menggunakan fasilitas chat, inbox project nya, dan juga pengiriman pekerjaan by email.


Dan as you know, menulis juga butuh asupan tersendiri. Apalagi kalau tidak membaca referensi yang kini kebanyakan berasal dari internet atau survei kecil-kecilan di media sosial sendiri saat butuh sedikit data yang mewakili. Selain menulis berdasarkan project di dua marketplace itu, saya juga menerima jasa ghost writer dan juga menulis buku pribadi.
Buku perjalanan terbaru saya di tahun 2016 ini : Read Signs, Read Us (Gong Publishing)

Belum lagi, saat ini saya juga bertekad untuk menjadi seorang blogger profesional. Juli 2016 yang lalu saya migrasi ke self domain. Blogger kalau maunya profesional, printilannya juga banyak. Seperti belajar cara desain template nya, belajar cara memotret yang bagus, juga membuat desain infografis. Dan, semuanya itu butuh performa yang tinggi untuk device. Apalagi untuk urusan foto yang dibantu suami yang juga freelance photographer. Kalau jeprat jepret pasti langsung segambreng. Folder jadi makin banyak. Sekarang saja, folder khusus foto sudah berjajar dari A-Z menurut nama kegiatan, haduh!

Itu belum termasuk hasil desain grafis ala ala suami yang memang mengelola blog berdua dengan saya. Program-program desain, editing foto masuk semua. 

Oke, notebook buat saya jadi pilihan pertama. Kalau laptop yang konotasinya cenderung berat dan besar, saya sudah say goodbye. Maklum, kalau mobile, berat! Padahal menulis di jaman sekarang memang harus mobile. Seperti kalau lagi ada event yang mengundang blogger, atau lagi harus piknik nulis sebagai mood booster atau sekedar refreshing.  Buat saya, netbook yang ramah itu harus nyaman di mata, tipis supaya ga berat saat harus mobile, ga gampang panas karena pekerjaan yang kadang memakan waktu lembur sehari semalam, ga lemot, dan awet baterai.
Acer Hybrid Switch Alpha 12 terbaru ini memang idaman saya banget :)

Makanya saya masih punya impian buat ganti notebook. Pas baca tentang Acer Hybrid Switch Alpha 12 bawaannya langsung jatuh cinta. Terutama pas lihat fungsi gandanya. Bisa jadi notebook, bisa juga tablet. Bimsalabim, langsung switch! Pas banget kan kalau lagi berfungsi ganda saat menghadiri event blogger, yang kebanyakan mensyaratkan live tweet, instagram & facebook post, sekaligus harus mencatat beberapa detail. Sepertinya memfungsikan tablet Acer Hybrid Switch Alpha 12 akan lebih praktis :) Kalau mau lanjut nulis ‘serius’, tinggal di-switch jadi notebook.

Jatuh cinta keduanya, jelas pada performanya yang sudah dilengkapi Intel Core I Series generasi ke-6. Jadi, saya membayangkan kalau bad mood saya ga bakal kambuh-kambuhan karena performa notebook yang lemot dengan tuntutan pekerjaan yang menuntut kecepatan waktu. Dan yang pasti ga lemot karena RAM nya sudah 4 GB. Folder saya dan suami, juga program-program yang mendukung blog post bakal lancar. Spesifikasinya lengkap banget!



Pelototin deh! Lalu, naksir? Wajar :)

Selanjutnya, saya sudah pasti jatuh cinta pada display 12” nya yang cocok dengan saya yang sensitif sekali dengan urusan mata. Minus 7 dan silinder 1.5 memang cukup besar dan pastinya lelah kalau harus fokus berlama-lama. Kadang-kadang juga pening saya rasakan menjalar di kepala kalau jam interaksi saya dengan layar sudah meningkat tajam. Bisa jadi mata saya sedikit bernafas kalau menggunakan Acer Hybrid Switch Alpha 12 karena terdapat fitur yang mampu melindungi mata dari emisi cahaya biru yang ditimbulkan layar, yaitu Acer BlueLight Shield. Alhamdulillah, membantu banget ini buat saya :)

Facilitator dan Trainer

Salah satu hobi saya yang lain adalah sharing atau berbagi dengan komunitas. Dan ini juga memungkinkan saya untuk jalan-jalan, itung-itung hobi travelling juga masuk di dalamnya :) Dengan mengusung lembaga yang sekarang sedang saya bangun bersama suami, The Jannah Institute, saya juga sering menghadiri undangan seminar atau permintaan workshop untuk tema menulis, team building, motivasi, atau literasi.

Jadi saya harus siap-siap switch. Misal project menulis sedang banyak-banyaknya, saya juga harus bisa mengatur waktu dengan aktivitas menjadi pemandu proses (fasilitator), atau kadang sekaligus menjadi trainer (merangkap pemandu proses sekaligus pemateri).

Dan, menjadi fasilitator dan trainer bukan cuma soal berbicara di depan publik dengan prima, tapi juga memikirkan konsep apa yang akan disajikan di depan audience atau peserta workshop. Tak peduli itu segmen anak-anak, remaja, maupun dewasa, semua butuh persiapan. Apalagi saya mengusung konsep vibrant facilitation (konsep fun learning yang lebih mengutamakan proses daripada hasil akhir). Syarat utamanya ada pada materi presentasi yang segar yang harus ditampilkan dalam format Power Point atau PDF.




Untuk membuatnya, biasanya saya harus hibernasi :) Mencari ide dan menuangkannya. Materi yang saya buat juga harus ada unsur games juga audio visual seperti cuplikan film dan backsound lagu. Dan lagi-lagi itu butuh performa netbook yang bisa diajak kompromi.    

Untuk mensiasati netbook yang mudah panas kalau diajak lembur, seringnya saya menggunakan kipas pendingin CPU koleksi suami, haha :) Makanya, saat tahu kalau Acer Hybrid Switch Alpha 12 memiliki teknologi Acer LiquidLoopTM yang membuatnya fanless rasanya lega banget, dan dadah dadah sama kipas jadul CPU. Teknologi itu memungkinkan adanya pipa berisi cairan pendingin untuk menstabilkan suhu prosesor. Dan kalau lagi genting, harus touch up materi presentasi di jalan, memangkunya juga tak akan menimbulkan kekhawatiran :)
Switchable banget! Foto via acerid.com



Enaknya lagi, baterainya juga tahan lama, jadi ga perlu repot-repot charging saat ‘tampil’ di depan. Apalagi hang tiba-tiba, ga banget! Soalnya saya pernah mengalaminya, membuka file nya luamaaa sekali :) Satu lagi, buat mobile lebih enteng karena ringan dan tipisnya itu :)

Wow tipisnya amazing! Foto via acerid.com


New Digital Entrepreneur

Kerempongan saya bertambah satu lagi. Dari dulu, meski marketing tidak saya masukkan ke dalam hobi. Ternyata sadar ga sadar, hobi jualan saya ini sudah ada di setiap lini aktivitas, haha.. Contohnya, bisa menulis, tapi tak bisa memiliki personal branding yang bagus, pasti juga sepi peminat dan pembaca. Betul kan? Itu juga salah satu fungsi marketing :)

Dan, baru-baru ini, saya dan suami juga sedang merintis Lapak The Jannah, sebuah lapak online dengan produk unggulan home made pouch yang didesain dan dijahit sendiri oleh suami. Memang dia juga tak kalah switchable :) Karena aktivitas online inilah, kami juga harus selalu standby lebih lama. Sigap dalam menjawab inbox di Facebook Fanpage, juga memantau kalau kalau ada customer yang chat melalui Whats App Messenger yang seringnya kami buka lewat netbook juga untuk memudahkan. Namanya juga usaha rintisan ya, pasti juga masih kembang kempis untuk pengembangan dan untung bersihnya :)

Akhirnya, ketika dari sebuah marketplace andalan freelancer ada tawaran menjadi seorang social media marketing sebuah produk hijab yang sudah memiliki customer loyal, saya dan suami menjadi lebih sibuk. Kami anggap ini pembelajaran untuk profesi kami yang new digital entrepreneur. Awal-awal saya sempat kaget dengan fast response nya yang kurang dari 7 menit dalam menjawab pesan!

Pppfuuhh, lumayan lelah juga :) Tapi, saya yakin sih kalau menggunakan Acer Hybrid Switch Alpha 12, pekerjaan ini tak akan terasa berat. Apalagi untuk sebuah digital marketing, detail pada visual juga menjadi perhatian. Nah, si pintar berperforma tinggi ini sudah berteknologi IPS. Jadi, mau lihat dari sisi manapun, tampilan visualnya akan tetap tajam. Cocoklah buat kami yang newbie dan harus memelototi daftar kode produk dan jenisnya.

Switchable person in me? Ya, saya benar-benar merasakannya. Tapi, di atas itu semua memang kompleksitas ini patut disyukuri. Sambil mensyukurinya, sebagai manusia yang punya goal untuk terus maju, apa yang menjadi kekurangan harus diperbaiki. Termasuk kekurangan soal device yang tidak mumpuni. Sayang kan kalau ada waktu yang terbuang percuma gara-gara kita tidak bisa mempersiapkan partner yang terbaik untuk mendukung pribadi yang switchable di jaman yang serba cepat ini. Jadi, mau cepat atau lambat? Semua pilihan ada di tangan kita :)


http://www.acerid.com/switchableme/

Prita HW

1 komentar:

  1. Samaan mbak..aku juga butuh yang layar lebar nih ..mata udah gampang lelah

    BalasHapus