Mengenal Sejarah Batik di Museum Batik Pekalongan

Apa yang kau bayangkan saat mendengar kata Pekalongan?

Kota Batik.

Ya, itu lazimnya. Citra ini memang sudah melekat erat dan sudah jadi rahasia umum, termasuk saya. Lirik lagu Slank terus terngiang "kota batik di Pekalongan, bukan Jogja, bukan Solo...". Apalagi pas saya sampai stasiun dan berleha-leha di musholla di sudut luar, sepasang suami istri asal Surabaya bercerita kalau mereka pertama kali ke Pekalongan, dan berniat khusus untuk melihat-lihat batik Pekalongan. Hm, tak salah memang.

Di awal hari sebelum registrasi untuk Amazing Petung National Explore (APNE) 2017, lagi-lagi petualangan dibuka dengan kunjungan ke Museum Batik yang terletak di Jl. Jatayu No. 1. Kawan-kawan Blogger Pekalongan sibuk menyiapkan angkot untuk kami sewa sebagai transportasi dari stasiun menuju Jatayu. Cukup murah. Cuma Rp. 30 ribu saja untuk seangkot berisi kami, 9 orang beserta tas yang ukurannya lumayan besar-besar.

Memandangi gedung yang ditahbiskan sebagai museum batik yang memiliki peran penting dalam perolehan sertifikat pengakuan Unesco atas Batik Indonesia, saya sudah merasakan aura tersendiri. Bangunan kuno yang penuh memori, juga prestasi. Dulunya, ternyata gedung ini adalah tempat penyimpanan uang di jaman Belanda yang sekarang sudah beralih fungsi.

Pemandu museum akan membawa pengunjung menuju tiga ruang pamer, selain ruang audio visual yang digunakan untuk menonton film dokumenter sejarah batik.

Pemandu yang menjelaskan sejarah dan seluk beluk batik

Ruang pertama, saya dan teman-teman lainnya dibawa untuk melihat beragam jenis kain yang menjadi aplikasi membatik, jenis canting, juga jenis pewarna alami dan buatan. Beranjak ke tengah, mata langsung membelalak reflek saat melihat aneka kain batik nan indah. Ada batik cinderella yang terpengaruh motif Indo Eropa, batik encim yang terpengaruh budaya Tionghoa, batik rifa'iyah yang tidak memuat makhluk hidup secara utuh sesuai syari'ah Islam, batik Dewi Lanjar yang merupakan ikon penguasa pantai utara, dan masih banyak lagi. Total ada lebih dari 1200 batik yang mengandung nilai seni, budaya, dan sejarah.





Jenis batik yang dipamerkan selalu berubah karena ada repository atau penyimpanan untuk diganti koleksi yang lain lagi.



Di ruang kedua, pengunjung dibawa menuju ruang koleksi batik di seluruh Indonesia. Sejak batik diakui sebagai warisan budaya oleh Unesco, tiap daerah di Indonesia berlomba-lomba menciptakan motif batik yang khas. Seperti batik Asmat asal Papua misalnya, dan masih banyak lagi.

Di ruang ketiga, pengunjung akan bersama-sama membatik, dan hasilnya boleh dibawa pulang sebagai bukti hasil kesabaran :) Kesimpulan saya masih sama seperti saat membatik di Banyumas, menguras kesabaran. Tapi, kali ini berhadapan dengan canting dan kompor yang mengeluarkan hawa panas sudah agak terbiasa. Beddanya, disini, saya harus menggambar motif sendiri. Dan, itu kelemahan dari dulu :)





Selain tiga ruang tadi, pengunjung juga bisa menikmati hasil karya kerajinan tangan UKM yang tergabung di Dekranasda, seperti produk enceng gondok, produk pelepah pisang, kain tenun, kertas koran dan semuanya bermotif kental batik. Salah satu yang paling lengkap, bis adidaptkan di Ridaka weaving & handicraft yang bisa dikunjungi website nya di www.ridaka.com.



Saya juga sempat jatuh cinta dengan sepatu dengan pelapis dari daun jati dan juga kain batik. Unik. Itu bisa didapatkan di Rozi craft dengan menghubungi nomor 085742103367.



Berkunjung kesini menjadikan saya sadar bahwa batik punya catatan sejarah yang panjang, dan Pekalongan juga memiliki andil besar dalam upaya pelestariannya. Seperti menjadikan pelajaran batik sebagai muatan lokal (mulok) wajib di sekolah yang prakteknya dilakukan di museum batik ini. Juga berdirinya Fakultas Batik atau Program Studi Batik i beberapa universitas, salah satunya yang saya dapatkan brosurnya di museum adalah di Universitas Pekalongan. 

Penasaran ingin menikmati sensasi warisan budaya negeri yang satu ini, kunjungi juga rumah mayanya di www.museumbatikpekalongan.info . Tiket masuknya sangat terjangkau, dewasa cukup 5 ribu, anak/pelajar 2 ribu, dan turis mancanegara 10 ribu.

Mampir ke Pekalongan, jangan hanay berburu batik saja, tapi coba kenali lebih dalam sejarahnya. Setelahnya, kau pun akan merasa bangga menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang sangat kaya.

***
Tulisan tentang batik masih akan berlanjut di artikel berikutnya, Melongok Padepokan Batik Pesisir H. Failasuf. Foto-foto di atas oleh Nana Warsita dalam APNE 2017.



Salam Dunia Gairah,
 

Prita HW

18 komentar:

  1. yeyyey bisa mencoba mbatik sendiri, itu yang menarik

    BalasHapus
  2. Batik pekalongan terkenal banget.. Sampe ada lagu dangdutnya
    Ahahahah... Aku penyuka batik. Skr batik udah dikreasikan jd berbagai macem model... Jd makin sukak

    BalasHapus
  3. Dulu pernah ikut workshop mbatik.. Susyehh pegang cantingnya 😂

    BalasHapus
  4. Baru tau kalo ada Museum Batik. Ntar kalo udah di Jawa, mampir kesana ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. wajib nih mbak, asli di kota batik legendarisnya :)

      Hapus
  5. Pengen mampir kalo pas pulkam...Btw, Museum Batiknya lokasinya di kota nggak itu Mbak, semoga dekat jalur Jakarta-Semarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak di kota banget, tengah kota, kawasan Jatayu

      Hapus
  6. Wow, itu sepatu di foto terakhir menarik juga ya. Banyak sekarang sepatu dengan bahan kain batik, nah yang ini ada tambahan daun jati. Unik!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak, unik bgt, tapi ga recommended kl dipake sehari2, momen2 tertentu aja kata masnya, eman2, haha

      Hapus
  7. Daun jati buat pelapis sepatu? Whuaaa....keren. Itu tahan air, nggak? Pake pelapis apa gitu kali supaya kuat dan awet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah tahan air ga ya mbak, aku lupa nanya :D Tapi kayaknya iya sih mbak, asal ga basah2an banget. Bisa cuz ke kontaknya mbak Ret

      Hapus
  8. Seru ya bisa nyobain batik sendiri terus bikin motif sendiri.
    Pengen ke pekalongan deh kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. berangkat mbak, mbatik sendiri itu sesuatu banget :D

      Hapus
  9. kota pekalongan emang terkenal batiknya ya, wajar klo ada museumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, jadi makin lengkap. Ga hanya beli batik, tapi tau sejarahnya ya

      Hapus