Cerita Kehamilan Diluar Kandungan yang Mengejutkan Itu


hamil diluar kandungan


Halo all! Masih di bulan Agustus ya? Tapi kali ini, saya bukan membahas profil ya, masih antri jadwalnya, hehe.. Tapi saya ingin membagikan kisah yang saya alami empat bulan lalu saat pertama kalinya saya dinyatakan positif hamil perdana. Tepatnya didiagnosa hamil diluar kandungan.

Penting banget buat dibagi, ada apakah gerangan? Haha, sebab entah untuk kali keberapa selama empat bulan ini saya bercerita tentang kisah ini hingga saya hafal betul detailnya. Supaya lebih mudah ketika ada yang menanyakannya lagi, saya berinisiatif menulis kisah ini.

Malam barusan juga ketika menulis ini, saya baru ber-chat ria dengan seorang teman yang juga mengalami hal yang sama, tapi tak memiliki keberanian untuk test pack. Panjang lebar saya akhirnya mengulang lagi kisah saya dulu, hingga saya berikan saran dokter untuk berkonsultasi. Saya jadi merasa, mendapat informasi sebanyak-banyaknya tentang seluk beluk kehamilan lewat referensi dan temen-temen menjadi amat sangat krusial. Ibaratnya, sudah ada loh di depan kita lubang menganga, dan pernah ada yang jatuh kesana. Supaya minimal kita tak terjerembab lagi, kita patut bertanya pada yang telah melewatinya. Atau ketika sudah terjatuh pun, kita masih bisa bertanya, gimana sih cara keluar yang aman? Setuju? 

Ternyata Saya Bisa Hamil

Kenapa disebut perdana? Sebab, ini bukan pernikahan pertama saya. Dulu, di tahun 2008-2012, saya pernah menikah dan tidak memiliki momongan. Tapi yang jelas, alasan perpisahan bukanlah dikarenakan itu ya. Ada hal lain yang saya yakini sudah dipersiapkan Allah untuk menguji kesabaran hamba-Nya :)

Alhamdulillah di pernikahan kedua dan inshaallah terakhir ini, saya benar-benar merasakan makna kebenaran ayat Allah yang berbunyi :

hamil diluar kandungan
www.pinterest.com
“Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)

Dan, saya makin dalam memaknainya saat 23 April 2015 lalu. Tepatnya di sebuah klinik di  Jogjakarta, saat saya dan suami sedang mengikuti sebuah event komunitas disana dan tiba-tiba sakit perut yang hebat di pagi harinya. Saya takjub saat dokter yang kemudian merujuk saya ke rumah sakit terdekat berkata, “Hasil test pack nya positif, bu... Cuma perlu saya rujuk, untuk memastikan pendarahan itu keguguran atau hamil diluar kandungan...”, ucapnya.

Perasaaan saya saat itu campur baur. Di satu sisi bersyukur karena ternyata saya bisa hamil. Di sisi lain, ada perasaan takut, sedih, dan sebagainya.

Perasaan ternyata saya bisa hamil itu sepertinya tak berlebihan, mengingat, saya belum pernah test pack positif, dan tes nya pun jarang. Dulu, 4 tahun pernikahan tak pernah, dan ternyata saat ini, 8 bulan pernikahan saja, saya bisa. Saya sempat berpikir untuk bisa hamil harus melalui serangkaian usaha ekstra, misalkan menyisihkan waktu untuk benar-benar liburan yang direncanakan, minum multivitamin rutin, quality time berkualitas, dan sebagainya. Saya juga pernah bilang saat ngobrol santai dengan suami tercinta saat ini, “Aku siap mendidik anak.. Tapi, ga siap sama proses hamil, melahirkan, ga bayangin rasanya gimana...”

Dengan adanya peristiwa ini, suami saya menegur saya keras-keras :

"belajar ilmu rasa atau jiwa, ia yang harusnya memimpin akal, bukan sebaliknya. Jangan selalu berpikir logis karena ga semua bisa dianalisis..Hati-hati juga kalau ngomong, ucapan itu doa..”

Ya Allah, saya benar-benar merasa dilempar ke bawah, dan kemudian freeze, tak bisa berpikir apa-apa selain takjub atas semua rencana-Mu.

Di Jogja kala itu, saya ditangani dokter senior yang juga seorang dosen di salah satu universitas swasta. Mungkin, tipikal dokter senior yang seorang akademis memang begitu. Saya merasa tak mendapatkan penjelasan yang lengkap, two way communication juga kurang berjalan lancar. USG sudah dilakukan, dan hasilnya nihil, tidak ada hasil apa-apa. Tapi, test pack tetap menunjukkan hasil positif. Kalau dari jangka waktu saya terakhir menstruasi, seingat saya baru 3 minggu yang lalu. Dokter hanya menyarankan observasi, dan memberi obat-obatan yang salah satunya bernama gastrul. Karena tanpa penjelasan, saya googling, ternyata itu obat untuk menggugurkan janin. Jika memang keguguran, harapannya terjadi kontraksi setelah meminumnya dan kemudian darah keluar dengan sendirinya tanpa operasi, mengingat usia janin yang masih dini.    

Sementara saya merasa keadaan saya makin membaik, keesokan harinya saya diperbolehkan pulang tanpa penjelasan hasil observasi. Diagnosa di surat kepulangan dokter yang saya bawa tertulis : abortus incomplete. Kata dokter, kalau hamil diluar kandungan, biasanya pendarahan sudah sangat hebat dan sakitnya luar biasa. Berbeda dengan saya yang hanya flek-flek dan masih bisa sangat santai.

Kehamilan Perdana : Kehamilan Ektopik

Baru tiga hari saya berada di Bekasi, bed rest sesuai anjuran, meskipun tetap beraktivitas membaca dan menulis santai di atas tempat tidur. Suatu malam di hari ketiga setelah kepulangan dari Jogjakarta, saya mengalami sakit perut dan nyeri yang sangat hebat, lebih dari sakit dan nyeri pertama di Jogjakarta. Saya menenangkan suami kalau kondisi saya hanya perlu tidur saja. Tapi, ia menolak karena melihat wajah saya yang pucat. Malam itu, dibonceng motor, saya meringkuk dengan posisi hampir setengah badan menahan sakit.

Klinik terdekat ternyata tutup. Klinik kedua menolak melayani karena berkaitan dengan permasalahan kehamilan dan merujuk saya ke rumah sakit swasta terdekat. Malam itu, 27 April, tepat hari dimana saya dilahirkan 31 tahun lalu, kami menginap disana. Pakaian saya langsung berganti pakaian pasien rumah sakit, obat anti nyeri sebesar kelereng dimasukkan (maaf) lewat dubur. Sakitnya lumayan berkurang. Tapi, saya harus sabar untuk menunggu dokter sampai besok sore.

Saya memilih dokter perempuan. Selain alasan kenyamanan, saya juga ingin menjaga aurat sebisanya. Meski, untuk urusan kesehatan, sebenarnya ada rukhsah (keringanan).  Sore yang ditunggu pun tiba. Dokter berkerudung dan bertubuh mungil itu dengan sabar membimbing saya melakukan serangkaian tes. Pertama, USG perut biasa. Sama, tak terlihat apa-apa. Kedua, USG transvaginal yaitu USG yang dilakukan melalui jalan lahir. Awalnya saya ngeri juga, tapi ketenangan yang ditunjukkan dokter memang berpengaruh. Barulah saat itu, di layar tampak ada darah yang bergelombang layaknya ombak di lautan, tepat di bawah rahim.

Tak berapa lama, saya dan suami pun diberikan penjelasan. Sampai-sampai, ibu dokter menggambarkannya untuk kami dengan coretan penanya, kira-kira seperti ini :

hamil diluar kandungan
www.klikdokter.com
“Ini rahim. Nah, di kanan kirinya ada tangan-tangan gurita yang disebut saluran tuba. Ia menjadi jalan untuk sperma lewat menuju rahim. Tapi, karena sperma yang lambat, ia bertemu dengan indung telur di saluran tuba ini. Pembuahan terjadi di tempat yang tidak semestinya. Namanya juga hamil diluar kandungan. Janin akan terus berkembang dan memang ibunya masih bisa santai-santai. Tapi sebenarnya ini sangat membahayakan. Sebab, janin yang makin membesar, tak sanggup ditampung saluran tuba. Saluran ini hanya selebar dua helai rambut, akhirnya ia pun pecah. Nah, pendarahan yang terjadi bukanlah darah janin yang keguguran. Itu adalah darah pecahnya saluran tuba. Kalau dibiarkan bahaya, karena di saat yang bersamaan, jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh.”, penjelasan yang panjang lebar ini membuat saya dan suami lega.

Lega karena diagnosanya tepat dan kami sebagai orang awam di soal persalinan menjadi sedikit berpengetahuan genap, minimal atas kesimpulan kabur kami berdua. Saya menyesal tak rajin mencari tahu seluk beluk persalinan sebelumnya. Dalam bayangan saya, semua persalinan akan berjalan lancar, sebab kakak kandung dan kakak ipar saya yang masing-masing telah memiliki buah hati 4 dan 5 anak itu semuanya lancar-lancar saja. Hamil, kemudian melahirkan normal. Keponakan saya yang 9 orang itu semuanya begitu. Pffuuhh, betapa katronya ya pemikiran itu. Semuanya kan ga bisa digeneralisir, hmmm :)

Penyebabnya apa ya hamil diluar kandungan atau kehamilan ektopik ini? Menurut dokter, bisa saja disebabkan oleh lambatnya sperma, infeksi,atau  efek perokok pasif, selain tentu ketentuan-Nya.

Operasi Laparatomi

Keputusan dokter membuat saya harus menjalani operasi yang disebut laparatomi. Tujuan utamanya, harus mengambil janin yang tidak pada tempatnya dan juga membersihkan darah saluran tuba yang pecah. Gusti, ini benar-benar diluar prediksi. Saat itu, saya yang sebelumnya cukup getol bertanya sana sini lewat chat WA temen-temen yang mungkin pernah mengalami hal sama, memilih untuk pasrah dan menghadapi semuanya dengan ijin-Nya. Semua ketentuan kembali kepada-Mu ya Rabb setelah manusia yang lemah ini berusaha dan berdoa yang terbaik.

Tentu saja, saya juga memikirkan soal dana. Mengingat, operasi itu membutuhkan biaya setidaknya Rp. 8 juta. Saya memiliki asuransi swasta syariah, namun, untuk permasalahan kehamilan apapun, ia tak meng-cover nya. Sementara uang yang kami miliki saat itu hanya tersisa Rp.100 ribu. Maklum, kami baru saja menapaki kehidupan freelancer yang ketika job sedang tidak estafet, tentu saja rekening tidak memiliki aliran dana baru. Dan, kehamilan ini sungguh diluar rencana kami sebagai manusia biasa. Tapi, saya sudah punya plan, saya bilang ke suami untuk menghubungi saudara dan sahabat terbaik demi meminta pertolongan peminjaman dana yang akan kami kembalikan kemudian.

Saat menunggu operasi itulah, saya diuji. Berada di ruang perawatan bersalin dengan kondisi pasien sebelah saya berteriak-teriak sangat kencang, hingga memekakkan telinga, suaranya menyelimuti seluruh ruangan. Ia terus berteriak, “sakit..sakit..mana dokternya..cepat..”, dan itu berlangsung cukup lama, sekitar 1 jam lebih. Saya hanya bisa istighfar dan dalam hati bergumam, mungkin ini jalan yang ditunjukkan Allah kepada saya. Mengenal bermacam-macam kehamilan dengan menyaksikannya langsung.

Saya operasi jam 10 malam. Namun, setiap 2 jam sekali, perawat rutin mengecek kondisi HB saya, darah, kemungkinan alergi obat, dan lain-lain. Entah saya menghabiskan berapa infus, dua pergelangan tangan saya sama-sama dimasuki jarum dan selang. Tak berapa lama, karena kondisi kekurangan darah alias HB saya tidak naik dalam waktu 2 jam kedua, dan malah turun, diputuskan untuk transfusi darah sebanyak 2 kantong. Seingat saya 1 kantong sebelum dan 1 kantong sesudah operasi.

Sebelum tiba jam 10, seorang dokter anestesi datang dan memperkenalkan diri dengan hangat. Ia menjelaskan prosedur pemberian obat bius yang dimulai dari punggung bawah atau di daerah tulang ekor, dan akan berefek kesemutan dari ujung kaki kemudian naik sampai lama kelamaan tak sadarkan diri. Untungnya, berurusan dengan rumah sakit bukanlah hal baru buat saya. Dulu, saya pernah operasi amandel atas permintaan sendiri ke orangtua saat kelas 3 SD, dan saat saya kuliah, saya sibuk menjaga mama opname dan melakukan cuci darah sebelum operasi pembuatan lubang saluran kencing di perut, sebab kanker mulut rahim yang diderita mama sudah menutupinya. Saya jadi ingat almarhumah mama saat itu. Mama tak secuek dan setegar saya. Saya jadi berkesimpulan untuk berurusan dengan rumah sakit, terutama sebagai pasien, mental yang utuh sangatlah diperlukan. Pilihannya hanya dua, pulang dengan kesembuhan atau sebaliknya.

hamil diluar kandungan

Menjelang operasi, sesampai di ruangan, saya pun menjalani prosedur persis seperti yang dokter anestesi katakan. Meski efek obat bius berlangsung perlahan-lahan, saya memilih menutup mata. Saya mengucapkan laa haula wala kuwwata illa billah, asyhadualla ilaha illallahu, wa asyhaduanna muhammadur rasulullah... Tidak ada daya dan kekuatan selain kecuali atas ijin Allah, saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi Muhammad adalah utusan Allah... Kalimat itu saya pilih karena saya tak tahu apakah saya masih diijinkan membuka mata atau tidak. Bismillah.. Saya sempet inget, dokter anestesi membisikkan ke telinga saya saat bagian kaki ke atas sudah mati rasa, “Baca doa ya bu, kayak digigit-gigit kan ya...”, katanya. “Iya dok, kayak digigit-gigit”, angguk saya sambil membayangkan semut angkrang merah besar sedang berjejer di atas perut saya. Kata eyang saya dulu, kalau disuntik atau apa, rasanya kayak digigit semut. Baiklah :) 

Kurang lebih 1 jam menurut suami saya, saya keluar dari ruang operasi. Tubuh saya yang menggigil sempat dikhawatirkannya. Keesokan harinya saat bangun tidur, saya merasa perut saya seakan-akan terpisah dengan badan keseluruhan. Seolah-olah loh ya, persisi seperti orang baru caesar. Butuh perjuangan untuk pertama kali duduk. Dan saat itu juga saya baru tahu dukungan dari temen-temen semasa kuliah, temen-temen jaringan relawan dan komunitas mengalir deras dan telah menyebar di seluruh whats app group yang saya ikuti dan di-share di facebook

hamil diluar kandungan
Dua hadiah yang menjadi penghibur : surat berupa doa cepet sembuh dari pustakawan cilik di rumah baca dan IEP dari relawan rumah baca

Saya sungguh kaget melihat dan menyaksikan ini semua, apalagi saat mereka menggalang donasi sukarela untuk saya. Antara rasa malu dan bersyukur atas solidaritas yang demikian tinggi langsung menyelimuti saya. Benar memang, rezeki tidak melulu uang, lingkaran pertemanan yang baik adalah rezeki yang tidak akan pernah putus. Hanya dalam sehari itulah, rekening saya tiba-tiba berisi 10 juta lebih. Masya Allah... Dukungan secara personal juga memenuhi timeline medsos dan whats app saya. Ya Allah, semua ini skenario-Mu. Uang itu akhirnya cukup untuk membayar semua biaya rumah sakit yang 9,5 juta dan sisanya masih cukup untuk digunakan sampai masa kontrol dua minggu setelahnya.

Begitulah ketika Allah menguji hamba-Nya dan sekaligus mengirimkan berbagai hikmah untuk dipelajari, dan mendatangkan solusi dalam waktu yang singkat. Selepas ini semua, saya disarankan untuk 'kosong' dulu selama waktu 6 bulan untuk kemudian menjalankan program memiliki momongan. Akhirnya, janin yang telah dikeluarkan sebesar telur puyuh kecil itu saya lihat dengan mata kepala saya langsung, dan sudah dikuburkan di kampung halaman suami saya di Sukatani, Kab. Bekasi. Semoga saja ia menjadi tabungan kami di akhirat kelak. 

Saya percaya, ujian akan terus datang bagi hamba-Nya yang menginginkan naik kelas. Ketika kita lulus, Allah pasti telah menyiapkan rencana yang lebih indah dari prediksi nalar kita. Percaya saja, tidak ada sesuatu yang kebetulan~

Terimakasih kepada seluruh teman-teman terbaik yang telah men-support, dan special for my lovely husband atas semuanya, termasuk hadiah puisi ini~

hamil diluar kandungan
Duhai melati
Seberapa besar hasrat dan impianku untuk berjumpa denganmu?
Sebesar (hasrat dan impianmu) itulah aku ada

Duhai perempuan cintaku
Setulus apakah kesungguhanku untuk selalu disampingmu?
Setulus apa yang kau berikan kepada orang-orang yang kau sayangi

Duhai wanita idaman
Sesulit apakah aku menggapaimu di dalam menempuh jalan takdir-NYA?
Sesulit kau memahami kebenaran ini namun kau terus belajar memahami-NYA

Duhai istriku
Sudikah sekiranya puisi ini untuk mengobati hatimu yang gundah serta jiwamu yang resah?
Terimalah jalan takdir-NYA di jalannya para bani adam yaitu berperanlah sebaik-baik umat.
Dan kita berdua sabar di atas kesadaran, bukan atas hawa nafsu belaka.

Duhai istri...Duhai melati...yang hadir di saat ini....dan terkini...mulai saat ini....hingga nanti.... @nanawarsita

Baca Juga : Refleksi Setahun Episode Perjalanan The Jannah Wedding

Prita HW

15 komentar:

  1. Saya juga punya teman yg hamil ektropik seperti mbak, sayangnya berkembang menjadi mola.
    Sehat2 ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasi mbak, aku baru tau, apa tuh mola mbak *searching*. amienn, mbak juga ya:)

      Hapus
    2. mbak, aku kok cari2 kolom komen di ratu de blog dmn ya? *bingung*

      Hapus
  2. mbak pritaaaaaa....
    smoga segera diberi momongan lg sm Allah serta diberikan kelancaran, kesehatan, kemudahan hingga melahirkan. amiiiinnnnn
    salut dg perjuangan serta ketabahan dikau sm suami mbk

    BalasHapus
    Balasan
    1. amien maien mbak, makasi banyak doanya yahhh..alhamdulillah mbak, nurut sama skenario-Nya :)

      Hapus
  3. Wah sy jg sdg cari info2 berbagai jenis kehamilan, termasuk kehamilan ektopik dan kehamilan anggur. Sblmnya 2 teman sy mengalami. Yg 1 bisa terselamatkan, yg 1 lagi harus berpulang. Sedih tapi jg penasaran, kok bs hamil anggur menyebabkan kematian.

    Syukurlah mba prita akhirnya lulus ujian, smg segera sehat dan diberi momongan lagi. Fighting!

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya mbak, bersamaan dgn saya, ada temen kk yg juga mengalami hal yg sama, tp krn kekurangan darah, jadi tdk tertolong.

      Alhamdulillah mbak, diberi kesempatan utk lebih baik lagi..amon amin, makasi doanya :*

      Hapus
  4. Pernah denger beberapa orang teman juga mengalami hal yg sama. Bergidik dengernya. Mba heebaaaat Masya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih supportnya mbak..Yg hebat Gusti Allah mb, sy menjalani :)

      Hapus
  5. semangat ya prita. moga sehat selalu dan segera diberi anugrah buah hati, aamiin

    BalasHapus
  6. Mba Prita, akhirnya saya mampir ke sini. Membaca dengan seksama pengalaman yang baru terjadi, turut berduka ya mba.
    Yakinlah Ia Maha Penyayang lagi Maha Pemberi.
    Tfs, berbagi cerita seperti ini, mampu menguatkan dan ikut menyemangati kaum hawa lainnya :)

    Semoga lekas pulih ya mba...

    BalasHapus
  7. Mbak nggak sendirian
    Aku pun juga mengalami sama persis dengan yg mbak alami
    Semoga Allah selalu melimpahkan kebaikan di setiap langkah kita 😇

    BalasHapus
  8. Terima ksh bnyak mbak sharingnya, saya jg didiagnosa dan bsok insya allah dioprasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum mba resti, Saya juga operasi hamil ektopik 9 januari 2021, mba gimana keadaannya skg udah mulai promil lagi atau kah udah hamil?

      Hapus