Pendidikan, Passion, dan Teamwork : Catatan Nobar 12 Menit Kemenangan untuk Selamanya

Catatan ini bukan mau mensinopsis isi film nya yah, karena udah nggak up to date pastinya, haha.. Aku sih pernah lihat liputannya di TV satu kali kalau nggak salah saat itu. Waktu itu, dalam hati aku cuma bilang, "Oalah, film tentang marching band...". That's it. Barulah saat kemarin Minggu (6/12) ada kesempatan untuk ikut nonton bareng alias nobar gratis di XXI Mega Bekasi, pendapatku baru berubah. Ternyata film yang udah tayang sejak awal 2014 ini bukan cuma soal marching band biasa, tapi lebih dari itu.


                                                           Sumber : www.youtube.com

Pagi-pagi melek, biasanya hari Minggu malas-malasan dulu. Tapi Minggu pagi sebelum berangkat nobar, aku dan suami tergopoh-gopoh siap-siap begitu tahu kalau waktu nobarnya jam 07.30 pagi dari seorang teman yang berbaik hati mengajak kami dan memberikan tiket free. Yeayy! Jadi, ceritanya nobar ini mengundang beberapa komunitas serta ratusan anak yatim, diselenggarakan oleh Kabari (Kawan Bang Roni) bekerjasama dengan Mudanesia. FYI, Bang Roni adalah salah satu praktisi pendidikan di Bekasi, dimana Sekolah Ananda adalah salah satu karyanya. Aku juga baru ngeh juga pas di gedung bioskop. *baru ngeh pas lihat iklan sekolahnya, ups.



Langsung pendapatku setelah nonton yah, 4 thumbs up!! Keren banget. Film ini sangat recommended untuk ditonton karena : Pertama, terinspirasi dari kisah nyata. Aku sih cenderung realistis ya orangnya, jadi kalau ada bau-bau true story, pasti konsentrasi langsung meningkat tajam, kepo! Ternyata kisah ini diangkat bermula dari sang produser, Regina Septati yang sempat melihat secara langsung event akbar Grand Prix Marching Band yang diadakan setiap tahun di Jakarta. Ia terkesan dan mencari tahu lebih dalam, dan bertemulah ia dengan cerita di balik Marching Band Pupuk Kaltim Bontang ini.  Betapa untuk ukuran anak daerah saat itu -entah berlaku pula untuk saat ini juga mungkin- Jakarta adalah sebuah kemewahan. Monas adalah monumen impian. Dan, untuk menuju proses tampil di Jakarta, banyak yang harus dihadapi oleh Marching Band Pupuk Kaltim Bontang ini.

Kedua, karakter tiga tokoh utama yang kuat dan tentu saja nyata. Sebut saja, ada Elaine, Tara, dan Lahang. Elaine adalah sosok Indonesia keturunan Jepang yang harus mengikuti papanya yang bertugas di Bontang. Papanya adalah pimpinan departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Papanya yang perfeksionis selalu menuntut Elaine meraih nilai terbaik di sekolahnya. Sehingga, Elaine pun selalu ketakutan setiap kali mengungkapkan keinginannya yang lain yang begitu berarti buat dirinya. Semacam passion. Ya, marching band adalah passion bagi Elaine. Untung, dia punya mama hebat yang selalu menjembatani dirinya dan papanya dan juga memberikan daftar pilihan untuk apapun keputusan Elaine.

Kemudian ada Tara, gadis yang juga pindah dari Jakarta sebab kematian ayahnya dalam sebuah kecelakaan yang juga melibatkan dirinya saat ia kecil. Akibat kecelakaan itu, Tara juga mengalami gangguan pendengaran di sebelah telinganya dan juga depresi berat. Kepergian ibunya ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah juga membuat dia terpukul. Ia merasa terbuang karena harus dititipkan untuk tinggal dengan opa dan omanya di Bontang. Marching band juga hidupnya sejak kecil, bahkan kado dari papanya yang sangat berarti adalah stick drum yang selalu disimpannya.

Terakhir, ada Lahang, pria muda keturunan Dayak. Ia memiliki ayah yang tua renta dan sakit-sakitan. Segala cara dilakukan, pengobatan medis maupun non medis, seperti ritual adat bernama Belian. Namun, semuanya nol. Lahang dilema. Ia punya impian besar, tapi di sisi lain, kondisi ayahnya membuatnya tak bisa untuk acuh. Ia bertahan dalam kondisi serba sulit.

                                                     Sumber : www.kawankumags.com


Ketiga kenapa film ini layak ditonton, konflik yang terkandung di dalamnya benar-benar mengaduk emosi. Apalagi aku yang cengeng kalau udah urusan menggugah perasaan. *harap maklum. Ceritanya, tiga tokoh utama tadi selalu telat saat latihan tiba. Otomatis, Rene sang pelatih, yang diperankan Titi Rajo Bintang, selalu naik pitam. Ia terus menekan koordinator lapangan di bawahnya. Kenapa si Elaine, kenapa si Tara, kenapa si Lahang. Rene merupakan sosok tangguh, cerkas, dan disiplin menyangkut latihan, karena ia mempertaruhkan nama baiknya untuk melatih Marching Band Pupuk Kaltim Bontang ini. Ia yang semula sangat keras, akhirnya bisa lunak juga saat tahu ada apa sebenarnya di balik kisah tiga orang tadi.

Aku terkesan saat Rene datang meminta maaf sekaligus meminta ijin pada papa Elaine dengan mendatangi kantornya. Saat itu, papa Elaine keukeuh bahwa anaknya tak boleh ikut Grand Prix di Jakarta karena pada saat yang bersamaan anaknya lolos mewakili sekolahnya untuk olimpiade Fisika. Sedangkan Rene tentu tak rela, tugas Elaine yang menggantikan field commander yang kecelakaan, begitu penting. Tak mungkin ratusan anggota marching band diterlantarkan karena kehilangan sosok Elaine. Apalagi tiga bulan sudah mereka berlatih berpuluh-puluh jam, berhari-hari. Skenarionya menarik. Rene berkata saat dipersilahkan keluar oleh papa Elaine, "Tadinya saya berpikir saya tidak akan membawa hasil apa-apa setelah keluar dari ruangan ini. Tapi ternyata saya salah. Sekarang saya makin bersyukur karena saya punya ayah yang mendukung saya untuk memilih menjadi diri saya sendiri."

Juga saat Tara gagal fokus karena terus-terusan didera mimpi buruk dan berlatih di bawah tekanan. Iramanya tak sejalan dengan teman-temannya se grup. Berkali-kali Rene menegurnya, hingga berkata, "Tara, kalau kamu nggak bisa dengar pakai kuping, kamu dengar lewat gerakan tangan, kalau nggak bisa juga, kamu dengar pakai hati," sambil menunjuk dada Tara. Betapa perkataan Rene begitu menusuk saat belakangan ia tahu bahwa pendengaran Tara tak sempurna. Tara bahkan sempet mengundurkan diri karena merasa tak mampu, namun akhirnya kembali karena kemauannya sendiri, dan dorongan opa omanya yang begitu penuh rasa sayang.

                                                         Sumber : forum.kompas.com


Tak ketinggalan juga saat Rene harus sampai ke rumah Lahang yang jauh dari kota, untuk tahu alasan kenapa ia tak datang saat latihan. Yang paling terkesan adalah saat Lahang menerima kabar kematian ayahnya persis sebelum ia dan tim marching band nya tampil. Ia sempat ingin pulang spontanitas. Tapi Rene mengingatkan, "Semua sudah terjadi, kalau hanya pulang dengan tangan kosong, itu bakal jadi kenangan buruk. Tapi saat pulang dengan kemenangan, kamu akan jadi sesuatu.". Lahang pun berubah pikiran begitu melihat burung elang, yang ia percayai sebagai representasi ayahnya, yang kalau meninggal ingin terbang berbas seperti elang. Elang itu seakan-akan merestui Lahang untuk maju.

Terbayang kan gimana kalau kalian nonton langsung ? Jadi baper nih^^

Keempat, last but not least yah, pesan yang disampaikan sarat makna. Kalau dari aku, ada tiga keyword. Tentang pendidikan, bahwa sebagai orang tua atau guru, kadangkala kita egois ingin menjadikan anak atau murid persis seperti apa yang kita inginkan. Padahal belum tentu apa yang terbaik menurut kita adalah yang terbaik menurut mereka. Tentang passion, atau apa yang menjadi bagian terbesar dari hidup kita, gairah kita. Ketika kita menemukannya, maka jangan setengah-setengah untuk serius di bidang itu, karena itu akan membawa perubahan besar untuk mimpi dan cita-cita. Tentang teamwork, bahwa keberhasilan sebuah tim, terletak dari kerjasama pemimpin dan yang dipimpin. Kesamaan visi dan mau melakukan apapun untuk kemenangan tim. Sebagai seorang pemimpin juga, kadang-kadang kita tak pernah tahu alasan seseorang menjadi seperti A, B, dan C. Nah, gunakan hati kita untuk mendengar ada apa di balik A, B, dan C itu.

Yap, latihan berpuluh-puluh hari, beratus-ratus jam, menit, dan ribuan detik harus dilewati demi tampil 12 menit untuk dikenang selamanya. Bukankah itu harga yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan ? Trims filmnya untuk semua yang udah terlibat, inspiratif!

Sering-sering boleh ajak kami nobar yah buat Kabari dan Mudanesia, biar bisa dapet hadiah-hadiah kece. Hehe, maunya:) (11/12/15)  


Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar