“Bajunya lucu-lucu…Kok bisa yah ?
Dapet idenya dari mana ?”, begitu kata teman saya yang berdecak kagum
begitu melihat para model berlenggak lenggok di karpet merah yang
digunakan sebagai catwalk.
30
Juni pagi. Tahun ini Eco fashion bertema “Art of Recycling : Keep Clean
Our Country” yang digagas Bunka School of Fashion bareng Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur, menjadi penutup rangkaian
kegiatan peringatan hari Lingkungan Hidup yang dimaknai sebagai bulan
lingkungan hidup. Nama eventnya LIFE (Literacy of Environment). 2008
merupakan tahun kedua penyelenggaraannya.
Fashion memang menjadi bagian dari gaya
hidup kita. Tapi, bagaimana dengan eco fashion ? Ow, nampaknya istilah
yang satu ini masih asing di telinga sebagian dari kita, tak terkecuali
warga kota Surabaya.
Busana ramah lingkungan, begitu terjemahan mudahnya. Berbagai bahan
sisa konsumsi kita yang hanya berakhir di tong sampah ternyata bisa
menjadi sesuatu yang berharga di tangan para calon desainer, yang
menjadi peserta pagelaran ini. Mulai dari kain perca, karung goni bekas,
sedotan bekas, plastik bekas gelas air minum mineral, plastik bekas
pembungkus pakaian toko, sampai kresek bekas beraneka warna, hingga
kresek hitam sampah.
Untuk sekuel Eco Fashion Competition, memang mengusung sampah plastik sebagai bahan wajibnya. Dari sketsa 14 peserta di seluruh Surabaya,
hanya 10 orang yang berhasil mewujudkannya menjadi gaun mempesona. Yang
spesial, ternyata hampir semua dari pesertanya, belum pernah bersekolah
fashion. Ada yang masih duduk di bangku SMA, ada pula yang mahasiswa, juga sarjana, sampai ibu rumah tangga. Wah, beragam yah !
Hmm..lumayan unik yah ?
Keunikan
dan keaslian bahan dari sampah sebenarnya juga digali saat sesi
penjurian yang menampilkan desainernya. Juri pun berbagi peran, mulai
dari owner Bunka School of Fashion, Njoo May Fen, juga desainer
sekaligus pengajar di Bunka, dan Echa yang mewakili Walhi. “Sampah
plastiknya didapat dari bekas apa ?”, tanya Echa yang menggali keaslian
bahan dari segi pemanfaatan sampah. Jawabannya ternyata beragam. Ada
yang mengumpulkan dari teman-temannya di kantin sekolah, ada yang
hunting ke warung-warung, ada juga yang terinspirasi timbunan kresek
yang nganggur di rumah. Boleh juga, ucap saya dalam hati.
Penasaran
siapa pemenangnya ? Eits, sambil nunggu pengumuman dewan juri, ternyata
kita masih bisa menikmati busana berbahan kain perca yang merupakan
hasil siswa-siswi Bunka sendiri. Hasilnya, full colour !
Dan, masih ada lagi persembahan Bunka
School of Fashion yang dirancang oleh Njoo May Fen yang akrab dipanggil
Mbak Afen, untuk Surabaya Plaza Hotel yang sudah menyediakan venue
gratis, lengkap dengan coffee break untuk pagelaran ini, dan ini dibuat
dari tatakan gelas café hotel,..
Dan juga ada Vania Santoso, 16 tahun, sang Duta Lingkungan Hidup Indonesia.
Gelar duta ini karena aksi Vania bersama dengan sang kakak, Agnes
Santoso, yang juga tergabung di LSM AV Peduli, yang aktif beraksi lokal
dalam upaya penyelamatan LH, seperti menyebarluaskan album lagu-lagu
lingkungan yang mereka buat dengan biaya sendiri ke sekolah-sekolah di
seluruh nusantara, juga aksi tanam pohonnya. Itu pula yang membuatnya terpilih menjadi Cosmogirl of the year 2007. Tidak hanya itu, ia pun dinobatkan sebagai Young Eco Hero (Remaja Pahlawan Lingkungan) 2008. Penghargaan
yang membanggakan bangsa itu diterima Vania dari PBB dalam Konferensi
Anak Internasional di Stavanger, Norwegia 17 Juni 2008 lalu.
Puas
melototi satu-satu atraksi selingan tadi, kita pasti sudah ga sabar
untuk lihat siapa para jawara Eco Fashion Competition yang akan mendapat
beasiswa belajar fashion di Bunka. Seolah menunjukkan totalitasnya
untuk terus mencari bakat-bakat baru di dunia fashion design, Bunka pun
tak tanggung-tanggung memberikan hadiah berupa beasiswa yang jumlahnya
tidak sedikit. Untuk juara 1,2 dan 3 masing-masing Rp. 8 juta dan juara
harapan 1,2, dan 3 masing-masing Rp. 3 juta. Wow ! Belum lagi hadiah
trophy cantik dari Walhi, uang tunai, juga souvenirnya.
Selamat kepada para pemenang,. Dan,
semoga eco fashion akan mulai menjangkiti para desainer negeri ini.
Dengan adanya busana ramah lingkungan, tentu saja sampah akan menjadi
labih berdaya guna, dan sedikit demi sedikit tentu ini akan
meminimalisir perubahan iklim yang sedang mengancam penduduk bumi.
Tantangannya ke depan, bagaimana eco fashion ini bisa menjadi busana
ready to wear yang bisa kita kenakan sehari-hari. Sambil bergaya sambil
kampanye ala kita… Asik pasti !
ditulis 7 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar