Kado Akhir Tahun 4 Slank : Believe Or Not, Slank is A Part of my Life


:: Catatan ini ditulis 26 Des 2010, pas ultah Slank ke 27 th, menjelang 27 Des dini hari ,pas setelah nonton tayangan ulang Konser Ultah 27th Slank di Ancol @ Trans 7::



Malem or pagi ini, aku merasa menemukan lagi sesuatu yang kadang aku sendiri ga nyadar, kalo semua kesibukanku, my mind, bikin yang satu ini tergilas… Kecintaan dan kegilaanku with Slank. OMG…

Bukan sekedar ngefans kampungan tanpa makna. Minta tanda tangan, foto, teriak-teriak, that’s it. No! Sama sekali bukan. Tapi, mencintai Slank juga berarti mencintai dan memaknai kehidupan. Aku banyak belajar dari mereka : perjuangan, cinta, damai, kerja keras, jujur, polos, apa adanya, sederhana, berani, konsisten… dan masih banyak kata lain yang bisa mengungkapkan jati diri Slank yang kemudian menjadi semacam virus sakti yang menular begitu saja pada spirit penggemarnya. Tepatnya, penggemar fanatik, or we called it as slankers, jama’ah Slank!




Perkenalanku dengan Slank dimulai sejak 1999. Aku yang baru duduk di kelas 2 SMP di kota bernama Jember, mulai akrab dengan lagu-lagu Slank dari kakak laki-lakiku yang slankers. Diam-diam atopun terang-terangan aku puter satu satu kaset Slank, nyanyi sambil ngapalin lirik di teks cover albumnya… Kesan pertamaku, it’s me! Apa adanya, ga sok ngartis, lagu-lagunya sangat mengena dengan realita kabanyakan kaum muda yang banyak dinilai urakan dan selenge’an dari penampilan luarnya. Pas banget. Karena sejatinya, aku juga ga suka lirik-lirik puitis dan romantis yang menurutku kabanyakan basa basi. It’s my subjectivity only! Hehe…

Ternyata, gayung bersambut. Opiniku bener bener ga salah. Aku yang memang hobi menulis sejak kecil, memberanikan diri kirim surat untuk Slank d/a Pulau Biroe Production di Potlot. Asli cupu! Tulisan tangan yang ditulis di atas kertas surat berwarna khas ABG^^ Bermodal nekat, surat itu kukirim. Dan… senenggg banget begitu tau suratku dibales! Meski aku ga yakin, Slank baca ato ga (so, apa gunanya manajemen? Hehe…), tapi aku puas…! Balesan surat dengan printed paper itu menjawab semua pertanyaanku, ditambah full biodata lima personelnya, juga tambahan foto yang ditanda tangani. Whuaaa…. excited!!! Ini makin membuktikan, Slank so kindness dan slalu perhatiin hal-hal sekecil apapun, termasuk suratku. Sejak saat itu juga, aku langsung mendaftar sebagai anggota Slankers Club pusat. Sayangnya, kartu bersejarah itu udah ilang berbarengan dengan dompetku yang digondol maling pas aku udah kuliah!

Next, aku hunting apapun info tentang Slank. Apapun. Dari majalah, tabloid, web… Sampai bergabung di Slankers Club Jember. Yang sempet bikin aku ga rela adalah cap bahwa Slank itu ga bersih. Slank is drugs,anytime, anywhere. Beberapa berita di media, beberapa cerita temen slankers yang pernah ke Potlot, juga slentingan darimulut ke mulut bilang : Slank ga mungkin eksis tanpa drugs. OMG… Believe it or not, saat semua orang bilang ga mungkin, aku slalu bilang mungkin, dan pasti bisa. Aku selalu patahkan omongan yang langsung dating ke aku, aku yakini dalam hati, dan aku sertakan mereka dalam doaku setiap selesai shalat 5 waktu. Hahaha… lucu, itu orang bilang. Ngapain aku repot repot doain mereka? Toh mereka ga kenal siapa aku…? It doesn’t matter! Karena semua yang aku lakukan, itu tulus dari hatiku. Aku menyayangi mereka lewat karya-karyanya.

Tahun 2000, santer terdengar kabar bahwa Slank berniat berhenti dari drugs. Sekali lagi, niat baik pun diragukan banyak orang. Sampai suatu ketika, suatu sore, aku melihat ikrar mereka di sebuah infotainment, dan sejak saat itu, berita itu langsung menyebar luas. Allah, mungkin ini jawaban dari doa-doaku. Sore itu juga, aku langsung sujud syukur di musholla rumahku. Impossible is nothing… Aku hanya ga ingin dicap ngefans dengan “orang-orang yang ga bener” karena saat itu aku juga baru memulai langkahku sebagai seorang muslimah berkerudung.

Masih di tahun 2000, banyak orang yang meragukan upaya Slank untuk bangkit dan berupaya lepas dari drugs. Tapi, Alhamdulillah, aku diberikan kesempatan untuk membuktikannya langsung dengan mata kepalaku sendiri. Saat itu, Slank sedang tur with GIGI dan Ari Lasso (kalo ga salah). Aku yang saat itu tergabung sebagai salah satu pengurus Slankers Club Jember, dapet kesempatan untuk menjamu Slank makan siang di basecamp kami. Dan “ritual” baru yang juga dimengerti papa mamaku rutin aku lakukan ketika Slank tur ke Jember, yaitu menulis surat ijin tidak masuk sekolah karena keperluan keluarga, hahaha… keluarga Slank!

Siang itu, aku dan beberapa temen-temen pengurus, udah standby dengan nasi tumpeng buatan mama, tapi yang ditunggu tunggu, Slank dan ketua Slankers Club gadateng juga. Ada sebagian yang putus asa, termasuk kakak laki-lakiku, yang akhirnya memilih back to home. Aku? Masih setia menunggu. Ga lama, rombongan pun dating. Ternyata, mereka malah mampir makan siang dengan menu favorit sambel pencit (=mangga muda) di salah satu resto, ealah… Dan tentu, sehabis berziarah, karena ternyata makam kakek/nenek Bim2 ada di Jember.

Meski hanya bertemu Bim2, Bunda Iffet, Masto, dan beberapa kru lainnya, ini tetep jadi momen yang istimewa buatku. Sambil menunggui hujan yang tiba-tiba turun, kami saling curhat, ngobrol like a friend… Bukan seperti seleb n’ fans yang sok cool. Obrolan kami seputar : kenapa aku memakai kerudung? Keinginannya untuk manggung di pesantren, tentang Reni – istri keduanya yang saat itu mengandung anak I – dan keinginannya memiliki buah hati cewek – yang menurutnya, bisa menambah jumlah bidadari dalam hidupnya – juga pertanyaan request lagu apa untuk konser nanti malam. Bener bener cair… Tak henti-hentinya aku perhatikan gerak geriknya, dan yang paling menonjol, selama kurang lebih satu jam, Bim2 tak henti menghisap rokok Marlboro sampai satu pack tak bersisa dan ga nyadar kalo stok rokoknya udah abis. Mungkin, ini namanya perjuangan berhenti dari drugs, pikirku dalam hati.

Yang ditunggu-tunggu tiba. It’s time to show!

Persis karnaval, temen-temen Slankers Club lainnya serentak jalan kaki dari basecamp yang kebetulan letaknya di belakang gedung konser. Seperti biasa, “alat perang” semacam spanduk pun tak ketinggalan. Juga, pasti dandanan selenge’an. Ada yang telanjang kaki, sandal jepit, kaos oblong, jeans, telanjang dada dan hot pants – bagi cowok, dompet berantai dan scarf menggantung di saku belakang celana, juga pernak pernik khas Slank. Mulai dari kalung, gelang, cincin, jaket, emblem, tas, over all!! Rombongan kami tepat di sebelah kiri panggung, di tribun depan. Kami memang memilih tak “melantai” demi member kesempatan slankers lain.

Betapa bukti itu ada di depan mata. Setiap 2-3 lagu, lampu panggung dimatikan, demi memberi kesempatan Bim2, Kaka, dan Ivan (kecuali Ridho n’ Abdee yang memang bukan junkies) untuk menambah asupan udara dari tabung oksigen dan minum air putih. Allah, inikah yang namanya perjuangan? Berat, tapi dilakukan. Sampai, saat mengharukan itu…

“Bim2… Bim2 jangan menangis…
Aku punya pacar, dia sekolah di BPLP Bali, dan sekarang ku tak bersamanya lagi…
Aku udah kawin lagi, untuk yang kedua kali…”

Bim2 curhat dengan style-nya… Lirik diganti begitu saja… dan air matanya mengalir di sela-sela curhatannya… Buat aku pribadi, ini momen yang so deeply… Ga ada jaim, karena kita semua satu, satu saudara, Slank n’ slankers.

2001, 2002, 2003 berlalu dengan banyak aktivitas bareng temen-temen Slankers Club Jember. Konser on de road Agustusan, Festival Musik Slank, jam session, buka bersama, pawai motor, halal bihalal, tasyakuran ultah, sampe cangkrukan di warung jagung bakar pinggir jalan yang kami jadikan tempat nongkrong. Aku berani jamin dengan statement-ku, “saat kau sedih, badmood, butuh refresh, datanglah ke temen-temen slankers, dan kau akan terhibur dengan permainan gitar dan bernyanyi koor lagu-lagu Slank…” Dan itu aku alami. Bergaul dengan bermacam latar belakang, ada yang pelajar, mahasiswa, pengangguran, putus sekolah, wiraswasta, PNS… Tapi, kami merasa ada ikatan diantara kami, dan itulah slankers, spirit Slank ada dalam jiwa kami.

2003, aku hijrah ke Surabaya karena harus melanjutkan studi. Baru sekitar 2006-2007, aku connected dengan temen-temen Slankers Club Surabaya, yang rela aku undang maen band sukarela di beberapa event sosial yang aku adain bareng lembaga tempatku bekerja. Seperti memperingati 2 tahun Lapindo dan Konser Amal untuk korban gempa Padang. Salut. Dimanapun kita berada, just say, “I’m slankers…”, dan slankers kota lain akan menyambutmu.

Kini, 27 tahun, Slank makin matang. Spiritnya makin menular dengan radikal. Sempat beberapa kali, entah sengaja ato tidak, menjadi “musuh politik” secara tidak langsung. Lagu-lagunya yang selalu bermakna dualism ketika mengangkat tema-tema cinta. Ya, dualisme bisa diartikan cinta dan drugs (Balikin, Poppies Lane Memories, dll), cinta dan mahalnya tarif telepon (I Miss U But I Hate U), cinta dan korupsi (Seperti Para Koruptor), cinta dan kesederhanaan hidup (Sederhana, Lembah Baliem, dll), cinta dan lingkungan (Nggak Perawan Lagi, Krisis Air, dll), cinta dan kedamaian (PISS, dll), cinta dan persahabatan (H.A.M burger, Friendship, dll)… Yang pasti, Slank tak pernah egois, seperti mencipta lagu yang hanya menuruti selera pasar, tapi kosong idealisme. Aku sangat percaya, Slank knows de rules!

Ide-idenya, pemikirannya, gagasannya untuk perubahan sosial, dan pesan positif untuk generasi muda akan terus hidup. Melihat Slank saat ini, aku melihat sosok manusia yang tangguh menghadapi tantangan berliku tajam yang sudah mereka lalui, baik dalam perjalanan sebuah band maupun individu. Terutama untuk dua punggawanya,Bim2 dan Kaka. Mereka berhasil mencapai titik balik dalam hidupnya. Bim2 tidak lagi identik kurus kering kerontang dan mata cekung. Kaka tidak lagi identik dengan gigi ompong, dan ciri-ciri yang kurang lebih sama, khas junkies. Bahkan, aku terharu saat tahu keterangan di bawah teks lagu Resolusi Tahun Baru di album Jurustandur No.18. Bim2 wrote :
Happy New Year!! Di Potlot akhir tahun 2009. I quit smoke…akhirnya.
Believe it or not, I always believe it as a miracle.

Harapanku, Slank tetap berkarya dan do de best 4 themselves, and others. Jangan berhenti jadi inspirator bagi jutaan anak muda, dan lestarikan budaya mengundang anak yatim di setiap tasyakuran (‘coz I believe it too as a blessing). Aku pengen suatu saat aku bisa tukar pikiran, ngobrol sepuasnya tentang apa-apa yang terjadi around us, dan siapa tahu someday, aku bisa nulis biografi mereka. Or berkolaborasi, menulis sesuatu yang kemudian dimusikalisasi. Hmm, it’s my dream. Hahaha… Happy birthday Slank. Luv u.

:: Tulisan ini aku dedikasikan untuk Slank, dan slankers seluruh Indonesia. Merekam jejak memori dan petualanganku sekaligus kado ultah Slank 27th. JURUSTANDUR & PLUR. ::

Prita HW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar