Ngobrolin Laskar Pemimpi, Yuk!


Written 8 Okt 2010

Alhamdulillah, BukCin Klub nya TBM@Mall Surabaya Membaca udah memulai aktivitas perdananya. O iya, buat yang belum ngeh, BukCin itu kepanjangan dari buku cinema... Hari ini (Jum, 8 Okt 2010), kita2, siapa lagi kalo bukan Insan Baca Club, ngadain nobar rame2 ke Royal 21, tadinya sih mau nonton Darah Garuda, tapi apa daya, film itu udah nggak ada. Jadilah kita nonton Laskar Pemimpi sebagai gantinya...

Sumpah! Aku bener benar nggak tahu tadinya kalo tuh film ber-genre action comedy, kirain apaan gituh..Gabungan dari Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi (hehhe, biar ketularan larisnya kali yah!).. Ternyata tuh film dibintangi oleh Project Pop yang kocak abis, didukung oleh Shanty, Masayu, Marcel, juga Dwi Sasono.

Film ini bercerita tentang perjuangan rakyat Indonesia untuk survive dan memperjuangkan kemerdekaan yang seutuhnya, yaitu bebas dari para kenil (sebutan untuk londo di film ini) alias Belanda. Lebih khususnya, film ini berkisah tentang perjuangan prajurit Indonesia saat Agresi Militer II pada Desember 1948, yang tak lepas dari peran para pasukan elit yang diperankan oleh Dwi Sasono dan Project Pop.

Meski secara alur, aku juga nggak terlalu nyimak yah, untuk hiburan sekedar melepas penat, film ini masih oke lah... Balutan komedinya cukup bikin terpingkal-pingkal. Apalagi lontaran dialognya yang kental dengan logat dan bahasa Jawa, seperti "Jangkrik!", "Arek gendheng!", dan lain lain. Hm, kalo buat aku pribadi, unsur musikal yang dimasukkan juga jadi selingan yang segar. Lagu-lagu Project Pop yang khas, lucu dan apa adanya, dengan sedikit banyak irama yang asoy...!

Menurutku sih, film ini mencoba menghadirkan sisi lain dari film action, yaitu dengan mencoba dibumbui unsur komedi. Mungkin, biar yang nonton, nggak bosen, dan mau menengok sejarah di masa lalu untuk dijadikan pijakan dan motivasi di masa sekarang. Ini seperti mengingatkan pada kita semua bahwa di masa lampau, para pemuda pemudi begitu antusias berjuang untuk meraih kemerdekaan yang dicita-citakan, sampai rela mengorbankan apapun. Sedangkan, saat ini, banyak pemuda kita yang terlena dengan kemerdekaannya. Padahal, penjajahan yang kita terima di zaman ini justru lebih menantang, bukan lagi fisik, tapi lebih pada 'perang' pemikiran dan nilai-nilai budaya.

Buat saya, meski kurang memberi kesan dan kejutan yang mendalam di akhir cerita (karena terkesan anti klimaks), film ini bagus untuk referensi film sejarah, dan boleh juga digunakan sebagai bahan ajar sejarah di SMA. Belajar sejarah tanpa banyak mengerutkan alis dengan hafalan-hafalan:)
Menurutmu ?

Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar