Resolusi 2018, Menjadi Seorang Ibu Seutuhnya





“Buat apa bikin resolusi, nanti malah terbebani!”
“Mengalir sajalah hidup, biar bisa menikmati.”
“Bikin resolusi itu wajib, biar punya target dan tantangan tersendiri…”


Mana dari pernyataan di atas yang paling mewakili kita? Tiap orang pasti berbeda, karena tentu saja tipe dan latar belakangnya berbeda. Dan memang, urusan membuat resolusi ini bukan suatu kewajiban, tapi pilihan sikap. Ada yang lebih tertantang bila semua ditetapkan sebagai rencana. Saya termasuk orang yang suka menulis segala macam to do list dan rajin men-check list apa yang sudah terlaksana. Alasannya sederhana, otak saya tak cukup menyimpan semua memori. Maka, saya butuh alat bantu.

2017 yang hampir saja kita tutup ini adalah tahun yang penuh rasa syukur dan pembelajaran bagi saya dan suami tercinta. Allah memberikan kepercayaan berupa janin yang dititipkan di rahim saya. Banyak juga orang yang skeptis pada awalnya, tak terkecuali diri saya sendiri. Benarkah saya bisa hamil? Sebab di pernikahan pertama yang berjalan 4 tahun dulu, saya tak pernah positif hamil. Dan, di pernikahan kedua yang dimulai 2015 lalu, delapan bulan berselang, saya sempat hamil tak terduga, di luar kandungan.




Jadi, ketika saya mendapati 2 strip saat test pack suatu pagi di awal Mei 2017, rasanya hampir tak percaya. Saya hamil? Beneran? Ternyata bisa ya tanpa program hamil khusus, liburan yang disengaja, dan sebagainya? Satu pelajaran saya catat, jangan pernah meragukan kehendak-Nya.




Ini bisa jadi pertanyaan klise, tapi penting. Kalau kata orang bijak kan, gagal merencanakan berarti merencanakan gagal. Wah, jangan sampe! Prinsip saya sih, merencanakan yang terbaik dan serahkan hasilnya pada Allah semata. Tak ada hasil yang mengkhianati usaha, begitupun Dia, tak akan diam melihat hamba-Nya berusaha semampu yang ia bisa.

Persiapan saya tak muluk-muluk, tapi menjalaninya lebih susah daripada mengatakannya :

  •  Mental dan iman

Soal mental dan iman ini memang bekal utama untuk bisa kokoh dalam situasi apapun. Nah, tahun 2017 kemaren saya masih agak labil. Dikit-dikit, bisa baper mendadak, tiba-tiba bisa ketawa ketiwi. Ujungnya selalu diingatkan suami untuk menguasai suasana hati sebagai perjalanan proses ‘rasa’. Entahlah, mungkin bawaan hormon bumil juga kali ya. Tapi, bukan berarti setelah ini jadi bebas baper. Katanya kan ada yang namanya fase post partum syndrome atau new mom blues ya? Saya tak ingin terlalu larut dalam fase-fase semacam itu.


  • Memahami diri sendiri dan pasangan


Ini juga penting. Biar saya tak terlampau egois dan terkesan apa-apa harus menurut cara saya. Bagaimanapun, mengarungi kehidupan rumah tangga adalah buah pikir dari dua orang. Sepertinya menata lagi dengan melihat awal-awal perjuangan bagaimana saya dan suami dipertemukan, hingga hari ini menjalani hari-hari nikmatnya hijrah di kampung halaman saya di Jember akan membantu diri ini lebih menghargai proses. 




Terlebih, tidak melulu melihat kekurangan pasangan, tapi fokus pada kelebihan dan kebaikan yang sudah dia lakukan untuk kita. Kalau di cerita-cerita saya sebelumnya, seolah-olah saya dan suami rukun terus ya, haha, life is never flat, kan? Kadang ribut-ribut kecil macam perbedaan pemaknaan bahasa (saya asli Jawa, dan dia asli Sunda-Bekasi) juga bikin senewen. Misalnya, saat saya nitip belanjaan kecambah untuk pelengkap mie kopyok, saya sudah yakin dia tahu maksud saya. Eh, pulang-pulang yang dibawa kecambah kecil untuk pelengkap sambal rawon. Katanya kalau yang agak panjang untuk mie atau soto itu, namanya tauge :) Lah, di tempat saya kan ga ada orang menyebut tauge, haha. Ya, seremeh itu.
  

  • Manajemen waktu


Soal waktu juga patut saya persiapkan. Saya masih tak punya bayangan akan seperti apa ritme saya dan suami yang biasa bekerja bersama sebagai partner dengan kehadiran buah hati kami nanti. Apakah ada yang berubah? Ataukah ada SDM yang harus ditambah untuk membantu meringankan pekerjaan teknis?




Entahlah, yang terpenting adalah adaptif dengan situasi dan tetap memiliki skala prioritas. Mengingat, manajemen waktu ini akan sangat berpengaruh pada cashflow kami sebagai pekerja lepas di dunia blogging dan fotografi, dan juga pelaku usaha rintisan di bidang pembuatan merchandise.


  • Kesehatan


Siapapun pasti setuju kalau kesehatan akan menjadi mahal harganya ketika kita berada dalam kondisi drop. Dan, demi apapun , saya tak ingin mengalaminya. Apalah artinya semua kesibukan ketika secara jasmani dan rohani tak mendukung. Pasti semuanya akan terasa hampa. Terlebih tahun depan ini, saya akan menjadi seorang ibu. Kesehatan pasti yang utama, karena ada tanggung jawab seorang anak yang juga perlu perhatian ekstra. 





 
Menjadi seorang ibu seutuhnya tentu merupakan cita-cita tertinggi saya dan mungkin juga sebagian besar para perempuan lain di dunia. Tak lengkap rasanya menjadi seorang perempuan bila belum menyandang status ibu.

Seperti yang saya bilang, saya masih amazed. Ternyata kesempatan ini akan segera datang juga.

Menjadi seorang ibu apalagi ibu yang ‘utuh’ pastinya tak mudah. Ada banyak tantangan yang harus dilewati satu persatu hingga kita merasakan manisnya menjadi seorang ibu. Di 2018 nanti, saya menetapkan resolusi untuk benar-benar fokus pada ‘profesi’ baru ini. Saya breakdown menjadi :


  • Birth plan dengan gentle birth method




Berhubung HPL saya masih jatuh pada 11 Januari nanti, jadinya birth plan juga bagian dari resolusi 2018 :) Sudah sejak awal kehamilan, saya hunting tentang info gentle birth di Jember. Alhamdulillah, kemudian saya bertemu dengan bidan kekinian yang menerapkan gentle birth support. Gentle birth ini adalah sebuah metode untuk persalinan nyaman, minim nyeri, dan minim trauma.

Dan jelas semuanya tidak bisa didapat dengan instan. Sejak usia kehamilan 20 minggu, saya sudah ‘memaksa’ diri untuk mengikuti berbagai kelas kehamilan seperti senam hamil, prenatal yoga, membaca buku-buku panduannya, dan terakhir, mengikuti kelas childbirth education bersama suami. Saya percaya knowledge is power dan semuanya sudah tersedia di sekitar kita. Mohon doanya ya!


  • Memberikan ASI eksklusif 6 bulan hingga 2 tahun


Apakah setelah melahirkan, perjuangan seorang ibu selesai? Ternyata tidak. Saya masih harus belajar supaya bisa memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan hingga tuntas 2 tahun seperti dalam anjuran Al-Qur’an. Meski membayangkannya saja saya masih simpang siur, tapi ini sudah saya canangkan sebagai tekad yang kuat. Apapun yang terjadi, saya harus bisa be a happy mom supaya ASI lancar dan minim drama.


  • Mempelajari masa tumbuh kembang anak dengan maksimal


Dan, peran ibu yang juga tak kalah penting adalah memberdayakan diri dengan pengetahuan tumbuh kembang anak. Sebagai seorang ibu yang bekerja lepas, saya berniat menemani masa golden age si kecil nantinya. Dari mulai bayi hingga tiba masanya masuk sekolah nanti :)

Terus terang saya penasaran menerapkan teori-teori dari buku yang saya baca, apalagi kalau dulu seringnya bermain-main dengan anak-anak di urusan komunitas. Makanya, jadi penasaran kalau praktek ke anak sendiri, gimana ya rasanya? Untuk ini juga, saya bergabung dengan komunitas ibu-ibu yang positif di Whats App Group yang rutin mengadakan WA minar setiap minggu dengan tema-tema yang bermanfaat. Ini juga untuk menghidupkan api semangat.


  • Bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuk suami




Menjadi seorang ibu, bukan berarti mengenyampingkan peran istri. Pengennya sih seimbang. Meski suami juga sudah diminta kompromi sejak awal :) Tapi rasanya memang harus ada yang berubah nantinya. Terutama soal ritme aktivitas. Kami tak bisa lagi begadang semalaman lalu bangun agak siang dan berakhir dengan brunch (breakfast n’ lunch). Saya ingin konsisten bangun lebih pagi sebelum Subuh, dan menyiapkan sarapan setiap pagi, meski sederhana.  


  • Menerapkan jam kerja produktif dan jam istirahat


Meski bekerja lepas dari rumah, yang perlu digarisbawahi adalah memiliki jam kerja yang jelas. Saya merasakan betul jam kerja sedikit awut-awutan hanya karena menunda sesuatu lalu mengerjakannya dobel di waktu yang lain. Apalagi selain urusan online, saya dan suami juga kerap melakukan urusan offline di usaha yang sedang kami rintis. Tahun depan, harus lebih tegas menerapkan jam produktif di saat pagi sampai siang yang fresh, memberlakukan jam istirahat, dan berhenti saat malam menjelang untuk tidur lebih awal. Apalagi kali ini ada kehadiran keluarga baru :)


  • Menjaga kesehatan lebih ekstra dan disiplin




Saya dan suami bertekad untuk lebih sehat tahun depan, paling ga, misalkan sakit jangan kelamaan. Namanya manusia pasti ada masa sehat dan masa sakit, tapi gimana caranya kita bisa meminimalisir masa sakit itu untuk cepat kembali pulih seperti sedia kala.

Beberapa yang kami canangkan bersama : tidak mengerjakan pekerjaan dengan begadang, bangun lebih pagi, banyak minum air putih, istirahat cukup, makan dengan porsi seimbang, dan juga sedia vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan seperti Theragran-M yang sudah saya kenal sekitar setahun lalu.

Kenapa vitamin tetap penting untuk dikonsumsi? Ya, karena saat ini kebutuhan vitamin lengkap seperti yang tercantum dalam komposisi Theragran-M ini tak bisa kita penuhi hanya dari makanan. Seperti yang kita tahu, makanan sekarang pun banyak juga yang memakai bahan pengawet, pemanis buatan, dan tentu semuanya bukanlah bahan makanan organik. Jadi, ga ada salahnya kan berjaga-jaga dengan menambah asupan yang lengkap lewat vitamin? Istilahnya, kita jadi bisa punya tameng yang dobel :)




Yang saya suka dari Theragran-M adalah kemasannya yang simpel, praktis dibawa kemana-mana, dan juga setiap tabletnya berupa salut gula yang bikin manis dan ga eneg. Dan, jangan kuatir, sudah ada sertifikai halal dari MUI di kemasan depannya, jadi sudah pasti aman.

Dengan seabrek aktivitas sebagai seorang ibu yang berusaha menjadi ibu seutuhnya, saya yakin bantuan vitamin seperti Theragran-M ini bisa mendukung saya mencapai resolusi 2018. Bisa diminum berdua dengan suami pula, karena yang bertransformasi jadi orangtua baru kan bukan hanya ibunya, tapi juga ayahnya :)

Nah, itulah resolusi 2018 ala saya, temen-temen punya resolusi apa nih di tahun depan? Boleh share di kolom komen ya!



Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Theragran-M



Salam Dunia Gairah,
  



Prita HW

41 komentar:

  1. Mantap, resolusi itu berarti solusi sebelumnya g berhasil..smg dimudahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminn, iya bener ya (re) solusi, hehe. Makasi, Ham udh mampir 😊

      Hapus
  2. Selamat yaa mba Prita, semoga lancar sampai lahiran nanti, Ibu & bayinya sehat ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mb Dina, makasiii. Semoga resolusi mb Dina juga tercapai ya 😘

      Hapus
  3. Semoga sukses dan semakin berkah rumah tangganya sampe akherat..keberkahan itu hny akan diperoleh jika Islam dijadikan sbg the way of life..:)

    BalasHapus
  4. Semoga satu persatu resolusinya tercapai ya, Teh Prita..
    Selalu dimudahkan segala urusannya, terus produktif berbagi dan menginspirasi lewat blog ini..aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amien Andi. Insyaallah semoga tetep eksis ngeblog dan berbagi cerita yaaa. Makasihh

      Hapus
  5. Dulu suka forsir tersebut agar sampe begadang2 kalo sekarang demi si buah hati mbokya manajemen waktunya ditata biar sehat semuanya ��☕

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, siap ommmm. Insyaallah tertib sekarang 😄

      Hapus
  6. Amin! Fokusnya lebih kepada tumbuh kembang anak dan persiapan sebagai ibu... :D semoga semua lancar ya mbak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Vin, ini yg pertama, yg lain insyaallah mengikuti. Kamu juga ya Vin, lancar2 semuanya tahun 2018 ini 😘

      Hapus
  7. Mama saya pernah bilang, "Banyak perempuan yang bisa melahirkan, namun sedikit yg bisa menjadi ibu yang baik."

    Semoga bisa jadi ibu dan istri yang baik ya mbak.
    Tuhan berkati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah bang, jleb tuh kata2 mamanya.. Makasih ya bang, GBU too

      Hapus
  8. Hehehehe... kalu kebanyakan (bagi para single) resolusi tahun 2018 nya adalah 'Menikah'. Maka mbak prita udah mau jadi ibu. Selamat ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, harus itu buat para single. Ditunggu lah undangannya ya mbakk, hehe.

      Hapus
  9. Wah jadi mom blogger ntar lagi nih, semoga anaknya ketularan blogging juga yah mbak

    BalasHapus
  10. Resolusi yang sangat mulia dari seorang ibu hamil. Insya Allah segalanya berjalan baik dan semua resolusi di atas tergapai ya Mbak Prita. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah mb Evii, terimakasih ya mbak, amien amien. Smg next bisa ngetrip bareng debay, amienn

      Hapus
  11. Resolusi menjadi ibu 2018, semoga lahirnya lancar dan diberikan kesehatan keduanya serta bapaknya juga aminnn

    BalasHapus
  12. Sehat2 terus mbk prita. Nanti kalo dedenya lahir tetep kompak yaaa kitanya. Kita aja ang kerumahnya sampean kalo :)

    BalasHapus
  13. Selamat Mbak Prita. Nggak sabar lihat dedek bayi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon doanya ya, sedikit lagi insyaallah 😇

      Hapus
  14. Semoga sehat terus sampai lahiran mbak

    BalasHapus
  15. Saya gak pernah bikin resolusi. Biarin aja deh berjalan mengalir aja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini nih yg beda, hehe. Gpp mb, karena tipe org kan beda2 ya. Semoga mengalirnya lancar ya mbakk

      Hapus
  16. Alhamdulillah ikut senang bacanya, Mba Prita. Penantian yang panjang juga ya untuk bisa diamanahkan jadi ibu. Semua karena memang sekaranglah waktunya ya. Moga disehatkan selalu hingga mengurus adek bayi nanti ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mb, makanya unforgettable moment 😇 amien amien, makasi mbak

      Hapus
  17. tauge dan kecambah itu lucu deh. Saya dan suami juga beda suku.
    Saya merasa tulisan ini murni banget dan terencana dari seseorang yang mempersiapkan diri menjadi ibu. Alhamdulillah ya mbak :)
    Sehat-sehatlah selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mb, lucu sekaligus geregetan pas kejadiannya, wkwk. amien amien, thanks mb 😘

      Hapus
  18. Jadi ingat teman yang single parent; dia menjadi ibu sekaligus teman bagi anaknya. Keren dah :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi inget ungkapan gini nih mas, kl bapak blm tentu bisa jadi ibu, tapi kl ibu bisa jadi bapak 😅 hehe

      Hapus
  19. Wah,hamil ya mbak... selamat ya... semoga sehat selalu hingga melahirkan nanti. Semoga resolusinya juga sukses amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. mb Eniiii, lama ge ketemu ih! Iya mb, alhamd dikasi amanah. Amien Allahumma amien mak 😘

      Hapus
  20. Aamiiin mbak Prita.
    Iya, resolusi itu benarbenar bagai pelecut. Tempatkan di beberapa titik yang kerap terlihat oleh kita. Niscaya bagai dicerewetin emak deh.... hehehehe

    BalasHapus
  21. semoga resolusinya tercapai semua yaa mba. vitamin tambahan emang dibutuhkan biar badan jadi fit terus

    BalasHapus
  22. wah banyak juga ya resolusinya, semoga terlaksa ya..hehehe

    BalasHapus
  23. Berbeda dengan yang lain. Enak bener bacanya

    BalasHapus