Jambore Relawan, Vibrant, dan Lilin yang Menyala

Awalnya

Lega juga akhirnya salah satu event yang aku tunggu, Jambore Relawan Sekolah Raya atau Jamrel SR telah usai. Usai dalam arti gelarannya selesai, namun kesan dan energi yang dihasilkan tak pernah usai.

Penasaranku pertama adalah karena cerita Anwar, seorang kawan lama yang juga salah satu penggagas SR bersama tiga orang yang lain. Jamrel 2014 difasilitasi oleh salah satu kakak dan juga guru hebatku di bidang fasilitasi sosial dan pembelajaran apresiatif. Aku bertekad tahun ini tak boleh ketinggalan sesinya! Itung-itung reuni sahabat lama dan upgrade pengetahuan baru. Aku pun sudah menyiapkan sebuah suvenir pernikahanku empat bulan lalu untuk dibawa pulang.



Nah, penasaran berikutnya tentu karena pesertanya yang datang dari seluruh Indonesia, dengan biaya transportasi swadaya. Wow! Ini sih keren banget. Kalau untuk ukuran Jabodetabek, masih normal lah ya. Tapi kalau sudah Kalimantan, Sulawesi, atau Papua? Mereka abnormal. Jujur, voluntary work itu sepengalamanku tak banyak sumber dana. Jadi kalau sampai mereka mengalokasikan dana untuk peningkatan kapasitas relawannya, menurutku itu luar biasa, karena biasanya menjaga sustainability program saja bisa ngos-ngosan. Salut, deh!

Hari Pertama, Ada Apanya?

Dihadiri sekitar kurang lebih 100 orang peserta yang terdiri dari perwakilan komunitas dan konsorsium, acara yang berlangsung dari Sabtu hingga Minggu (28-29/11) yang lalu dan bertempat di halaman belakang SD Alam Anak Sholeh itu berjalan meriah. Cukup apa adanya dari segi tempat dan pelayanan, ini menurutku yang jadi panitia dadakan dan tak jelas juga dapat jobdesc apa selain bantu-bantu apa yang bisa dibantu:) Tapi di saat yang bersamaan juga sangat 'ada apanya' kalau melongok rundown nya. Pematerinya top! Terkenal dan expert di bidangnya, dan selain itu tentu saja sukarela, karena audience nya yang relawan, hahaha. Sebut saja, A. Fuadi yang ngetop dengan Negeri 5 Menaranya dan pengalaman melanglang buana ke berbagai macam negara dari menulis; Farhan yang presenter kawakan dan terkenal peduli pendidikan; Fauzan Mukrim yang sehari-hari bekerja di CNN Indonesia; Indah Juli pendiri Kumpulan Emak Blogger; dan Yosep yang jurnalis TEMPO yang terkenal dengan jurnalistik investigasinya yang mendalam. Ini sih lumayan banget kalau mereka dipanelkan dalam workshop berbayar:) *dasar otak bisnis.


                                                    
     

                                                            

Hari pertama seru banget, apalagi saat panitia menginisiasi penyambutan peserta dengan cara tak biasa, tradisi palang pintu. Biasanya ini digunakan dalam acara pernikahan adat betawi. Maksudnya istilah palang pintu kira-kira begini, tamu tak diijinkan masuk jika tak dapat membuka penghalang suatu daerah yang biasanya memiliki jawara. Jadilah si Bang Agus Tian, founder SR dan Pak Kadus alias Kepala Dusun setempat sebagai perwakilan tuan rumah menghadang Pak Taga, salah seorang pendukung utama SR sebagai perwakilan rombongan peserta. Keduanya menyiapkan jawara silat. Wuih sempat merinding sambil berdesir nih hati saat mereka beradu menggunakan celurit. Menurut Bang Agus Tian, ini adalah salah satu cara menjaga kearifan tradisional yang dikenalkan kepada peserta dari berbagai daerah di Indonesia.


                                         

                                                  


Dari pagi hingga malam hari, peserta tak pernah padam energi belajarnya, meski ya manusiawilah ada jam kritis di saat-saat tertentu. Aku hampir menyimak semua proses, lengkap dengan notesbook kecil dan kamera HP yang nggak seberapa, hihi *maklum banci banget sama hal-hal berbau kelas.
Sekali waktu aku ikut andil ice breaking ketika aku lihat daya pijar peserta mulai pudar, biar cring terus.

Hari Kedua, Jeng jeng jeng...

O iya lupa, Mas Ipul, sang fasilitator yang seharusnya mengawal proses ternyata berhalangan hadir. Sejak kemarin, kami sudah dapat kabar bahwa Sang sutradara -meminjam istilah Mas Ipul- berencana lain. Putri tercintanya mengalami musibah. Oke, show must go on.

Reflek, aku yang sudah sedikit banyak tahu gaya Mas Ipul fasilitasi, langsung cek FB, maksud hati ingin ngobrol dan sedikit bertanya inti tema jamrel yang 'merekam jejak relawan'. Ternyata sudah kutemukan chat antara Mas Ipul dan Anwar yang agak mengular. Tahapan demi tahapan kucatat, kuurutkan kronologis berpikirnya. Mau nggak mau, suka nggak suka, aku merasa bertanggungjawab atas proses fasilitasi. Mungkin karena ikatan kekerabatan antara aku, Anwar, dan Mas Ipul yang berasal dari 'perguruan' yang sama *apa sih. Yang penting, ini harus lewat.

Di tengah kepalaku yang sedang meruntutkan ini itu, dan tangan yang sedang mentransfer isi kepala, Bang Agus Tian mengajukan satu nama seorang trainer provider, Mbak Heni namanya. Aku praktis mengiyakan dan nanti tinggal di-combine. Begitu pikirku.

Hm, mungkin beberapa dari kawan-kawan ada yang belum tahu perbedaan fasilitator dan trainer? Fasilitator adalah pemandu proses, ia bertugas membuat proses pertemuan hari itu menjadi lebih mudah bagi semua yang hadir, sifatnya hanya menggerakkan atau mengubah dari A ke B, atau sebaliknya. Ia tak ikut campur pada urusan hasil pertemuan, karena subyeknya adalah peserta pertemuan. Sedangkan trainer adalah semacam pelatih, ia harus orang yang menguasai keahlian yang akan dilatih dan proses melatihnya, otomatis ia ikut campur pada persoalan hasil. Ini sedikit gambarannya yah biar nggak bingung:)

Lanjut, aku dan Mbak Heni bercakap melalui telepon, kemudian kami bertemu, dan aku memaparkan hasil-hasil catatan yang sudah kuperoleh untuk tantangan hari terakhir. Aku juga bersyukur sebenarnya, karena proses berpikir dan action nya bakal patungan berdua, hihi. Diantara kami, juga ada Anwar yang intens mengingatkan soal apa goal besar yang ingin dicapai pada jamrel kali ini. Tapi mungkin karena masing-masing dari kami dengan tingkat kelelahan fisik dan pikir masing-masing, memang nggak semuanya bisa terakomodir. Sabtu malam, aku sedikit leyeh-leyeh untuk jaga energi besok, sementara Mbak Heni membuat slide. Maklum, ditodong dadakan. *maafkan mbak.

                                                   

Paginya, kami berdiskusi lagi. Mbak Heni memaparkan bahwa ia ingin menunjukkan bukti nyata dari merekam jejak, harus jadi satu blue print buku, dengan metode menemukan masalah, menganalisa, dan menemukan solusi. Saat itu, kami membaginya menjadi lima konsorsium untuk efektifitas diskusi, ada konsorsium pendidikan, dibagi menjadi komunitas baca (terdiri dari TBM atau komunitas literasi seperti Buku Berkaki, Sajubu-Satu Juta Buku, Blogger Hibah Buku, Halaman Belakang Cirebon, Buku Untuk Papua, Buku Untuk NTT, Rumah Belajar Moko Pande Solan Sulteng, Taman Baca Mahanani Kediri, dll), komunitas motivasi (Kelas Inspirasi Serang, Kelas Inspirasi Cilegon, Semestarian Cilegon, Kaki Jabar, dll), komunitas pengajaran (Youth For Diffable, SMP Terbuka Ilalang, Saung Bambu, dll), konsorsium  lingkungan terbagi menjadi komunitas pendidikan lingkungan (Jurnal Khatulistiwa, GNI, Kawan 45, dll), komunitas pemberdayaan lingkungan/kekaryaan (Cirebon Go Green, Pancadarma Indramayu, dll). Banyakkkk, yang belum kesebut jangan marah yah:)

                                                 

Jujur, proses saat itu di mataku kurang bergembira dan pecah. Serius dan berpikir. Tapi karena kualitas pesertanya memang udah terbukti pembelajar ya, mereka selalu mengikuti setiap prosesnya dengan baik. Tapi ada yang mengganjal, goal besar yang aku dan Anwar maksud dalam diskusi semalam belum tampak. Menjelang injury time, 2,5 jam terakhir, kami kembali diskusi. Bahwa pola pikir vibrant facilitation "think the opposite is a must" belum bisa diaplikasikan. Analisa masalah membuat peserta memeras otak, fokus pada masalah. Namun, naskahnya benar-benar jadi. Dan nantinya akan diolah menjadi dummy book oleh panitia.

Akhirnya, aku memutuskan menengahi, akan kukawal 2 jam terakhir sebelum penutup agar mereka bergembira bersama dan tahu langkah apa yang akan dilakukan sepulang dari Jamrel.
Aku pun membuat slide dadakan sambil menyimak proses penutupan sesi Mbak Heni. 3-4 lembar kalau nggak salah. Gambar.gambar.gambar. Otak manusia adalah prosesor gambar. Sepuluh lima belas menitan, slide ku jadi.

Huru Hara di 2 Jam Terakhir

Dannnnnn, kita bikin huru hara di 2 jam terakhir, akhirnya aku dan Anwar duet juga sebentar, hehe.. Peserta agak bingung saat kuminta untuk meletakkan barang apapun di depan, dan setelahnya dalam hitungan ketiga, ambilllll apapunnnn. "Silakan ceritakan pengalaman saat kalian pertama datang kesini, apa yang sudah didapat sampai sejauh ini, hubungkan dengan benda di tangan kalian.", arahanku saat itu. Serentak muka mereka bengong dan kemudian senyum senyum sendiri. Barulah disini aku legaaaaa mendengar kisah-kisah yang semestinya bisa disingkap di awal pertemuan hari itu.

Ada yang mengambil bendel kertas copy materi pemateri kemarin, katanya, ia datang karena menggantikan teman mendadak, dan tanpa pemberitahuan apapun. Kertas, bolpen, juga piring dan sendok pun tak punya (karena panitia menganjurkan membawa alat makan sendiri). Hingga ada pemateri yang membagikan copy materi, yang belakangnya kertas kosong dan bisa digunakan menulis, tiba-tiba panitia juga membagikan bolpen, juga meminjamkan piring dan sendok. Ia layaknya kertas putih, menjadi ada isi ketika kertas itu ditorehkan tulisan di atasnya. Hahaha:)  Dan banyak juga cerita menarik lain. Maafkan aku lupa nama yang berbagi yah.. Itulah proses discover (menemukan dan menghargai apa yang ada) dalam appreciative learning.

 Terakhir, mereka berkumpul dengan masing-masing anggota komunitasnya, untuk proses dream (menggali dan memimpikan apa yang mungkin) dan design (menyepakati apa yang harus dikerjakan), ini ceritanya ekspress:) Jadilah mereka membuat aneka mind map lucu yang merekam apa yang sudah, sedang, dan akan dilakukan komunitasnya, dengan bergairah. Selanjutnya, dalam proses destiny (melahirkan inovasi baru), sebenarnya kurang lengkap sih yah, ya sudah yang penting mereka bisa menyampaikan apa yang tadi dibuat. Aku cuma iseng bilang akan kasih kesempatan untuk tiga komunitas tercepat saja. Respon diluar dugaan, mereka semua berebut maju mengelilingi aku, dan bersaing untuk ditunjuk memaparkan gagasannya. Ini kekuatan vibrant, aku senyum senyum dan girang sendiri dalam hati, terbakar semangat mereka. Anwar juga kulirik senyum senyum puas, wkwkwk. Alhamdulilah.

                                                     

                                                        

                                                       

                                                    

                                                      

                                                      

                                                       

                                                      

                                                     

                                                    

Akhirnya

Gairah pembelajaran apresiatif masih terasa, dan penutupannya makin melengkapi suasana hatiku dan kemungkinan seluruh yang hadir, kami membentuk lingkaran dengan saling bergandengan tangan, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya stansa 1 sampai 3, medley dengan Rayuan Pulau Kelapa, dan polesan akhir berjalan memutar, meloncat dan mengekspresikan semua perasaan di lagu Laskar Pelangi.

                                              

Jadilah lilin yang menyalakan lilin lain, karena kebahagiaan takkan habis buat dibagi. Bukan lilin yang membakar dirinya sendiri, karena kita punya knowledge, yang akan kita bagikan dalam bentuk value pada yang lain. Sejalan dengan misi Sekolah Raya. Allah, Sang Pemilik semesta merestui orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya.

Terimakasih semua relawan, panitia, pemateri, sponsor, kambing yang aktivitasnya terganggu beberapa hari, semuanya. Sampai ketemu di kejutan Jamrel tahun depan! (07/12/15)  

                                                  

Foto : Nana W, Pak Adi SMP Terbuka Samudra Jaya











Prita HW

2 komentar:

  1. Yuuuuhhhuuuuuuuuu...... pengin berteriaaaak sambil berujar *kalian semua pribadi hebaaat* dan *indonesia jadi punya jalan memanen harapan*.

    Yaaa..... Menggetarkan kubaca jorney ini prita. Rasa sesalku seperti malam yg tak diperjumpakan pagi (bangun kesiangan maksdnya)... #hicks @hicks....

    Peristiwa merayakan dengan sebenar-benarnya merayakan menjadi relawan ada di cerita jambore ini.

    Sesi demi sesi yg kamu kisahkan ini penuh passion penerimaan dan menghargai apa yg ada dengan bener2 apa adanya.

    Sejujur itulah bagaimana malam menjemput senja (akh... Makin jd puitis neeeh saiyaaah).. :D :D

    Ketidakhadiranku. Rasa sesalku sperti dapat bertetes2 embun pagi yg segar membaca apresiasimu (sahabat, kakak, teman belajar) dan apalah apalah.... Hehee... Tengkiyuuuu yaaa

    Apa yg kamu jelaskan ttg makna fasilitator dan trainer itu pas sudaahh. Disitu memang sikap dasar fasilitator (minat, percaya pd kelompok, mencipta alat bantu, menantang proses). Yaa karena belajar memang proses mencipta!

    Prinsip sesi 4D yg kamu integrasikan kereennnnnnn dan sdh kamu saksikan sendiri. Bagaimana energy saling menggetarkan itu menular dan saling menjangkiti. Dengan zentuh hatinya, ajak multi indera warga pertemuan menjadi aktif maka disitu cahaya sedang berpendar....

    Waah... Kalau saja ada prediket boleh mewisuda sebuah perguruan geettooh.. Maka akan ku keluarkan sertipikatnya. Macam PNS mau naik pangkat ituu... Hahahahaa..

    Tuk ini saya perlu colek bang agustian dan anwar doank serta abang2 founder jejaring sekokah raya.


    Teruuus berkarya dan berbagi dalam kebaikan....

    Jabat hangat
    Dari studio cerah

    Ipoel penunggang kuda besi.

    BalasHapus
  2. Seakan membaca point-point resume yang bisa menjadi pengikat ingatan, terima kasih mbak sharingnya. Banyak hal yang dari pandangan yang beragam akan memperkaya nilai kegiatan jamrel. :)

    BalasHapus