Beragam Aksi Peringati Hari Lingkungan Hidup



Salut untuk peringatan hari LH yg udah dilakukan temen2 GSM Raflessia dengan konvoi sepedanya, temen2 Jambi dengan isu 'Stop Eksploitasi Hutan !'-nya, temen2 Jakarta dengan release 'Jadikan Jakarta Ramah dan Manusiawi bagi Semua', temen2 Salam Sumbar dengan 'Lomba Mewarnai tingkat TK-se Padang'-nya, juga temen2 Sulteng dengan 'Safari Lingkungan ke Sekolah'-nya.

Juga temen2 lain yg sudah beraksi lokal di daerah masing2...yang sudah mencoba membuka ruang sadar publik akan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup yang sudah semakin rapuh ini.

Dan kita di Walhi Jatim juga ingin berbagi dalam peringatan hari LH yang udah kita lakukan dan sedang berlangsung hingga akhir Juni ke depan. Dalam rangkaian LIFE (Literacy of Environment) 2008 yang berlangsung sejak 5-22 Juni ini, kita mengusung tema 'Be Awareness with Ur LIFEstyle !'. LIFE ini merupakan agenda rutin tahunan untuk memperingati hari LH di Jatim. Tapi kita memperingatinya bukan sebagai ritual sehari, tetapi bulan LH. LIFE kali ini merupakan penyelenggaraan tahun kedua. Konsep yang diusung adalah me-literasi informasi lingkungan kepada publik, khususnya di wilayah perkotaan, yaitu Surabaya. Kalau tahun sebelumnya, kita (Walhi Jatim didukung Kedai Baca Walhi Jatim & GSE) bekerjasama dengan Perpustakaan Unair dengan menggelar festival selama seminggu, tahun ini kita menggelar beragam acara roadshow dengan dukungan banyak pihak.

Untuk acara kemarin, 5-6 Juni, kita membuka gaung hari LH di Perpust.Unair dengan menggelar Pameran Foto dan Literasi 'Potret Wilayah Krisis Ind.'. Disitu kita menampilkan beragam foto potret krisis yang kita alami, seperti 'icon' wisata lumpur LAPINDO Jawa Timur, kualitas buruk Kali Brantas yang dijadikan sumber air PDAM di Sby, tambang Freeport yang menganga,juga 'legal' logging yg banyak terjadi di banyak tempat. Semua foto tersebut adalah hasil karya Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL) yang kita gandeng dalam pameran foto selama hari LH ini. 

Dan pameran literasi terdiri dari resensi literatur pilihan koleksi Kedai Baca Walhi Jatim seperti buku 'Tersandung Benih Dipatenkan' yang memotret persoalan yang dihadapi Pak Tukirin-petani Nganjuk yg beberapa waktu lalu dirangkum profilnya dalam program 'Oasis' Metro TV-yg melakukan persilangan jagung hibrida, disandingkan dengan kasus petani AS dalam melawan Monsanto, perusahaan yang bergerak dalam bidang bioteknologi pertanian, sampai pada buku-buku terbaru, seperti 'Bersahabat dengan Ancaman (untuk anak usia SD), Lapindo : Tragedi Kemanusiaan dan Ekologi', serta 'Taen Hine-mencari tahu : Investigasi Daya Rusak Pertambangan', dan juga ragam buku yg lain. Informasi mengenai persoalan krisis energi menjadi fokus pernyataan sikap Walhi Jatim dalam press release hari LH. (Baca lebih lanjut dalam file attachment)

Di siang harinya, masih di tanggal 5 Juni, kita menggelar diskusi dengan tema 'Jawab Krisis dengan Potensi Lokal-Social Entrepreneur Wanted !'. Diskusi ini berlangsung cukup seru, dihadiri sekitar 25 orang, para peserta sangat antusias mendengar kisah berbagi Cak Met dari Komunitas Brenjonk, Trawas, Mojokerto yang sukses dengan bertaman sayur organik nya, "dari lahan sampai ke atas piring", yang di tahun 2007 membawa dirinya menjadi Fellow Ashoka. Cak Met ini juga merupakan anggota Walhi Jatim dari organisasi Peduli Indonesia yg juga bermukim di Mojokerto. 

Dia pun menjawab berbagai pertanyaan peserta yg kebanyakan mahasiswa. Mulai dari penerapan di Surabaya dengan minimnya lahan dibanding di pedesaan, sepak terjang Komunitas Brenjonk pada awal2 perjuangannya, hingga keinginan beberapa kawan yang ingin menularkan informasi dan mengaplikasikan hal yang sama di kampung halamannya. Yang menarik, masih kata Cak Met, "Ganti aja tanaman hias di kos-kosan atau rumah dengan sayur organik, pupuknya bisa dari macem2, sisa2 makanan,dsb. Kalo gelombang cinta kan ga bisa ditumis ?" (hehehe..bener juga kan ?). Foto2 komunitas yg dipamerkannya juga tak kalah menarik seperti halnya brokoli yg bisa tumbuh di polyback. 

Diskusi pun ditutup dengan tambahan paparan dari Mas Ipul, mantan Direktur Walhi Jatim periode lalu yg saat ini mensupport Walhi Institute. "Social Entrepreneur adalah menggali ide2 inovasi sosial yg berangkat dari sikap kritis akan masalah di sekitar kita, dan saya sepakat dengan Cak Met, bahwa uang adalah konsekuensi dan dampak dari inovasi itu. Karena uang itu dicari dengan hati," begitu ungkap mas Ipul. 

Tak lupa, saya sebagai fasilitator saat itu juga mengambil benang merah dari diskusi yang berlangsung kurang lebih dua jam itu, bahwa salah satu strategi baru dalam menjawab krisis bisa dilakukan dengan mengembangkan social entrepreneur sehingga kita bisa membangun kemandirian di tingkat komunitas lokal, bahasa saya saat itu, "Lama2 kita bisa bikin pemerintah memble, bikin kebijakan apapun, udah ga mempan lagi, karena kita udah ga terlalu tergantung dengan mereka...Dan inilah tantangan buat temen2 semua sebagai intelektual kampus."   

Usai di Perpust. Unair, 9-10 Juni yang lalu, kita melanjutkan roadshow LIFE ke Perpustakaan ITS. Dengan pengetahuan yang minim soal sikon kampus (karena kebanyakan kita dari Unair) plus ketidak tahuan kita bahwa di hari yang sama, hampir semua mahasiswa ITS sedang melaksanakan UAS. Berbekal resensi literatur dan wajah buku yang ditata rapi menggunakan pembatas buku dari triplek milik Kedai Baca, pameran literasi bisa juga tampil maksimal.

Hari pertama, lumayan, banyak juga mahasiswa yang sekedar lirik-lirik tanda tertarik, melongok untuk membaca resensi, bahkan ada yang sempat tanya-tanya sekedar berdiskusi kecil. Ada juga yang membeli buku, mendaftar jadi member Kedai Baca, dan daftar Sahabat Walhi ! Di hari kedua, rencananya kita akan mengadakan diskusi dengan tema yang sama seperti di Unair, juga diselingi nonton film bareng. 

Memang the show must go on, meski yang nonton awalnya cuma saya dan empat rekan panitia, satu undangan dari Pecinta LH Siklus ITS, akhirnya banyak juga pengunjung perpustakaan yang ikutan nimbrung, sekitar 7-8 orang tambahan. Saat itu, kami memutar film The Turtle World, Kisah PertambanganPT.INCO di Sulawesi Selatan, juga Tambak Sidoarjo : Dari Kegagalan Menuju Tambak Organik. Setelah nonton film, kita sempat adakan diskusi singkat. Dan dua orang teman dari Siklus bergabung menjadi Sahabat Walhi.

Roadshow berlanjut, South to South Film Festival (StoS) yang kita gelar mampir di Kampoeng Ilmu, Jl.Semarang 55, yang merupakan lahan relokasi PKL buku bekas. Wah, banyak banget cobaan kali ini. Saya sendiri datang jam 11.30 untuk setting venue, tapi ternyata penghuni Kampoeng Ilmu masih banyak yang kelelahan, maklum tempat mereka ini masih belum layak sehingga kondisi ini membuat mereka harus kerja bakti membersihkan tempat tersebut hampir setiap hari. 

Setelah dhuhur, tiba2 cuaca terang berubah mendung dan hujan ! Benar-benar perubahan iklim nih, menurut teori kan bulan ini termasuk bulan kering yaw ? Hmmh, akhirnya hujan baru selesai menjelang maghrib dan kita langsung setting tempat. Tiba-tiba lampu mati dan saat scara akan dimulai, mendadak hujan lagi. Wah, untung para penghuninya sangat guyub dan cekatan, sehingga masalah2 tadi dapat teratasi, dan kita pun nonton film The Turtle World(lagi!) dan Hari Esok yang Menghilang. Peserta yang terdiri dari 20 orang dari kawan mahasiswa dan warga cukup antusias.

O ya lupa,..selama di Perpust.Unair dan Perpust.ITS, kita dibantu oleh satu sawa gress paling setia yang baru aja daftar di Perpust.Unair. Charles namanya, sangat total membantu kita tuh...makasih ya!

Senin-Jumat, 16-20 Juni besok, LIFE masih akan berlanjut menyapa student IALF (Ind.Aus.Language Foundation) lewat pameran foto & literasi, film screening (baca:nonton film), juga night conversation. Semuanya untuk mengasah kepekaan student IALF pada persoalan lingkungan. Di night conversation yang akan digelar 17 Juni, pk.17.00, kita minta kawan jaringan dari Komunitas Anak Seribu Pulau, Blora-Jateng untuk berbagi cerita tentang apa yang sudah dilakukan dalam gerakan lingkungan kekiniannya. Kebetulan kawan kita satu ini baru pulang dari Aussie 1 bulan yang lalu untuk menggarap event jaringan internasionalnya. Dan kebetulan sekali student IALF sangat haus akan semua hal yang berbau Aussie! Awalnya, mereka minta kita mengundang bule, akhirnya kita tawarkan bule lokal deh !(hehehe...)

Masih dalam rangkaian LIFE, khususnya StoS, 21 Juni mendatang kita juga bakal berkunjung ke Kampung Lakar Santri di perbatasan Sby-Gresik, bekerjasama dengan Karang Taruna-nya. Dan, tiba juga malam puncaknya !Minggu, 22 Juni kita bakal menggelar malam final eco fashion competition yang pendaftarannya sudah dibuka sejak Mei yang lalu. Eco fashion competition merupakan kerja bareng Bunka School of Fashion, yang pemiliknya sangat terobsesi membuat eco fashion lebih dikenal.

Tema kompetisi kali ini adalah 'Art of Recycling', mengolah sampah berbahan plastik apapun menjadi baju. Di malam penutupan rangkaian LIFE juga, kita akan muter film StoS lagi, kerja bareng dengan UKM Sinematografi Unair yang terdiri dari para film maker yang cukup handal. Meski mereka masih berstatus mahasiswa, beberapa dari mereka sudah banyak memproduksi film2 independen, dan bahkan sudah ada yang menag award. Nah, makanya, kita perkenalkan juga ke mereka ragam film dokumenter lingkungan. Kalau memungkinkan, kita juga akan mendatangkan film maker dari Walhi Eknas-Gekko untuk juga berbagi pengalamannya. Malam penutupan nanti juga akan menampilkan performance musik akustik.

Kita akan lihat bareng, siapa yah kira2 yang bakal dapet beasiswa dari Bunka School of Fashion senilai @Rp.13,5 jt (juara 1,2,3) dan @Rp.9 jt (juara har 1.2.3) ?

Akhirnya, dengan sedikit terengah-engah, di tengah masa transisi ED Jatim, semoga LIFE 2008 kali ini akan menjadi kesan yang tak terlupakan. Bagi penyelenggara, juga bagi publik yang telah berupaya mencari informasi untuk meliterasi diri. Ke depan, sepertinya ini akan jadi embrio kelahiran Sahabat Walhi yang lebih solid, dengan 5-10 orang pelopor. Kita tunggu saja.
ditulis 14 Juni 2008

Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar