Oleh Prita Hendriana Wijayanti*
Dimuat di Ruang Publik Metropolis Jawa Pos, Sabtu, 25 Desember 2010
Sejak awal Desember ini, ada sesuatu yang baru pada content koran ini. Jawa Pos dengan lantang menyajikan halaman Jawa Pos For Her. Buat saya, ini bukan sekedar tambahan rubrik, tapi lebih dari itu.
Perempuan memang pantas mendapat perlakuan istimewa. Bukan karena
fisiknya yang cenderung dianggap lebih lemah dari lawan jenisnya, tapi
lebih kepada perannya yang begitu agung. Berasal dari rahim seorang
perempuanlah –yang kemudian disebut ibu– seorang anak dilahirkan di
dunia ini. Setelah itu, bisa dipastikan karakter seorang anak akan
sangat ditentukan oleh model pendidikan dan input pengetahuan sang ibu.
Bisa dikatakan, ibu adalah sumber informasi yang utama bagi seorang
anak. Atau bisa disebut ‘perpustakaan’ hidup yang mengandung segala
sumber jawaban dari keingintahuan buah hatinya akan sesuatu hal.
Mengapa ibu? Bukan ayah? Sebab hubungan psikologis ibu dalam
menjalankan perannya lebih besar jika dibandingkan ayah. Dan bahkan, hal
ini telah berlangsung sejak sang ibu mengandung. Dengan demikian,
menjadi hal yang esensial bagi seorang ibu untuk terus memperkaya diri
dengan pengetahuan dan wawasan baru yang akan memperluas cakrawala
berpikirnya. Kanalisasi dari itu semua, tak lain tak bukan adalah dengan
membaca. Membaca apapun. Melahap bacaan parenting, bacaan mengolah
makanan sehat untuk keluarga, tips-tips seputar dunia rumah tangga. Atau
yang lebih luas, bacaan tentang bagaimana peran dan kedudukan perempuan
masa kini, yang bisa sukses di lingkup domestik maupun publik.
Dengan membaca, secara tidak langsung ibu akan menularkan virus gemar
membaca kepada anaknya sejak usia dini. Dari sinilah, awal pendidikan
keluarga dimulai. Anak akan cenderung mengikuti perilaku orang tuanya.
Sang ibu pun dapat melibatkan anak dalam aktivitasnya menggemari
bacaan-bacaan bergizi. Misalnya, dengan pergi ke toko buku bersama,
mengarahkan anak untuk memilih buku-buku bacaannya, dan sesekali juga
berkunjung ke perpustakaan terdekat. Seorang ibu juga bisa menambahkan
aktivitas mendongeng sebelum tidur, atau membacakan cerita pilihan di
saat senggang. Bahkan, ketika anak belum bisa membaca alfabet pun, ia
dapat berinteraksi melalui gambar-gambar penuh warna.
Disadari atau tidak, sebenarnya seorang ibu selalu melakukan
aktivitas bersama-sama dengan anaknya. Baik saat menggendong, merapikan
baju dan mainan, menyuapi, menemani belajar, dan sebagainya. Bila sang
ibu cermat, banyaknya aktivitas bersama tadi bisa digunakan sebagai
media untuk menyisipkan pesan-pesan positif, dongeng, cuplikan cerita,
dan lain lain. Jika ini berlangsung terus menerus, anak akan mengalami
perkembangan motorik, sosial, dan kognitif yang pesat. Dan inilah yang
akan menjadi pondasi mindset-nya ketika dewasa kelak.
![]() |
Membacakan cerita bisa jadi aktivitas bersama |
Masih dalam momentum hari ibu, saatnya para ibu untuk berefleksi dan
berusaha meningkatkan kapasitasnya sebagai seorang ibu yang kreatif,
inovatif, dan pro aktif. Bukan hanya karir profesional saja yang
menuntut kita untuk meningkatkan kompetensi, tetapi juga profesi sebagai
seorang ibu. Pemahaman bahwa keluarga lah pilar utama pembentukan
generasi selanjutnya sudah sepatutnya kita pegang teguh.
Ibu yang kreatif, inovatif, dan pro aktif tadi bisa jadi merupakan
jelmaan ibu yang multi talented atau berbakat dalam banyak hal. Selain
fasih mengolah aneka bahan dapur menjadi makanan sehat dan lezat sajian
keluarga, seorang ibu juga dituntut tangkas menyelesaikan segala urusan
kerumah tanggaan, meski dibantu oleh asisten rumah tangga sekalipun.
Nah, di atas itu semua, seorang ibu yang multi talented akan sangat
memperhatikan seluk beluk tumbuh kembang buah hatinya. Kreatif dan
inovatif bisa diterapkan ketika sang ibu memiliki pola pikir bahwa
pendidikan anak tidak selesai pada bangku sekolah saja. Justru
sebaliknya, sekolah berasal dari rumah. Dengan alat-alat sederhana atau
barang bekas sekalipun, sang ibu bisa berkreasi menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan (fun learning) yang membantu putra putrinya dalam
belajar dan meningkatkan daya nalarnya.
Atau paling tidak, sang ibu
harus siap membekali dirinya dengan banyak pengetahuan, bahkan yang
sedang tren seperti facebook atau twitter. Karena tentu saja, perubahan
zaman yang begitu dinamis menuntut para orang tua, khususnya ibu, untuk
siap meladeni berbagai pertanyaan nyeleneh si anak. Ya, inilah saatnya
untuk beraktualisasi diri.
Rasanya, ‘kampanye’ Jawa Pos For Her juga bisa menjadi penyemangat
bagi para perempuan (calon ibu maupun para ibu) untuk terus menambah
wawasan dengan membaca. Mengutip apa yang dikatakan Charles Malik,
seorang filsuf dan diplomat, “cara tercepat mengubah masyarakat adalah
dengan menggerakkan perempuan sedunia…”. Tidak ada kata terlambat untuk
melakukannya dari sekarang, dan mari bayangkan generasi penerus yang
begitu hebat di tahun-tahun mendatang. Selamat Hari Ibu.
*) Koordinator Insan Baca
*) Koordinator Insan Baca
Baca juga di Insan Baca.
artikel ini, keren banget
BalasHapusWah, makasih banget udah mampir2 baca mas, virusnya boleh ditularin, hehe
Hapus